Sukses

Kisah Masjid Ba'alwie Singapura yang Terbuka untuk Seluruh Umat

Masjid Ba'alwie di Singapura aktif menjalin relasi positif people-to-people antar umat lintas agama.

Liputan6.com, Singapura - Julukan tempat ibadah yang terbuka untuk seluruh umat rasanya layak disematkan pada Masjid Ba'alwie di Bukit Timah, Singapura.

Masjid ini tak hanya sekedar terbuka untuk muslim, namun juga 'membuka lebar pintunya' untuk menyambut sejumlah tamu dari keyakinan dan adat-budaya yang berbeda.

Masjid tersebut dibangun pada 1952 oleh seorang imam keturunan keluarga Alatas (al-Attas). Jika di runut hingga ke atas, garis keturunan keluarga Alatas memiliki hubungan dengan Nabi Muhammad, SAW.

Di Indonesia, salah satu keluarga Alatas yang terkenal adalah mantan Menteri Luar Negeri RI Ali Alatas yang berdinas pada Kabinet Reformasi Pembangunan 1998 - 1999.

Pada awal pembangunannya, Masjid Ba'alwie ditujukan untuk keperluan ibadah sebuah universitas. Namun sejak universitas itu direlokasi, tempat peribadatan itu berorientasi publik.

Salah seorang pemeluk Kristen asal Indonesia mengaku kerap berkunjung ke Masjid Ba'alwie. Menurutnya, tempat ibadah yang dipimpin oleh Imam Besar Habib Hassan al-Atas tersebut sudah terasa seperti 'rumah saudara sendiri'.

"Saya sebelumnya tidak pernah masuk ke masjid di Indonesia. Namun, di Masjid Ba'alwie ini, Habib Hassan al-Atas menyambut saya seperti saudara lama. Menyambut, memberikan minum, memberikan saya makan," jelas Sahala Panjaitan dari Indonesia seperti yang dikutip dari BBC, Kamis (8/6/2017).

Sejak 2016 lalu, Panjaitan yang rutin melancong ke Singapura mengaku kerap menyempatkan sejumlah waktunya untuk berkunjung ke masjid itu.

"Sering ke Singapura untuk urusan bisnis, saya usahakan untuk mampir ke masjid ini. Jadi seperti kunjungan wajib setelah pertemuan bisnis," tambah Sahala.

Selain itu, pada awal Ramadan 2017, masjid tersebut juga menjamu kunjungan Anggota Parlemen Melvin Yong dan sejumlah perwakilan dari kuil Buddha di Singapura. Kunjungan lintas agama tersebut rutin diselenggarakan oleh Imam Besar Habib Hassan al-Atas, sebagai bentuk perdamaian dan penghormatan terhadap lintas umat beragama.

(Masjid Ba'alwie/Facebook)

"Hidup dengan aman adalah saling hormat menghormati. Dan kita tidak dapat menghormati seseorang itu, kalau kita tidak mengetahui dan mengenal mereka dengan lebih dekat lagi," jelas sang Imam Besar dalam kesempatan wawancara pada acara yang berbeda.

Sang Imam Besar juga percaya bahwa menjalin relasi lintas-agama yang harmonis mampu menguatkan inisiatif tolong-menolong antar umat beragama, khususnya di sejumlah momen sulit.

"Kita juga punya hubungan yang baik dengan saudara Kristen Katolik di Singapura dan banyak di antara mereka sudah seperti keluarga bagi kami. Mereka juga telah banyak mendukung kami, misalnya saat sentimen terhadap muslim meninggi pasca-teror 11 September 2001," kata Hassan al-Attas dalam kesempatan berbeda, seperti yang dikutip dari Catholicnews.sg pada 8 Juni 2017.

Sang Imam Besar berharap bahwa aktivitas yang sarat akan tingginya toleransi antar-agama itu mampu menjadi salah satu faktor untuk menekan pertumbuhan radikalisme, akar dari terorisme berbasis agama.

"Radikalisme ini jadi kebimbangan seluruh umat. Maka penting untuk membangun hubungan umat sesama agama sendiri dan umat antar-agama," tambah sang Imam.

 

Saksikan juga video berikut ini

Â