Sukses

Menlu Rex Tillerson: Blokade Atas Qatar Ganggu Bisnis AS

Menlu AS mengatakan negara Teluk harus meringankan sanksi yang diberikan kepada Qatar. Ini alasannya.

Liputan6.com, Doha - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan, negara Teluk harus meringankan sanksi yang diberikan kepada Qatar. Arab Saudi cs memberi sanksi pada Qatar karena dituding membiayai terorisme.

Tillerson punya alasan kenapa blokade mesti diperingan. Ia melihat tindakan beberapa negara Teluk berimbas pada sisi kemanusiaan.

"Kami melihat mulai ada kekurangan makanan, keluarga terpaksa terpisah dan anak-anak keluar dari sekolah," sebut Tilllerson seperti dikutip dari BBC, Sabtu (10/6/2017).

Ia melihat Emir Qatar sebenarnya punya peran untuk menghentikan pendanaan terorisme. Namun, perannya tidak cukup besar dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Blokade tersebut pun, dijelaskan Tillerson, cukup berimbas pada negaranya. Termasuk kegiatan bisnis yang dilakukan AS di wilayah Timur Tengah.

"Ini mengganggu aktivitas bisnis kami di kawasan itu dan AS mendukung upaya mediasi yang dilakukan Kuwait," papar dia.

Komentar Tillerson datang beberapa jam setelah Menlu Jerman Sigmar Gabriel menyerukan Saudi dan delapan negara lainnya menarik blokade udara dan laut terhadap Qatar.

Saudi merespons permintaan pencabutan blokade dengan syarat kepada Qatar. Mereka meminta, negara tetangganya ini memutuskan hubungan dengan faksi Hamas Palestina dan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Di sisi lain, Menteri Luar Neger Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani melihat negaranya diisolasi karena alasan politis.

"Kami diisolasi karena kami sukses dan progresif. Kami adalah platform untuk perdamaian, bukan terorisme...Perselisihan ini mengancam stabilitas seluruh kawasan," ujarnya.

Sheikh Mohammed menambahkan, Qatar belum menerima daftar tuntutan dari negara-negara yang kini memusuhinya. Namun, Menlu Qatar itu menyatakan, konflik harus diselesaikan dengan damai. "Tidak pernah ada solusi militer atas masalah ini."

Video Terkini