Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama dijadwalkan akan menyambangi Indonesia di penghujung Juni hingga awal Juli 2017.
Kunjungan ini menandai kali pertama Obama mengunjungi Indonesia setelah turun dari kursi kepresidenan pada Januari 2017 lalu.
Baca Juga
Saat menjabat sebagai Presiden AS, Obama pernah berkunjung ke Tanah Air pada 9 - 10 November 2010. Pada kunjungan tersebut, Obama berpidato di Universitas Indonesia dan menyebut bahwa lawatannya ke Tanah Air sebagai ajang 'pulang kampung'.
Advertisement
Dan kini, Presiden ke-44 AS itu akan kembali bertandang ke Indonesia untuk pertama kalinya setelah turun dari kursi kepresidenan Gedung Putih. Rencananya, Obama akan melawat dan menyampaikan pidato di Jakarta pada 4th Congress of Indonesian Diaspora (4th CID, Kongres Diaspora Indonesia ke-4) pada 1 Juli 2017.
Menurut Ketua Dewan Indonesian Diaspora Network (IDN), Dino Patti Djalal, kongres yang bertajuk 'Bersinergi Untuk Negeri' tersebut merupakan ajang tahunan berbentuk seminar dan forum diskusi yang dihadiri oleh para diaspora Indonesia serta membahas tentang isu-isu seputar ke-diaspora-an. Kegiatan tersebut akan dimulai pada 1 Juli hingga 4 Juli 2017.
Dan, Barack Obama akan menyampaikan pidato pembuka pada 1 Juli 2017 nanti.
"Kami merasa terhormat dapat menyambut Presiden Obama kembali ke Jakarta untuk menyampaikan pidato kunci dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-4. Presiden Obama selama ini adalah sahabat sejati Indonesia. Beliau juga menjadi inspirasi bagi masyarakat dan 8 juta orang diaspora Indonesia," kata Ketua Dewan Penyantun Indonesia Diaspora Network Dino Patti Djalal dalam konferensi pers, Senin (12/6/2017).
Pidato Obama di kegiatan tersebut juga merupakan kali pertama sang presiden ke-44 AS itu berbicara di hadapan publik di kawasan Asia, khususnya setelah lengser dari kursi kepresidenan Gedung Putih pada Januari 2017 lalu.
"Pidato Barack Obama di Kongres Diaspora Indonesia merupakan pidato Asia yang pertama Obama setelah lengser dari kursi kepresidenan," tambah Dino.
Sebelumnya, pidato pertama Obama setelah lengser dari kursi kepresidenan dilaksanakan di University of Chicago pada 24 April 2017.
Pada pidato tersebut, ia membahas tentang pengalamannya menjadi aktivis politik muda di Chicago pada beberapa dekade lalu sebelum menjabat sebagai senator dan presiden.
Meski pidato di Chicago April 2017 lalu bertepatan dengan 100 hari masa kerja pertama Presiden Donald Trump, Obama sama sekali tidak menyebut isu politik suksesornya tersebut. Bahkan, seperti yang dilansir CNN, tak satupun kata 'Trump' terucap dalam pidatonya.
Pidato di Jakarta pada 1 Juli 2017 nanti nampak serupa. Obama diprediksi akan menghindari menyampaikan opini seputar kebijakan politik Presiden Trump dan memilih untuk lebih fokus pada isu lain, seperti kepemudaan, globalisasi, dan pluralisme.
"Kita menyarankan agar pidatonya bermuatan isu yang sedang hangat, seperti globalisasi dan pluralisme. Tapi untuk detailnya, itu tergantung dari tim beliau," kata Dino yang sempat menjabat sebagai Duta Besar RI untuk AS periode 2010 - 2013.
Tak hanya itu, rencana penyampaian pidato suami Michelle Obama di Kongres Diaspora Indonesia ke-4 bersamaan dalam rangkaian jadwal liburan Obama ke Indonesia. Agenda itu merupakan undangan Presiden Joko Widodo kepada Obama yang menyarankan dirinya untuk berlibur di Tanah Air.
"Datangnya Presiden Obama ke Indonesia itu juga dalam rangka memenuhi undangan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya menyarankan beliau untuk datang berlibur ke Indonesia. Tapi untuk jadwal dan lokasi kunjungannya bukan wewenang saya untuk menyampaikan," jelas mantan Wakil Menteri Luar Negeri ke-5 RI.
Akan tetapi, jadwal dan lokasi kunjungan Obama ke Indonesia dirahasiakan. Sejumlah media memprediksi dirinya akan tiba di Indonesia sekitar tanggal 23 hingga 25 Juni 2017. Yang kemudian akan diikuti dengan pidato di 4th CID pada 1 Juli 2017 di Jakarta.
Sementara itu, rangkaian kegiatan 4th CID akan membahas sejumlah topik ke-diaspora-an, seperti kontribusi diaspora bagi pembangunan Indonesia, isu kewarganegaraan ganda, toleransi dan pluralisme keagamaan dari sudut pandang para diaspora Indonesia, dan 'soft-diplomacy through people-to-people relations' yang dilakukan oleh para diaspora Indonesia di luar negeri.
Kegiatan itu akan dihadiri sekitar 42 diaspora atau mantan diaspora Indonesia dari berbagai kalangan, seperti pejabat pemerintah, tokoh korporat, pemuka agama, selebriti, dan aktivis. Sejumlah di antaranya merupakan sosok familiar seperti Anggun C. Sasmi, Maudy Ayunda, Erwiana Sulistyaningsih (pegiat hak TKI dan masuk dalam 100 orang paling berpengaruh versi majalah Time), Imam Shamsi Ali (imam masjid di New York), Romo Markus Solo (direktur dialog antar agama di Vatikan), dan Ridwan Kamil.