Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat mengeluarkan peringatan terkait kegiatan kelompok peretas yang dijuluki "Hidden Cobra". Washington menyebut kelompok itu adalah bagian dari pemerintah Korea Utara dan kemungkinan akan melancarkan serangan yang lebih besar.
Peringatan tersebut dikeluarkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Biro Investigasi Federal (FBI) pada Selasa waktu setempat.
"Aktor siber dari pemerintah Korut menargetkan sektor media, dirgantara, dan finansial serta infrastruktur penting di AS maupun global," demikian pernyataan bersama tersebut seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (14/6/2017).
Advertisement
AS juga menyebutkan, Hidden Cobra telah memiliki sejumlah korban sejak tahun 2009. Efek dari aktivitas kelompok ini mengakibatkan pencurian data dan menganggu data lainnya.
"Kemampuan kelompok tersebut meliputi denial of service attacks (DoS)...Hidden Cobra biasanya menargetkan sistem yang menjalankan versi lama sistem operasi Microsoft yang tidak lagi ditambal," ungkap pernyataan bersama itu.
Baca Juga
Korut sendiri beberapa kali membantah terlibat dalam serangan siber terhadap negara lain. Sementara itu, utusan Pyongyang untuk PBB belum menanggapi peringatan AS tersebut.
Menurut pejabat dan pakar keamanan siber Barat, kegiatan peretasan oleh Korut semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Perusahaan siber Symantec Corp mengatakan bulan lalu, "besar kemungkinan" bahwa kelompok peretas yang berafiliasi dengan Korut, Lazarus Group, berada di balik serangan siber WannaCry. Serangan tersebut menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di seluruh dunia, menganggu operasi di rumah sakit, perbankan, dan sekolah.
Peringatan terbaru yang dikeluarkan pemerintah AS juga menyebutkan, kemungkinan serangan siber Hidden Cobra sebelumnya telah disampaikan oleh para ahli. Sama halnya ketika para ahli memperingatkan tentang serangan Lazarus Group dan Guardians of the Peace yang dikaitkan dengan serangan pada tahun 2014 ke Sony Pictures Entertaiment.
Dalam kasus berbeda, Departemen Luar Negeri AS menegaskan, kedatangan mantan bintang NBA Dennis Rodman ke Korut tidak ada sangkut pautnya dengan pembebasan seorang mahasiswa AS.
Otto Warmbier yang telah menjalani masa hukuman 15 tahun penjara dibebaskan dan dievakuasi dari Korut pada Selasa waktu setempat. Pada hari yang sama, Rodman dikabarkan mendarat di negara pimpinan Kim Jong-un tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert menolak memberikan rincian tentang proses pembebasan Warmbier atau mengomentari kondisi kesehatannya.
"Kami bersyukur atas pembebasan Warmbier, namun 'terlalu cepat' untuk bicara soal berdialog dengan Korut," ungkap Nauert.
Orangtua pemuda itu mengatakan, putranya dibebaskan dalam kondisi koma.
Saksikan juga video menarik soal Korea Utara berikut ini: