Sukses

Kota Kecil di Ujung Bumi Ini Jadi Awal Perang Nuklir AS Vs Rusia?

Vardo, kota kecil di Norwegia, terseret dalam pusaran ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia yang bisa pecah jadi konflik terbuka.

Liputan6.com, Oslo - Populasi kota kecil Vardo di klaster kepulauan Finnmark, Norwegia, di kawasan Arktik, telah menyusut selama 20 tahun terakhir. Industri perikanan yang menyokong perekonomian daerah itu selama beberapa generasi mengalami senjakala. Sebagian besar bahkan kolaps.

Saat warganya berpaling, mencari penghidupan di tempat asing, penyedia layanan listrik justru melaporkan anomali.

Pemakaian arus listrik di Vardo, secara misterius, melonjak drastis. Setelah diusut, lonjakan terjadi di kabel yang dipasang di bawah permukaan air bercampur es, yang memisahkan kepulauan Finnmark dengan daratan utama Norwegia.

Jaringan kabel listrik itu, juga penampakan alat-alat berat, jadi penanda aktivitas pembangunan instalasi radar di dataran tinggi yang berbatu yang menghadap ke Rusia di seberang laut. 

Tujuannya adalah, untuk mengintai perkembangan armada kapal selam nuklir Rusia yang dipersenjatai rudal balistik di Laut Barents.

Seperti yang dikutip dari The New York Times, Rabu (14/6/2017), instalasi radar yang tengah dibangun di Kota Vardo didanai oleh Amerika Serikat. Fasilitas itu difungsikan untuk mengintip Semenanjung Kola, wilayah Negeri Beruang Merah yang menjadi lokasi pangkalan angkatan laut berkeamanan tinggi, sekaligus zona militer yang amat terbatas lagi rahasia.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memperkuat peran militer dan ekonomi negaranya di Arktik. Menjadikannya sebagai prioritas. 

Ia bersumpah membuat Rusia menjadi pemain dominan. Sejumlah isu, seperti perubahan iklim yang berdampak merombak rute pelayaran Eropa ke Asia, potensi cadangan migas baru, dan peran strategis Arktik yang membuatnya menjadi area adu kuat para pemain global--membuat Moskow sangat berniat untuk menanamkan pengaruhnya wilayah di bagian paling utara bumi itu.

Katarzyna Zysk, associate professor di Norwegian Institute of Defense Studies mengatakan landasan ambisi Rusia di Arktik adalah peran wilayah tersebut dalam strategi menangkis senjata nuklir dan perencanaan taktik Angkatan Laut.

Untuk itu, Rusia mengandalkan kapal selam Borei, yang mampu membawa 12 unit misil jarak jauh, yang masing-masing bisa membawa sejumlah hulu ledak.

Rusia berencana membangun delapan kapal selam kelas Borei. Yang pertama diwujudkan, Yuriy Dolgorukiy, kini menjadi bagian dari Armada Rusia di Utara.

Dari pangkalannya di Semenanjung Kola--yang jaraknya hanya 40 mil dari Vardo, Moskow mengoperasikan lebih dari 200 kapal selam, termasuk enam Delta IV yang dipersenjatai dengan beberapa rudal balistik.

"Vardo menjadi penting untuk Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat. Agar mereka mampu mengawasi apa yang sedang dilakukan oleh Rusia," tambah Lasse Haughom, mantan Wali Kota Vardo dan eks anggota intelijen militer Norwegia.

"Rusia juga ingin menguak rahasia kami, sementara AS dan Norwegia tahu urusan Rusia. Begitulah situasinya di sini," ujar Haughom melengkapi.

Sebenarnya, pembangunan instalasi radar di Vardo bukanlah hal baru. Di penghujung Perang Dingin, Amerika Serikat telah menempatkan sistem radar.

Setelah Uni Soviet runtuh, AS memasuki persaingan babak baru. Kali ini dengan Rusia. Negeri Paman Sam membangun sistem radar baru bernama Globus 3 di Vardo. 

Proyek radar gabungan Amerika-Norwegia, yang akan menghabiskan biaya ratusan juta dolar dan mengonsumsi listrik dalam jumlah besar, bikin Moskow marah.

Itu dianggap sebagai upaya Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk mengepung dan menghalangi kebangkitan Rusia.

Duta Besar Rusia di Oslo memperingatkan agar Norwegia tak bersikap 'naif'. 

"Norwegia harus memahami bahwa menjadi pos terdepan NATO, itu berarti negara itu berhadapan langsung dengan Rusia dan kekuatan militernya," kata Dubes Rusia Teimuraz Ramishvili.

Secara tersirat, kepala Norwegia Intelligence Service (NIS), Morten Haga Lunde menjelaskan kepada The New York Times bahwa, instalasi radar baru di Vardo akan melacak sampah antariksa atau satelit angkasa luar yang jatuh di kawasan Arktik.

Tujuan lain adalah, memantau kepentingan Norwegia di Utara. 

Namun, jenderal-jenderal Rusia dan banyak orang Norwegia menampik penjelasan soal sampah antariksa. Mereka yakin, Globus 3 adalah bagian dari upaya Pentagon untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal global--yang justru membuat Vardo menjadi sasaran tembak utama jika konflik pecah jadi perang terbuka.

2 dari 2 halaman

Picu Perang Nuklir AS Vs Rusia?

Kota Vardo, Norwegia (Wikimedia Commons)

Jika konflik sampai terjadi, warga Vardo cemas, tembakan pertama akan mengarah ke kota kecil mereka.

"Rusia menganggap Vardo sebagai target bernilai tinggi. Sewaktu-waktu krisis pecah, tempat itu akan menjadi sasaran tembak rudal mereka," kata akademisi dari Norwegian Defense University College di Oslo, Letnan Kolonel Tormod Heier.

Isu program penempatan sistem pertahanan misil milik AS di sejumlah wilayah di dunia menjadi salah satu faktor yang membuat tensi menegang antara Moskow dan Washington.

Presiden Putin bahkan menilai bahwa program tersebut, "Mengganggu keseimbangan strategis negara-negara di dunia," dalam sebuah wawancara di Saint Petersburg pada 1 Juni, seperti yang dikutip dari The New York Times.

Wali Kota Vardo Robert Jensen justru meragukan ketegangan tersebut. Ia menilai bahwa, jika 'Perang Dunia III' terjadi, Vardo bukanlah titik permulaan konflik bersenjata.

Wali Kota Jensen justru melihat sisi positif dari pembangunan instalasi radar tersebut, ia menilai bahwa, "Pembangunan itu justru akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga di sini," katanya.

Aksel Robertsen, warga Vardo, justru berterima kasih dengan kehadiran firma militer yang melakukan proyek pembangunan radar di sana. Bagi Robertseon, komunitas Vardo sangat membutuhkan pekerjaan agar kota yang berpopulasi sekitar 21.000 itu tak lagi mengalami penyusutan.

Akan tetapi, di sisi lain, Robertson bersikap dilematis. Menurutnya, warga Vardo menginginkan agar kota kembali menjadi kawasan industri perikanan seperti sediakala.

"Sesungguhnya, kami hanya ingin hidup dari industri perikanan, bukan mengais rezeki dari sebuah radar rahasia," ucap Robertson.

Sementara itu, jurnalis lokal Vardo dari media Osthavet, Tore Jorgensen, menyebut bahwa alasan Jensen dan Robertsen ada benarnya. Namun, warga kota tak boleh juga bersikap naif, dan mengabaikan retorika mengenai kemungkinan konflik militer global yang mungkin saja akan terjadi di Vardo--yang dipicu oleh kehadiran radar 'Globus 3 baru' milik AS.

"Isu itu jadi rahasia umum warga. Bagiku, tampak jelas bahwa instalasi itu adalah zona militer. Meski dioperasikan oleh militer Norwegia, ada banyak orang AS, yang tampak bekerja sebagai teknisi atau anggota agensi tertentu yang menetap lama di Vardo," kata Jorgensen seperti yang diwartakan oleh The New York Times.

Pembangunan sistem radar itu dinilai membahayakan relasi negara di kawasan Arktika, juga hubungan Rusia-AS. Pengamat menilai bahwa kehadiran radar 'Globus 3 baru' membangkitkan memori Perang Dingin.

"Jadi ada Perang Dingin baru, namun lebih mengancam. Saat ini Rusia tak seperti Uni Soviet, mereka lebih lemah dan terbatas dalam segi militer jika dibandingkan dengan AS. Namun, hal itulah yang membuat mereka sulit untuk diprediksi dan meningkatkan ancaman di kawasan itu. Opsi nuklir mungkin dijadikan pilihan utama bagi Rusia untuk menghadapi AS, berbeda dengan Uni Soviet yang dulu punya berbagai macam opsi alternatif selain bom atom," kata Letnan Kolonel Tormod Heier dari Norwegian Defense University College in Oslo.

Pengamat lain menilai bahwa kehadiran radar di Vardo tampak biasa saja dan bahkan dianggap tidak begitu signifikan. Akan tetapi, Rusia bisa saja menginterpretasikan makna yang berbeda tentang kehadiran 'Globus 3'.

"Analoginya seperti ini, jika kau lihat tetanggamu berjalan di pekaranganmu membawa sebuah senapan, tak peduli apakah senjata itu berisi peluru atau tidak, pasti Anda akan curiga dengannya, bukan? Sama seperti Rusia melihat 'kehadiran' AS di Vardo. Mereka waspada, seakan-akan itu sebuah ancaman," jelas Theodore Postol, pakar radar dari Massachusets Institue of Techno.

Video Terkini