Sukses

Militer Filipina: Ada Pasukan Amerika di Dekat Kota Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina memastikan, pasukan AS berada dekat dengan Kota Marawi, dalam kapasitas sebagai penasihat militer.

Liputan6.com, Marawi - Personel Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) mengungkapkan keberadaan pasukan Amerika Serikat di dekat Marawi, Provinsi Lanao del Sur.

Akan tetapi, kapasitas militer AS bukan ditujukan sebagai pasukan utama untuk menggempur pemberontak Maute dan sejumlah militan pro-ISIS yang menduduki Marawi.

Tentara Filipina mengatakan bahwa militer AS yang berada dekat dengan Marawi berperan sebagai pasukan pendukung AFP, demikian seperti yang dilaporkan oleh Asian Correspondent, Rabu (14/6/2017).

"Ada beberapa personel AS yang mengoperasikan sejumlah peralatan militer dan menyajikan informasi serta melatih kepekaan dalam membaca situasi kepada pasukan kami," kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Asian Correspondent.

"Aku tidak tahu jumlah dan misi pasti mereka. Mereka juga membawa senapan untuk perlindungan diri, tetapi tidak dibolehkan untuk bertempur, dan hanya menyediakan dukungan," tambah Brigjen Padilla.

Sementara itu, kemunculan pasukan AS di Marawi--yang dilaporkan telah ada sejak awal Juni 2017--sempat menimbulkan perdebatan di kalangan internal pemerintahan Filipina.

Presiden Rodrigo Duterte mengatakan bahwa dia "tidak sadar" pasukan khusus AS telah bergabung dalam pertempuran untuk mengalahkan gerilyawan ISIS yang mengepung Marawi di Filipina selatan.

Duterte mengatakan bahwa dia "tidak pernah mendekati Amerika" untuk meminta bantuan dan "tidak menyadarinya sampai mereka tiba". Hal itu ia ungkapkan ketika ditanya tentang dukungan AS untuk memerangi militan pro-ISIS di Kota Marawi di Pulau Mindanao.

Sementara itu, AFP justru menyatakan bahwa pasukan AS hadir untuk memberikan bantuan teknis, tetapi tidak memiliki "hak untuk memberi komando". Pernyataan itu mengonfirmasi sebuah kabar dari Kedutaan AS di Manila, yang mengatakan bahwa dukungan tersebut telah diminta oleh Pemerintah Filipina.

Presiden Duterte mengumumkan darurat militer di Mindanao--sebuah pulau seukuran Korea Selatan--setelah militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS menguasai Marawi.

Dengan status darurat militer, Duterte mengatakan bahwa dirinya memiliki wewenang atas Departemen Pertahanan.

Duterte tidak mengatakan angkatan bersenjata telah melampaui kekuasaannya, tetapi mencatat bahwa karena bertahun-tahun berlatih dari Amerika Serikat. "Tentara kita pro-Amerika, itu keniscayaan yang tidak dapat saya tolak," ujarnya.

Juru bicara kepresidenan, Ernesto Abella pernah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada awal Juni 2017 bahwa pasukan AS berpartisipasi secara langsung dalam operasi tempur, yang secara undang-undang dilarang.

"Pertarungan melawan terorisme, bagaimanapun, tidak hanya menjadi perhatian Filipina atau Amerika Serikat, tetapi juga menjadi perhatian banyak negara di seluruh dunia," kata Abella.

"Filipina terbuka untuk bantuan dari negara lain jika mereka menawarkannya," tambahnya.

 

Saksikan juga video berikut ini