Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara kembali menebar ancaman lewat proyek pengembangan misil dan rudal nuklirnya. Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu mengisyaratkan akan melakukan uji coba rudal jarak jauh yang mampu mencapai New York, Amerika Serikat.
Ancaman itu muncul setelah Presiden Donald Trump meremehkan kapabilitas rudal Korea Utara. Pendapat itu ia sampaikan melalui Twitter pada 3 Januari 2017 lalu.
Advertisement
Baca Juga
"Korea Utara menyatakan bahwa mereka telah memasuki tahap akhir pengembangan rudal nuklir jarak jauh yang mampu mencapai Amerika Serikat. Itu tidak akan terjadi!" kicau @realDonaldTrump.
Merespons hal tersebut, media corong pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun, meyakini bahwa misil jarak jauh yang mereka kembangkan mampu mencapai Negeri Paman Sam.
"Trump sesumbar mengatakan bahwa rudal nuklir DPRKÂ tidak akan pernah mampu mencapai daratan induk Amerika Serikat. Sesungguhnya mereka khawatir, bahwa sejumlah uji coba yang dilakukan justru membuktikan bahwa ICBM (intercontinental ballistic missile) tak jauh dari harapan belaka," tulis Rodong Sinmun seperti yang dikutip dari majalah Foreign Policy dan diwartakan oleh The Independent, Rabu (14/6/2017).
"DPRK ke New York berjarak sekitar 10.400 km, tapi jarak itu tak terlampau jauh sekarang," ucap Rodong Sinmun yang menyiratkan bahwa salah satu rudal Korea Utara diyakini mampu mencapai salah satu bagian.Â
Pemerintah Korea Utara juga menyampaikan bahwa negara mereka akan terus melakukan uji coba misil sesuai dengan kehendak dan kemauan pemimpinnya, Kim Jong-un.
Mei 2017, Kepala Defense Intelligence Agency AS Letnan Jenderal Vincent Stewart menjelaskan, saat ini rudal Korea Utara kuat diperkirakan mampu mencapai daratan utama Amerika Serikat, dan hal tersebut tidak dapat dimungkiri lagi.
Korut Konsisten dan Rutin Melakukan Tes Rudal
Akhir Mei 2017 lalu, Pyongyang melakukan tes rudal jenis Scud yang jatuh di Laut Jepang. Hal itu membuat Nippon --yang didukung AS-- semakin bertekad untuk menghentikan program nuklir Korea Utara.
Tak lama Korut melakukan uji coba, AS merespons dengan mengerahkan armada perang ketiganya untuk bergabung dengan dua kapal induk yang telah bersiaga di Semenanjung Korea.
Dikutip dari News.com.au, Selasa 30 Mei 2017, uji coba itu langsung diawasi oleh Kim Jong-un. Menurut media corong pemerintah, KCNA, tes tersebut itu dianggap berhasil. Kim Jong-un lantas memerintahkan untuk membuat senjata yang lebih kuat lagi.
Tak hanya itu, KCNA melaporkan ekspresi kegembiraan si pemimpin negara tersebut.
"Uji coba ini adalah lompatan tinggi bagi kita sehingga kita bisa memberikan 'hadiah' lebih besar dan kuat lagi bagi para Yankees itu," tulis KCNA yang merujuk bahwa senjata itu diarahkan kepada AS karena dianggap provokator.
Kim Jong-un juga dikabarkan gembira karena uji coba misil itu presisi dan tepat sasaran.
"Roket balistik terbang ke langit timur ketika Matahari baru saja terbit... dan secara tepat menuju targetnya, setelah terbang dengan jangkauan yang telah dihitung dengan akurat," tulis KCNA.
Setelah misil itu meledak mengenai klaim sasaran, Korea Selatan melaporkan bahwa misil tipe Scud telah melintasi bagian timur kawasan sejauh 450 km.
Sementara itu, Jepang mengklaim rudal itu jatuh di kawasan Zona Eksklusif Ekonomi miliknya. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memprotes keras tindakan Korea Utara.
"Untuk mencegah (tindakan) Korea Utara, kita akan melakukan tindakan nyata bersama dengan Amerika Serikat," kata Abe.
"Kami akan menjaga kewaspadaan tinggi dalam koordinasi dengan Korea Selatan dan masyarakat internasional, serta mengambil semua langkah yang mungkin untuk menjamin keamanan masyarakat Jepang."
Korea Utara mengklaim bahwa uji coba rudal yang dilakukan sekitar dua minggu lalu membuktikan bahwa negaranya memiliki roket yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Atas kemampuannya itu, Korut juga mengklaim bahwa daratan AS dan pangkalan militernya di Pulau Guam di Pasifik berada dalam jangkauan serangan.
Korea Selatan dan Jepang mengecam peluncuran tersebut. Namun Korea Utara telah mengatakan bahwa uji coba rudalnya sebagai reaksi terhadap ancaman Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang.
Â
Saksikan juga video berikut
Advertisement