Liputan6.com, Riyadh - Leefa mengaku punya alasan kuat untuk bergabung dengan ISIS. Warga Negara Indonesia (WNI) itu mengaku ingin mendapatkan penghidupan yang lebih baik dibanding di Tanah Air.
Apalagi, perempuan tersebut mengalami masalah kesehatan. "Saya butuh operasi leher. Di Indonesia biayanya sangat mahal. Tapi di Daesh, katanya, semua gratis," kata dia, seperti dikutip dari situs aawsat, Kamis (15/6/2017). Daesh adalah nama lain ISIS.Â
Pengetahuan Leefa soal ISIS didapat dari internet dan video yang diproduksi kelompok teror tersebut. Di benaknya kala itu, "kekhalifahan" yang didirikan di Irak dan Suriah itu adalah tempat yang ideal bagi Muslim. Bak surga di atas Bumi.
Advertisement
"Saya pergi ke wilayah ISIS untuk menjadi Muslim sejati," kata dia.
Komunikasi pun dijalin dengan pihak ISIS. Seorang pria berjanji akan membantu Leefa dan belasan orang lainnya menuju Raqqa, Suriah.
Baca Juga
Berpegang pada janji itu, ia pun hengkang bersama 15 warga Indonesia lain. Mereka rela merogoh kocek untuk membiayai tiket perjalanan. Konon, biaya itu kelak akan diganti sesampainya di Raqqa.
Perjalanan panjang dilalui untuk mencapai tanah impian. Namun, sesampainya di kota tujuan, semua angan-angan indah buyar seketika.Â
Jangankan kehidupan serba mudah, operasi leher yang dijanjikan pun tinggal janji. Leefa sadar ia jadi korban janji manis ISIS yang ternyata dusta belaka.Â
Kini Leefa tinggal di kamp pengungsian di Ain Issa, yang letaknya 50 kilometer utara Raqqa.
Ia menanti ke mana nasib akan membawanya. Sementara itu, pasukan Syrian Democratic Forces (SDF) yang didukung koalisi Amerika Serikat berupaya merangsek ke jantung ISIS untuk menghancurkannya.
Diincar Jadi Istri
WNI lain, sebut saja namanya Nur, juga mengaku jadi korban ISIS. "Semuanya bohong besar," kata dia, seperti dikutip dari Straits Times.
Perempuan 19 tahun itu mengaku saat memasuki wilayah ISIS, ia menyaksikan segalanya berbeda dengan yang terpampang di internet.
Nur pergi ke Suriah bersama keluarganya. Mereka berharap saudara-saudara lelakinya akan mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan.Â
Namun, semua itu hanya propaganda. Alih-alih merintis karier dengan gaji setinggi langit, para pria dipaksa jadi militan, menenteng bedil, bertaruh nyawa di zona tempur, berhadapan dengan tank dan rudal lawan.
"Mereka bahkan dipenjara, ayahku, saudara-saudaraku," kata dia. Tak jelas mengapa keluarga Nur dijebloskan ke balik bui.
Perempuan itu juga mengaku dikejar-kejar banyak militan ISIS. Pria-pria itu ingin menikahinya.
"Tingkat perceraian di sana tinggi. Talak dijatuhkan meski pernikahan baru berlangsung dua minggu atau dua bulan," kata dia.
Nur merasa jijik saat mengetahui topik pembicaraan favorit para militan ISIS adalah soal perempuan.
Suatu ketika, salah satu saudaranya dihampiri orang tak dikenal di pasar di Raqqa. Tanpa basa-basi, lelaki itu bertanya,"Apa kau punya gadis atau saudara perempuan? Aku ingin seorang istri."
Apa yang dikatakan Leefa dan Nur tak mungkin dikonfirmasi kebenarannya. Namun, kisah mereka bersesuaian dengan pengakuan sejumlah orang asing yang kabur dari markas ISIS: bahwa mereka semua adalah korban penipuan propaganda Daesh.
Salah satu staf kamp pengungsi Ain Issa, Fayruz Khalil, mengatakan kebanyakan orang asing yang bergabung di ISIS merasa kecewa dengan kenyataan yang mereka lihat di depan mata.
"Sepuluh bulan belakangan mereka mencoba kabur. Namun, baru belakangan upaya itu berhasil," kata dia.
SDF berencana untuk mengirim sekelompok WNI ke perbatasan Erbil, Irak, dan menyerahkan mereka ke pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Menurut pihak berwenang Indonesia, sekitar 500 sampai 600 orang Indonesia diyakini berada di Suriah saat ini.
Sekitar 500 lainnya telah berusaha mencapai Suriah, namun dideportasi sebelum sampai di wilayah ISIS.
Â
Advertisement