Liputan6.com, Dmanisi - Georgia merupakan sebuah negara pecahan Uni Soviet yang berlokasi di Eropa Timur. Negara yang beribu kota di Tbilisi ini dikenal menjadi salah satu wilayah yang memproduksi wine tertua di dunia, yakni sejak 8.000 tahun silam.
Tak hanya dikenal sebagai negara penghasil wine dengan pemandangan khas pegunungan yang indah, penemuan arkeologi yang berawal 30 tahun lalu membuat negara di selatan Rusia itu banyak diperbincangkan oleh ilmuwan.
Baca Juga
Pada 1983, sejumlah arkeolog menemukan fosil hewan di bawah lantai sebuah rumah yang berlokasi di kota Dmanisi, 85 Km di barat daya Tbilisi. Setelah diteliti, fosil tersebut ternyata merupakan milik badak zaman pleistosen awal. Setahun kemudian, sebuah alat dari batu ditemukan.
Advertisement
Dilansir dari website dmanisi.ge, tujuh tahun setelah dilakukan ekskavasi awal, yakni pada 1991, tim internasional menemukan rahang bawah yang merupakan milik hominin -- anggota suku Homonini, termasuk manusia dan beberapa spesies punah -- yang berusia 1,7 juta tahun.
Penemuan fosil yang dinamai D211 itu, memicu perdebatan di antara arkeolog soal manusia pertama yang keluar dari Afrika. Selama ini, para ilmuwan meyakini bawa, homo -- istilah Latin yang berarti manusia -- tak meninggalkan Afrika hingga 1 juta tahun lalu.
Namun, penemuan fosil Homo di Dmanisi membantah gagasan tersebut. Pasalnya, rahang bawah hominin tersebut telah berusia 1,7 tahun.
Delapan tahun setelah penemuan D211, yakni 1999, arkeolog menemukan dua tulang tengkorak yang diberi kode D2280 dan D2282. Penemuan itu membuktikan, bahwa hominin Dmanisi merupakan manusia tertua yang berada di luar Afrika.
Satu tahun kemudian, arkeolog menemukan rahang bawah yang diberi kode D2600. Penemuan itu meningkatkan kemungkinan adanya dua spesies berbeda di Dmanisi dalam waktu bersamaan.
Pada 2001, ditemukan tulang tengkorak ketiga yang diberi kode D2700. Tengkorak tersebut berada dalam kondisi baik dan nyaris lengkap.
Satu tahun kemudian, yakni pada 2002 hingga 2003, ditemukan sebuah tengkorak dan rahang bawah (D3444 dan D3900). Menurut penelitian, individu tersebut hidup beberapa tahun tanpa gigi sebelum akhirnya meninggal.
Tengkorak kelima sekaligus yang terakhir, ditemukan arkeolog pada 2005. Penemuan dengan kode D4500 tersebut merupakan tulang tengkorak paling lengkap dari Homo zaman Pleistosen.
Bertambah banyaknya bukti sejumlah fosil manusia purba di Dmanisi, membuka tabir baru dalam dunia arkeologi. Hal tersebut diungkapkan oleh arkeologi dari University of the Philippines, Prof. Mylene Lising.
"Sebelum Dmanisi ditemukan, para peneliti menanggapi, bahwa manusia baru meninggalkan Afrika sejak 1 juta tahun lalu. Ketika mereka meninggalkan Afrika, mereka memiliki otak dan badan yang lebih besar," ujar Mylene dalam kuliah singkat bertajuk "The First Humans Out of Africa. The Early Humans of Dmanisi, Georgia" yang diadakan di Kedutaan Besar Georgia, Jakarta, pada Jumat, 16 Juni 2017.Â
"Mereka juga dianggap meninggalkan Afrika dengan alat-alat yang canggih, sehingga mereka dapat bertahan hidup."
"Namun penemuan Dmanisi membantah itu semua," kata Mylene yang juga terlibat proyek ekskavasi di Dmanisi.
Menurutnya, fosil Homo yang ditemukan di Dmanisi memiliki tubuh dan otak yang kecil dan usianya telah mencapai 1,77 juta tahun. Dari hasil penelitian, mereka juga memiliki alat batu yang primitif, berbeda dengan apa yang sebelumnya diperkirakan oleh para peneliti.
"Mereka meninggalkan Afrika mungkin karena perubahan iklim atau mencari bahan makanan," ujar Mylene.
Hominin Dmanisi menunjukkan banyak karakteristik fisik kuno khas hominin Afrika awal. Namun di sisi lain, mereka tersebut juga memiliki kesamaan tertentu dengan Homo erectus.
Meski Dmanisi termasuk situs ekskavasi yang terbilang kecil, penemuannya memperkaya catatan dan pengetahuan arkeologi yang melimpah tentang masa Abad Pertengahan Georgia dan juga manusia purba.
Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze, mengatakan bahwa penemuan fosil di Dminisi dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa berkunjung ke negaranya.