Sukses

PM Singapura Minta Maaf atas Perselisihan Wasiat Lee Kuan Yew

PM Lee Hsien Loong dan dua adiknya yang merupakan anak pendiri Singapura Lee Kuan Yew, terlibat perselisihan soal wasiat rumah ayahnya.

Liputan6.com, Singapura - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, meminta maaf atas perseteruan keluarga terkait wasiat rumah. Ia mengatakan, hal yang seharusnya hanya menjadi urusan keluarganya itu telah merusak reputasi negara.

Lee Hsien Loong dan dua adiknya merupakan anak dari pendiri Singapura yang dipuja dan dihormati, Lee Kuan Yew. Masalah tentang wasiat sebuah rumah itu muncul ke publik saat mereka saling serang di Facebook.

Perselisihan wasiat rumah keluarga itu sontak menjadi tontonan yang mengejutkan publik Singapura.

"Saya sangat menyesalkan bahwa perselisihan ini telah mempengaruhi reputasi Singapura dan kepercayaan warga Singapura terhadap pemerintah," kata Lee dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (20/6/2017).

"Sebagai perdana menteri, saya mohon maaf atas hal ini. Dan sebagai anak tertua, saya sedih memikirkan penderitaan yang dialami orangtua kami seandainya mereka masih hidup."

Keluarga Lee adalah orang-orang yang telah mendominasi politik Singapura selama hampir enam dekade.

Perselisihan itu mencuat di hadapan publik pada 14 Juni 2017. Saat itu adik perempuan dan laki-laki PM Lee Hsien Loog, Wei Ling Hsien yang mengeluarkan sebuah pernyataan melalui Facebook.

Lewat media sosial itu, mereka mepublikasikan pernyataan enam lembar berjudul "What has happened to Lee Kuan Yew’s values?". Mereka bersikukuh bahwa wasiat sang ayah harus ditunaikan, yakni menghancurkan bangunan yang pernah jadi tempat tinggal mereka saat kecil.

Ayah mereka yang dikenal akan kesederhanaannya, menentang munculnya sebuah kelompok yang memuja dirinya. Ia takut rumah itu akan menjadi monumen, di mana banyak orang asing berjalan melewati tempat tinggal pribadi keluarganya.

Rumah dengan lima kamar tidur di Oxley Road itu, dibangun pada akhir Abad ke-19 di bekas sebuah perkebunan. Seorang agen properti mengatakan, bangunan itu kemungkinan akan bernilai setidaknya 24 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 230 miliar.

Wei Ling dan Hsien Yang menuduh Lee berusaha menghalangi pembongkaran rumah tersebut untuk mengeksploitasi warisan ayah mereka, yakni dengan memanfaatkan kekuatan lembaga pemerintah. Mereka juga menyebut Lee dan istrinya memendam ambisi politik untuk putra mereka, Li Hongyi.

Lee telah membantah tuduhan tersebut. Ia mengklaim klausul pembongkaran itu buru-buru ditambahkan ke kehendak ayahnya dalam keadaan yang meragukan, setelah dihapus dalam dua versi sebelumnya.

Sebuah komite mempertimbangkan apa yang seharusnya dilakukan pada properti tersebut. Namun Lee mengatakan bahwa dia tidak terlibat dalam keputusan tersebut.

"Sama seperti saya ingin move on dan mengakhiri pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi orang Singapura, tuduhan tak berdasar terhadap pemerintah ini tidak dapat dibiarkan tak terjawab," ujar Lee.