Sukses

5 Skandal Wanita Penggoda yang Memikat Hati Raja

Lima perempuan ini memiliki ambisi masing-masing. Namun mereka mewujudkannya dengan satu cara yang sama: merayu penguasa.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah wanita penggoda yang bersedia melakukan apa saja demi meraih kekuasaan, harta, dan status sosial bukan hal yang baru terdengar. Demi ambisi pribadi, mereka melanggar batas-batas kewajaran.

Sejarah mencatat sejumlah wanita rela terlibat skandal, memanfaatkan seksualitas mereka demi mendekati pria berpengaruh, dan mendapat keuntungan dari hubungan terlarang. Sorotan publik, cibiran, dan kritikan tak menghentikan langkah mereka untuk mengejar tujuan.

Seperti Liputan6.com kutip dari Ranker.com, Rabu (21/6/2017) dari banyak cerita berikut lima kisah perempuan penggoda yang mengupayakan berbagai cara demi mewujudkan ambisi pribadi:

1. Julia Agrippina the Younger

Sebagai seorang keturunan Dinasti Julio-Claudian yang terkenal di Roma, Julia Agrippina the Younger terlahir dalam "keistimewaan". Bagaimana tidak, melalui darah dan perkawinan ia terhubung langsung dengan lima kaisar Romawi!

Caesar Augustus merupakan kakek buyutnya, Tiberius merupakan saudara kakeknya, Caligula merupakan saudara laki-lakinya, Claudius merupakan pamannya, dan Nero merupakan anak laki-lakinya.

Namun, sejak awal Agrippina disebut-sebut tidak puas dengan hidupnya mengingat saat itu wanita elite Romawi cenderung menjalani kehidupan publik yang relatif terbatas.

Hidup Agrippina penuh drama dan intrik. Pada tahun 39 M, ia sempat diasingkan sementara karena merencanakan upaya perlawanan terhadap Caligula, saudara laki-lakinya.

Reputasi Agrippina sebagai seorang feminis yang kejam dan licik dimulai pada 49 M, tepatnya ketika ia menggoda paman sedarah dan kaisar baru Claudius. Keduanya menikah dan perempuan itu resmi menyandang sebagai ratu. Bahkan dengan standar Romawi yang liar dan bebas, pernikahan seperti itu dianggap perzinahan.

Agrippina memanfaatkan kekuatan barunya dengan gembira. Ia menyakinkan sang paman untuk menunjuk Nero, anaknya dari pernikahan sebelumnya, sebagai pewaris.

Claudius meninggal dunia pada usia 54 tahun dan banyak yang meyakini bahwa Agrippina meracuninya. Sesuai rencana perempuan itu, sang putra naik takhta. Suatu ketika, Nero menyadari sifat ibunya yang haus kekuasaan hingga akhirnya ia memerintahkan eksekusi atas Agrippina.

2 dari 5 halaman

2. Harriette Wilson

Harriette Wilson adalah salah satu pelacur paling terkenal di London. Selain itu, ia juga merupakan seorang penulis yang cerdas.

Lahir dan dibesarkan di London, Wilson memulai "karier"nya pada usia 15 tahun saat menjadi gundik bagi seorang bangsawan. Hal tersebut membuatnya cepat bergabung dengan masyarakat kelas atas. Meski menuai cibiran publik, namun ia sangat menikmatinya.

Daftar pria yang terjerat pesona Wilson cukup mengesankan! Mulai dari perdana menteri, pahlawan perang, dan bangsawan. Sebut saja seperti Duke of Wellington, George IV, Lord Canning, dan Lord Palmerston dan banyak lagi.

Harriette Wilson (Wikimedia)

Suatu waktu, Wilson jatuh pada masa-masa sulit. Tapi pada tahun 1820-an, ia bangkit dengan sebuah solusi jenius. Wilson menulis sebuah memoar dan memeras para mantan kekasih rahasianya yang ingin tetap mempertahankan anonimitas mereka.

Pilihannya jelas, memberinya harta atau nama mereka akan dipublikasikan. Dengan cara tersebut, ia menggunakan sisi kelamnya untuk menghasilkan pendapatan. Jika uang adalah kekuatan, dia menggunakan seksualitasnya untuk mendapatkan keduanya.

3 dari 5 halaman

3. Agnès Sorel

Sebagai gundik resmi pertama kerajaan Prancis dari 1444-1450, Agnès Sorel berkuasa dan berpengaruh di istana Raja Charles VII. Rasa cinta mendalam Charles terhadap Sorel memicu skandal di istana dan membuatnya banyak dimusuhi.

Pilihan busana Sorel juga tergolong sangat berani. Perempuan itu mengenakan gaun yang mempertontonkan satu payudaranya.

Agnès Sorel (Wikimedia)

Raja Charles melimpahi Sorel dengan gelimang harta. Ia memberikannya tanah, sebuah kediaman pribadi, dan "gunungan permata", termasuk yang disebut-sebut sebagai berlian potong pertama.

Tapi Sorel tidak memanfaatkan Charles demi dirinya semata. Ia juga menggunakannya untuk memajukan nasib dan kedudukan keluarganya dengan mengamankan posisi mereka di istana.

Masa "jabatan" Sorel tergolong singkat. Ia meninggal akibat racun merkuri di usia 28 tahun tepatnya pada tahun 1450. Ia diracun musuhnya atau tidak masih menjadi misteri.

4 dari 5 halaman

4. Diane de Poitiers

Salah satu wanita tercantik, cerdas, dan modis di istana Prancis Abad ke-16, Diane de Poitiers berhasil memikat Pangeran Henry, sang pewaris takhta. Henry berusia 20 tahun lebih muda dari de Poitiers. Kelak, ia merupakan sosok penting dalam kehidupan Henry dan sepanjang masa pemerintahannya.

Sebagai selir, de Poitiers memang tidak memiliki kekuasaan resmi di istana. Namun, tidur satu ranjang raja membuatnya mendapat pengaruh dan sokongan bahkan mampu mengalahkan sang ratu.

Henry menunjukkan cintanya kepada de Poitiers dengan sejumlah hadiah fantastis, termasuk di antaranya kastel Châteaux d'Anet dan Chenonceau. 00000000

Diane de Poitiers (Wikimedia)

Ketika Henry meninggal akibat kecelakaan saat melakukan duel menggunakan tombak pada 1551, pamor de Poitiers jatuh drastis. Ratu Catherine de Medici, janda Henry, bergerak cepat mengurangi posisi sang selir bahkan memaksanya untuk menjual kastel hadiah Henry.

De Poitiers meninggal dunia pada usia 66 tahun atau 15 tahun setelah kematian Henry. Sejumlah ilmuwan dan sejarawan berpendapat dia tak sengaja meracuni dirinya sendiri dengan emas yang diminumnya demi menjaganya awet muda dan tetap cantik.

5 dari 5 halaman

5. Gabrielle d'Estrées

Gabrielle d'Estrées merupakan seorang selir istana dengan ambisi politik. Pada tahun 1590, d'Estrées yang kala itu baru berusia 17 tahun telah menjadi gundik Raja Henry IV.

Henry IV merupakan sebuah raja Protestan yang memimpin sebuah negara bermayoritas Katolik di tengah iklim perang agama yang menyapu kawasan Eropa. Perempuan itu tak hanya setia kepada Henry IV, namun juga merupakan seorang Katolik yang taat.

Gabrielle d'Estrées (Wikimedia)

D'Estrées menggunakan posisinya untuk meyakinkan Henry IV agar sang raja mau melepas iman Protestan dan kembali menganut Katolik. Ia terbukti sebagai aset bagi Henry IV. Meski tidak memiliki kekuasaan resmi, namun ia punya modal sosial.

Ketika Henry IV mengeluarkan Edict of Nantes -- sebuah maklumat yang berisi pemberian hak hidup bagi kaum Protestan terutama golongan Calvinis di Prancis sambil tetap mengakui Prancis sebagai negara Katolik -- d'Estrées menggunakan keterampilan sosial dan diplomatiknya untuk menenangkan kritik vokal dari bangsawan Katolik.

Henry dengan bangga mengatakan, "Selirku telah menjadi orator cemerlang yang tak tertandingi..."

Sang raja sempat meminta agar paus membatalkan pernikahan pertamanya dengan harapan dapat mensahkan ikatannya dengan d'Estrées. Pada akhirnya, d'Estrées meninggal dunia di usia 26 tahun tepatnya pada 1599. Ia berpulang akibat eklampsia.