Sukses

Di Tengah Perang, Yaman Hadapi Wabah Kolera Terburuk di Dunia

Jumlah kasus kolera di Yaman telah melebihi 200.000, di mana 1.300 di antaranya tewas akibat wabah tersebut.

Liputan6.com, Sana'a - PBB telah memperingatkan bahwa Yaman tengah menghadapi wabah kolera terburuk di dunia. Pernyataan dari UNICEF dan WHO mengatakan, jumlah kasus kolera di negara tersebut telah melebihi 200.000 orang.

Sejauh ini lebih dari 1.300 orang tewas akibat wabah tersebut, di mana seperempatnya adalah anak-anak. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat.

Kedua badan PBB itu mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya sebaik mungkin untuk menghentikan wabah kolera.

"Kita saat ini menghadapi wabah kolera terburuk di dunia," ujar pernyataan tersebut, yang menambahkan ada sekitar 5.000 kasus baru setiap harinya

"Hanya dalam waktu dua bulan, kolera telah menyebar ke hampir setiap wilayah di negara yang dilanda perang ini."

Dikutip dari BBC, Minggu (25/6/2017), sistem kesehatan, air, dan sanitasi di Yaman rusak parah setelah meletusnya konflik antara pasukan pemerintah yang didukung koalisi pimpinan-Arab Saudi dengan gerakan pemberontak Houthi.

Dalam konflik yang berlangsung selama dua tahun, pemberontak menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sana'a.

Akibat konflik tersebut, banyak warga kekurangan makanan secara parah sehingga menyebabkan malnutrisi meluas. Hal itu membuat warga, terutama anak-anak, rentan terserang kolera.

PBB mengatakan, pihaknya sedang mengerahkan tim tanggap darurat untuk memberi peringatan dari rumah ke rumah yang memberitahu cara membersihkan dan menyimpan air minum.

Kolera adalah infeksi diare akut yang disebabkan karena mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholera.

Meski sebagian besar penyakit tersebut tak memiliki gejala, pada kasus yang parah kolera dapat membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati.

Perang telah membuat 18,8 juta dari 28 juta warga Yaman, membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hampir tujuh juta di antaranya berada di ambang kelaparan.