Sukses

Hujan Salju Turun di Musim Panas di Rusia, Pertanda Apa?

Cuaca di Rusia kian tak menentu. Salju turun di musim panas, sementara badai tropis memporak-porandakan sebagian Moskow.

Liputan6.com, Moskow - Warga Murmanks yang berjarak 1.487 km di utara Moskow akhirnya dapat bernapas lega. Pasalnya, hujan salju berhenti dan suhu udara di kota mereka naik menjadi empat derajat Celsius. 

Dikutip dari laman RBTH, Jumat (30/6/2017), kota itu sempat diguyur hujan salju lebat dan orang-orang mengeluhkan betapa dinginnya apartemen mereka.

Apalagi, salju turun di tengah musim panas ketika sistem pemanas sentral di Murmansk, dinonaktifkan.

Ini bukanlah situasi yang lazim terjadi. Meskipun Murmansk adalah salah satu kota paling utara dan paling dingin di Rusia, hujan salju di akhir Juni sangat jarang terjadi.

Namun sepanjang tahun ini, cuaca di Rusia benar-benar penuh kejutan.

Tak seperti wilayah Murmansk, Moskow tak terletak di kawasan Lingkar Arktik. Oleh sebab itu, warga ibu kota Rusia tak merasakan fenomena hujan salju pada Juni ini.

Namun, salju pada Mei lalu memaksa pemerintah untuk membatalkan tradisi parade aviasi militer selama perayaan Hari Kemenangan tanggal 9 Mei.

Selama musim semi lalu, cuaca di Moskow memang berubah-ubah dari cerah ke mendung, kemudian kembali cerah selama beberapa kali.

Namun, hari terberat jatuh pada 29 Mei 2017. Badai tropis memporak porandakan ibu kota Rusia. Angin puyuh mencabut pepohonan dari akarnya dan menerbangkan atap-atap bangunan.

Akibat bencana alam itu, sebanyak 18 orang warga dilaporkan meninggal dunia.

Setelah itu, ada hal lain yang terjadi pada 15 Juni. Hari itu menjadi hari terdingin selama musim panas dalam 138 tahun terakhir.

Air raksa pada alat pengukur temperatur jatuh hingga menyentuh angka 10 derajat Celsius. Meski demikian, hal ini dianggap tak begitu mengejutkan.

Akhir-akhir ini, alam semakin tidak terduga. Misalnya, saat hujan salju di Murmansk baru berhenti, cuaca di Siberia Timur sudah panas terik.

Menurut Oksana Salnikova, seorang ahli meteorologi dari Krasnoyarsk (3.352 km di timur Moskow), suhu di kotanya pada 21 Juni hampir mencapai rekor 37 derajat Celsius.

Sementara di bagian selatan Rusia, penduduk setempat mengeluhkan hujan yang tak kunjung henti. Pada awal Mei lalu di Vladikavkaz, ibu kota Osetiya Utara yang berjarak 1.503 km di selatan Moskow mengalami banjir.

Kota itu tampak seperti Venesia yang terkenal akan kota apungnya. Sementara hujan lebat belum mereda, lumpur telah menghancurkan jembatan sehingga memotong sejumlah akses ke desa-desa di pegunungan.

"Tidak ada air, tidak ada gas, dan tidak ada cahaya. Begitulah keadaan kami di sini," ujar seorang perempuan dari salah satu desa tersebut.

Para ilmuwan Rusia percaya bahwa kelainan alam saat ini berkaitan erat dengan pergerakan front cuaca.

Dmitry Kiktev selaku wakil direktur Hidrometeorologi Rusia, menjelaskan bahwa kondisi aneh ini terjadi karena pergerakan gelombang dingin dari Arktik dan cuaca hangat dari selatan di atmosfer, yang didorong oleh pemanasan global.

"Kondisi iklim menjadi semakin menggelisahkan," kata Kiktev kepada Kommersant.