Liputan6.com, Aleksandria - Hari ini, pada 1942, pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris menggempur manuver tentara Nazi Jerman yang berusaha merebut Afrika Utara.
Nazi berniat menganeksasi wilayah tersebut, menjadi bagian kekuasaan Reich Ketiga yang digagas Adolf Hitler.
Jelang pertempuran dimulai, beberapa bulan sebelumnya, pasukan Nazi Jerman telah berada dekat dengan El Alamein, sebuah kota berjarak 106 km dari Aleksandria, Mesir. Demikian seperti yang dikutip dari History.com, Jumat (30/6/2017).
Advertisement
Baca Juga
Namun, sebelum mencapai El Alamein, pasukan yang dipimpin oleh Field Marshal Erwin Rommel --yang dijuluki sebagai 'Sang Rubah Gurun'-- menghadapi gempuran hebat dari pasukan Inggris.
Pada Juni 1942, Britania Raya mendesak pasukan Rommel hingga terpaksa harus bertahan di dekat Tripoli, Libya --lokasi terdekat pangkalan militer Jerman di kawasan Afrika Utara. Namun, dalam beberapa minggu, pasukan Sang Rubah Gurun berhasil membalikkan keadaan.
Dengan serangan udara dan tank, Rommel berhasil memukul mundur Inggris hingga ke pangkalan militer terdekat Britania Raya di Aleksandria. Dan memasuki penghujung Juni 1942, pasukan Sang Rubah Gurun telah berada 106 km dari El Alamein dan hendak merebut Aleksandria dari tangan Inggris.
Bagi Inggris, Aleksandria merupakan teritorial penting, karena menampung pangkalan militer Britania Raya yang menjaga Terusan Suez. Jika wilayah itu jatuh ke tangan Nazi, Sekutu khawatir bahwa pasukan Hitler akan mampu meluaskan kekuasaannya ke seluruh Afrika dan Asia.
Merasa di atas angin setelah Diktator Italia Benito Mussolini mengirim pasukan tambahan, Sang Rubah Gurun semakin memantapkan tekadnya untuk merebut bekas ibu kota Kerajaan Mesir Kuno itu dari tangan Inggris. Pasukan Mussolini pun menyerang terlebih dahulu.
Namun, di satu sisi, pasukan 'Sang Rubah Gurun' dan Italia meremehkan satu hal, yakni bahwa keduanya berada sangat jauh dari pangkalan militer mereka di Tripoli, Libya, yakni berkisar 1.788 km. Dan hal itu dimanfaatkan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Claude Auchinleck.
Sambil menunggu penyerangan Nazi-Jerman dan Italia, Britania Raya memperkuat kualitas serta kuantitas pangkalan militer mereka di Aleksandria. Inggris pun mendapat bantuan dari negara persemakmurannya, yakni India, Afrika Selatan, dan Selandia Baru.
Maka, tibalah tanggal 1 Juli 1942. Tepatnya pada pukul 03.00, Divisi Infanteri Ringan ke-90 Nazi-Jerman serta Divisi Panzer ke-15 dan ke-21, memulai manuver mendekat ke Aleksandria lewat El Alamien, menandai dimulainya Pertempuran El Alamein.
Tak dinyana, Sang Rubah Gurun luput akan strategi pasukan Inggris yang telah memperkuat barisan pertahanan mereka di Aleksandria hingga ke El Alamien.
Dan benar saja, pasukan Nazi-Jerman dihadang oleh Brigade Infanteri India ke-18 yang dilengkapi artileri dan meriam berat anti-kendaraan lapis baja. Panzer Sang Rubah Gurun berhasil diluluh-lantahkan oleh pasukan India.
Hingga Pertempuran El Alamein berakhir pada 27 Juli 1942, Nazi-Jerman dan Italia yang berkekuatan 96.000 pasukan --juga kelelahan sejak pertempuran Juni 1942-- harus kewalahan menghadapi pasukan Sekutu Inggris yang berjumlah 150.000 tentara, 179 tank, 1.000 artileri, dan 1.500 pesawat tempur.
Bukan itu saja momentum sejarah yang terjadi pada 1 Juli. Pada tanggal yang sama, tahun 1997, Hong Kong kembali ke pelukan China, setelah selama 150 tahun dikuasai oleh Inggris.
Upacara penyerahan kembali Hong Kong dilakukan di rumah Gubernur Hong Kong, Chris Patten. Secara simbolik, upacara ini dilakukan dengan cara menurunkan bendera Inggris.
Pada tanggal yang sama tahun 2013, negara pecahan Yugoslavia, Kroasia akhirnya bergabung dengan Uni Eropa.
Sementara pada 1961, mantan Istri pewaris pertama takhta Kerajaan Inggris Pangeran Charles, Putri Diana lahir di Norfolk Inggris.