Liputan6.com, Caracas - Sekitar 100 pendukung pemerintah berhasil merangsek masuk ke Majelis Nasional yang dikontrol oposisi Venezuela. Mereka memukuli beberapa anggota parlemen.
Menurut keterangan saksi mata, konfrontasi tersebut terjadi setelah sidang untuk menandai Hari Kemerdekaan negara itu. Lalu polisi militer yang menjaga lokasi tersebut bertindak ketika demonstran di luar gedung parlemen mengacungkan tongkat dan pipa menerobos gerbang.
"Sekitar 350 orang dikepung selama berjam-jam," kata juru bicara majelis Venezuela seperti dikutip dari BBC, Kamis (6/7/2017).
Advertisement
"Julio Borges mengatakan di Twitter bahwa 108 wartawan, serta mahasiswa dan pengunjung, termasuk orang-orang, terjebak di dalam gedung parlemen."
Borges juga mengatakan bahwa lima anggota parlemen terluka akibat insiden tersebut. Beberapa di antaranya tengah menjalani perawatan medis.
"Ini tak seberapa jika dibandingkan dengan melihat kehilangan di negara kita setiap harinya," kata wakil pimpinan majelis Armando Armas kepada wartawan saat memasuki ambulans dengan kepala terbalut perban berdarah.
Sebelum aksi penyerangan gedung parlemen itu, Wakil Presiden Venezuela Tareck El Aissami muncul mendadak dalam kongres bersama kepala angkatan bersenjata, Vladimir Padrino Lopez, dan sejumlah menteri.
El Aissami memberikan pidato yang mendesak pendukung Presiden Nicholas Maduro untuk datang ke gedung legislatif demi menunjukkan dukungan kepadanya.
Kerumunan orang berkumpul di luar gedung selama beberapa jam, sebelum akhirnya berhasil menembus barikade keamanan.
Saksi mata mengatakan beberapa wartawan dan dua staf majelis juga ikut terluka.
Surat kabar Venezuela Tal Cual mengatakan serangan itu dilakukan oleh milisi yang dikenal sebagai "colectivos". Kelompok tersebut menembakkan roket dan peledak saat mereka memaksa masuk.
Laporan yang beredar menyebutkan bahwa beberapa deputi majelis diserang lalu jatuh dan ditendangi.
Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan korban serangan dengan luka di luka kepala. Setidaknya satu orang disebutkan sebagai deputi Americo De Grazia.
AFP, yang wartawannya berada di tempat kejadian, mengatakan bahwa wartawan diperintahkan untuk pergi oleh penyerang, yang salah satunya memiliki pistol.
Kekerasan tersebut terjadi saat Presiden Nicolas Maduro berpidato di sebuah pawai militer Hari Kemerdekaan.
Departemen luar negeri AS mengutuk kekerasan tersebut, menyebutnya "sebuah serangan terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang diperjuangkan oleh pria dan wanita untuk kemerdekaan Venezuela 206 tahun yang lalu pada hari ini".
Dalam sebuah pernyataan melalui Kementerian Komunikasi, pemerintah mengatakan bahwa pihaknya "mengutuk dugaan tindakan kekerasan di taman Istana Legislatif Federal".
"Pemerintah nasional telah memerintahkan penyelidikan atas tindak kekerasan tersebut untuk menetapkan keseluruhan kebenaran, dan atas dasar itu, untuk menerapkan sanksi kepada mereka yang bertanggung jawab," kata pihak kementerian.
Demonstrasi dan Krisis
Majelis Nasional Venezuela dipimpin oposisi sejak pemilu pada bulan Desember 2015 dan menjadi fokus bagi kritik presiden.
Venezuela telah dilanda demonstrasi berujung kekerasan dalam beberapa bulan terakhir. Negara itu juga berada dalam krisis ekonomi.
Demonstran anti-Maduro telah melakukan aksi di jalan melawan pemerintah selama tiga bulan terakhir, yang mengakibatkan bentrokan keras antara demonstran dan pasukan keamanan.
Sedikitnya 90 orang tewas dalam pertumpahan darah dengan kedua faksi politik yang saling menyalahkan.
Berikut ini rekaman saat gedung parlemen Venezuela diserang:
Â