Sukses

Loyalis Moammar Khadafi Mengklaim Rebut Kota Benghazi

Pasukan Pembebasan Libya (LNA) mengklaim telah memenangkan pertempuran dan membebaskan kota Timur Benghazi.

Liputan6.com, Tripoli - Kelompok Pasukan Pembebasan Libya (LNA) mengklaim telah memenangkan pertempuran dan membebaskan kota Timur Benghazi dari milisi ekstrem. Pertempuran tersebut berlangsung kurang lebih tiga tahun.

Klaim itu disampaikan komandan LNA Khalifa Haftar. Dia menegaskan, kota Benghazi akan memasuki era baru.

"Era Baru Benghazi adalah di mana adanya keamanan, perdamaian dan rekonsiliasi," sebut Haftar seperti dikutip dari BBC, Kamis (6/7/2017).

"Setelah perjuangan tanpa henti melawan terorisme selama tiga tahun terakhir. Kami bisa mengumumkan Benghazi telah dibebaskan," tambah dia.

Pengumuman ini dilangsungkan usai pertempuran berdarah dalam sepekan terakhir di Distrik Sabri. Pertempuran tersebut menyebabkan belasan tentara LNA dan milisi ekstrem lokal tewas.

Meski mengklaim berhasil membebaskan Benghazi, LNA sedari dulu tidak diakui pemerintah pusat Libya di Tripoli yang telah mendapat pengakuan dan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tak mendapat dukungan pemerintah sah, Haftar membalas. Ia menegaskan, tidak akan pernah mengakui pemerintah Libya saat ini dan akan berperang bersama pengikutnya untuk membebaskan Benghazi.

Haftar merupakan tokoh berpengaruh di Libya. Ia adalah orang kuat dan kepercayaan mantan penguasa negara kaya minyak ini, Moammar Khadafi.

Setelah Khadafi tumbang, Haftar dituding ingin menguasai Libya dan menerapkan pemerintahan otoriter di negara itu.

Sementara, sejak 2011 Benghazi menjadi daerah pertempuran paling 'panas' di Libya. Kota ini silih berganti dikuasai kelompok teroris termasuk salah satu yang paling kejam di dunia ISIS.

Pada 2012 tepatnya 11 September, mata dunia tertuju pada Benghazi. Misi diplomatik Amerika Serikat diserang ratusan pria bersenjata berat.

Mereka berasal dari kelompok Ansar al-Sharia. Kelompok tersebut merupakan afiliasi Al-Qaeda di Semenanjung Arab termasuk Libya.

Serangan tersebut meninggalkan luka mendalam bagi AS. Pasalnya, Duta Besar AS untuk Libya J. Christopher Stevens tewas dalam serangan tersebut.

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.