Liputan6.com, Jakarta - Apakah pasangan romantis Anda tepat bagi Anda? Apakah sekarang saatnya untuk melangkah maju (move on)?
Â
Baca Juga
Advertisement
Tidak ada jawaban tunggal atas pertanyaan itu karena situasi setiap orang berbeda. Tapi, seperti dikutip dari Pyschology Today pada Jumat (7/7/2017), berikut ini adalah sejumlah petunjuk bahwa sekaranglah saatnya berpisah.
Cobalah sejenak melangkah mundur dari hubungan (relationship) Anda dan pandanglah dari sudut pandang orang luar.
Misalnya, dalam uraian berikut, cara pandang yang dipakai adalah cara pandang seorang wanita dalam hubungannya dengan seorang lelaki. Tapi, nasihat yang dipaparkan di sini bisa diterapkan oleh dua belah pihak:
1. Perbedaan Nilai
Nilai-nilai inti tidak dapat ditawar-tawar, misalnya keinginan untuk memiliki anak, untuk menikah, atau untuk pindah ke suatu tempat yang jauh. Jika nilai-nilai inti Anda dan pasangan amat berbeda, hal ini menjadi tanda bahaya.
Perbedaan itu dengan sendirinya menjadi penyebab pemikiran, secocok apapun Anda dan pasangan Anda. Jika Anda berniat bernegosiasi nilai-nilai yang Anda anggap sebagai nilai-nilai inti, maka nilai-nilai itu sebenarnya bukanlah nilai-nilai inti.
Memang benar, Anda bisa sungguh-sungguh mengganti nilai-nilai inti, tapi perubahan itu tidak boleh diakibatkan oleh tekanan atau bujukan dari pasangan romantis kita, melainkan sebagai hasil dari perkembangan pribadi.
Advertisement
2. Pasangan Abai
Misalnya Anda menonton film yang sebelumnya dipilihkan pasangan atau Anda menyantap makanan yang ia putuskan untuk dibawa pulang dari suatu tempat makan tanpa konsultasi terlebih dahulu, atau Anda memakaikan baju anak agar sesuai yang disukainya.
Padahal, pasangan tidak pernah menanggap penting itu semua. Ia memandang enteng perilaku Anda yang menurut.
Dalam pikirannya, itu dianggap sebagai hal yang seharusnya -- yaitu pria yang mengatur, wanita yang menurut. Seakan-akan Anda bisa dengan mudah digantikan oleh suatu boneka seks yang ditiup.
Â
3. Pasangan Tidak Menghormati
Kurangnya rasa hormat dapat hadir dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah kurangnya tindakan yang mengarah ke kemajuan bersama Tapi bisa juga dalam bentuk yang merendahkan (abuse)Â secara verbal maupun emosional, atau perilaku pasif-agresif.
Setidaknya ada 3 gaya perilaku merendahkan (abusive)Â yang tidak kentara dan tidak disadari apa adanya.
Ia mungkin sadar sekali tidak melakukan bagiannya terkait urusan rumah tangga, tapi tidak melakukan apapun tentang itu (pasif-agresif) atau ia mencoba menciptakan jarak di antara Anda berdua dengan membuat rencana akhir pekan tanpa pertama-tama mencoba membuat rencana bersama.
Kadang-kadang, gaya perilaku abusive ini tidak ditutup-tutupi. Ia menyebut julukan menghina semisal "sundal", "pelacur", atau "jalang," tapi tidak pernah meminta maaf, bahkan diulangi atau disamarkan, misalnya, "Dengan pakaian itu, kamu terlihat seperti wanita jalang."
Dengan cara itu, ia mencoba mengendalikan Anda tanpa secara langsung untuk menyalahkannya karena dia tidak secara langsung menyebut Anda sebagai seorang jalang.
Abuse seperti itu secara cerdas disamarkan dalam kata-kata semisal "bagi saya, tampaknya seperti…"
Advertisement
4. Pasangan Tidak Peduli Kebutuhan Emosional dan Seksual
Semua yang dilakukan adalah karena cocok dengan caranya atau harinya sendiri. Pria itu berharap Anda akan melakukan apapun yang ia inginkan. Ia mengambil, mengambil, mengambil, dan jarang memberi.
Ia berharap membuat segala sesuatunya mudah bagi dirinya, jadi tidak merasa harus melakukan apapun untuk tetap berada dalam hubungan dengan Anda.
Seandainya Anda tinggal berpisah dan suatu hari ia sedang memanggil seorang tukang ledeng. Bukankah lebih nyaman melakukan makan siang bersama karena ia sedang harus di luar rumah? Kita pikir, "Tentu saja. Tapi lebih demi kamu. Kapan kamu menjadwal kencan sesungguhnya?"
Atau ia mempertanyakan frekuensi atau kualitas seks oral Anda ketika dirinya sendiri tidak pernah membalas secara sepadan, tidak mau melakukan cunnilingus -- seks oral pada vagina – walaupun sudah diberi tanda-tanda hingga diminta langsung.
5. Pasangan Tidak Mengemong
Mungkin perlu beberapa saat hingga akhirnya sadar: Anda selalu peduli tentang pria itu, bagaimana perasaannya, apa yang sedang ada di benaknya, apa rencananya, atau bagaimana mood-nya.
Tapi ia jarang peduli dengan cara yang sama. Ia jarang bertanya bahkan satu pertanyaan pun tentang kesejahteraan Anda.
Jangan salahkan dia, karena Anda secara samar adalah ibu barunya, atau mungkin ibu ke dua (jika ia masih berdamai dengan ibunya sendiri).
Secara normal, ibu dan ayah adalah pemberi pengasuhan dan anak-anak adalah penerima pengasuhan tersebut.
Sebenarnya, anak-anak jelas tidak wajib menjadi memberikan pengasuhan. Mereka tidak harus bertanggungjawab atas saudara-saudara sekandungnya atau orangtuanya atau keadaan keseluruhan dalam rumah tangga.
Â
Advertisement