Sukses

Pertemuan Bersejarah Donald Trump dan Putin Berlangsung Tertutup

Dalam keterangan usai pertemuan, Donald Trump menyebut mereka membicarakan banyak hal.

Liputan6.com, Hamburg - Untuk pertama kalinya setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bertemu langsung Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan kedua pemimpin dunia tersebut dilakukan di sela-sela Konferensi G20 di Hamburg, Jerman.

Dalam keterangan usai pertemuan, Trump menyebut mereka membicarakan banyak hal. Namun, miliarder nyentrik itu tidak memaparkan secara detail tentang apa saja yang dibicarakan.

"Pembicaraan ini, berlangsung baik," ucap Trump singkat, seperti dikutip dari CNN, Jumat (7/7/2017).

"Hal-hal positif telah terjadi," tambah dia.

Pertemuan Trump dan Putin dilakukan tertutup. Mereka hanya ditemani Menlu masing-masing, yaitu Rex Tillerson dan Sergei Lavrov.

Di sisi lain, Vladimir Putin juga menanggapi positif pertemuan tersebut. "Kami telah berbicara beberapa kali mengenai masalah bilateral dan internasional yang sangat penting, namun percakapan telepon tidak pernah cukup," kata Putin lewat penerjemah.

"Jika kita ingin menyelesaikan masalah bilateral dan internasional yang akut, kita pasti memerlukan pertemuan pribadi. Saya senang bisa bertemu dengan Anda secara langsung Bapak Presiden, dan saya harap--seperti yang Anda katakan --bahwa pertemuan kita akan menghasilkan hasil yang positif," tambah Putin.

Jauh sebelum menjadi presiden, Trump kerap memuji Putin.

Pada tahun 2013, melalui media sosial Twitter, Trump sempat menanyakan kesediaan Putin untuk menjadi teman baiknya. Hal itu terjadi setelah secara terbuka ia mengundang Putin untuk menghadiri ajang Miss Universe di Moskow.

Sejak saat itu, Trump mengomentari Putin sebagai sosok yang tangguh dan kuat. Berulang kali ia memuji keahlian Putin "mengakali" AS. Selain itu, Trump juga mengklaim, "dia bisa berteman baik" dengan Putin.

Pekan lalu, penasihat keamanan nasional H.R. McMaster mengatakan, Trump tak memiliki agenda spesifik terkait pertemuannya dengan Putin. Hal ini memicu kekhawatiran para ahli dan mantan pejabat bahwa Trump dengan mudah akan "diakali" Putin yang merupakan mantan perwira di badan intelijen Uni Soviet (KGB).

"Tantangan terbesar dalam pertemuan ini adalah kecenderungan Putin untuk mencoba menghabiskan waktu dengan pelajaran sejarah dan 'mantra-mantra' Rusia, jadi seninya adalah terus-menerus mencoba bertahan. Cara menghalau ini adalah mendorong kembali ke retorika yang penting dan kemudian beralih ke topik yang benar-benar ingin Anda dengar. Itulah mengapa bertemu tanpa agenda spesifik akan memicu masalah," terang Jon Finer yang menjabat sebagai kepala staf bagi mantan menteri luar negeri AS John Kerry.

Saksikan video menarik berikut ini: