Liputan6.com, Washington, DC -  Kehadiran Donald Trump di KTT G20 di Hamburg, Jerman, diwarnai sejumlah insiden yang mencoreng citra Gedung Putih sebagai organisasi yang rapi. Misalnya, Presiden Amerika Serikat nyaris tak dapat hotel hingga kesalahan dalam penyebutan nama dan jabatan para pemimpin dunia.Â
Sekilas terdengar sepele memang. Namun, kesalahan itu terjadi berulang kali. Misalnya, ketika Sekretariat Pers Gedung Putih keliru mengidentifikasi China sebagai Taiwan. Demikian seperti diwartakan The Washington Post, Selasa (11/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dalam rilis yang merangkum hasil pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping pada KTT G20, pihak Gedung Putih salah menulis nama resmi Tiongkok.
Rilis itu menyebut, Xi Jinping adalah Presiden Republic of China--nama resmi Taiwan yang dipimpin Tsai Ing-wen, bukan 'People's Republic of China'.Â
Kekeliruan itu sensitif. Sebab, China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang. Sebaliknya, pihak Taipei mendeklarasikan diri sebagai negara yang berdaulat.Â
Kekeliruan penyebutan nama resmi kenegaraan yang dilakukan oleh AS tersebut mungkin dapat dianggap sebagai penghinaan oleh Beijing maupun Taipei.
Ketika keteledoran tersebut viral di dunia maya, pada Senin, 10 Juli 2017, Menlu China menyatakan Amerika Serikat telah meminta maaf.
Menurut Menlu China, Geng Shuang, pejabat AS mendeskripsikan insiden itu sebagai sebuah "kesalahan teknis".
Menariknya, keteledoran itu tak hanya terjadi satu kali. Pada Sabtu, 8 Juli 2017, juga masih di tengah perhelatan KTT G20, Sekretariat Pers Gedung Putih kembali melakukan kekeliruan.
Kali ini, badan pers yang dipimpin oleh Sean Spicer itu keliru menyebut jabatan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebagai Presiden Jepang Shinzo Abe. Lagi-lagi, keteledoran itu ditorehkan dalam sebuah rilis pers resmi yang merangkum hasil pertemuan Presiden Trump dengan sang pemimpin Negeri Sakura pada KTT G20.
Beruntungnya, saat membacakan keterangan tersebut, orang nomor satu Negeri Paman Sam itu tak keliru menyebut Abe sebagai presiden, tapi sesuai dengan jabatan resminya, yakni perdana menteri.
Akan tetapi, Donald Trump tak luput dari keteledoran. Ia memancing kehebohan jagat maya dengan keliru menyebut Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sebagai Presiden Indonesia Joko Widodo dalam sebuah foto yang diunggahnya pada Instagram.
Keteledoran tersebut tak hanya terjadi selama perhelatan G20 saja. Pada Januari 2017 lalu, Sekretariat Pers Gedung Putih keliru mengeja Perdana Menteri Inggris Theresa May, tanpa mencantumkan huruf "h" pada nama depannya, dalam sebuah memo pers.
Meski hanya salah ketik, ketika kekeliruan itu tersebar luas di dunia maya, netizen riuh mengomentari insiden tersebut. Terlebih lagi ketika nama PM Inggris itu dieja tanpa huruf "h" pada nama depannya, membuatnya menjadi nama seorang bintang film semi-porno, Teresa May.
Kemudian, pada Februari 2017, Sean Spicer pun melakukan keteledoran dalam menyebut nama kepala negara Kanada. Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Spicer menyebut PM Kanada Justin Trudeau dengan nama Joe Trudeau.
Lucunya, kekeliruan itu juga tak hanya menyasar pada para pemimpin dunia saja, tapi juga terjadi pada sejumlah kabinet Donald Trump. Pada April 2017, Sekretariat Pers Gedung Putih menyebut Menteri Keuangan Steven Mnuchin sebagai Menteri Perdagangan.
Saksikan juga video berikut ini: