Liputan6.com, Washington, DC - Menurut sejumlah ilmuwan, kepadatan populasi dunia dan gaya hidup konsumtif berlebihan yang dilakukan oleh masyarakat kelas atas merupakan faktor pendorong yang menyebabkan Bumi semakin kekurangan sumber daya alam.
Dan, sejumlah prakondisi itu, bagi ilmuwan, merupakan bukti bahwa, akhir riwayat kehidupan di Planet Biru semakin dekat.
Hipotesis tersebut merupakan salah satu kesimpulan yang ditulis dalam jurnal ilmiah dan dipublikasikan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences Journal. Demikian seperti diwartakan dari Standard.co.uk, Selasa (11/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Jurnal berbasis penelitian tersebut didasarkan pada analisis terhadap 27.600 mamalia, reptil dan amfibi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadi penurunan sebanyak dua digit pada populasi spesies Bumi atau sekitar 43 persen sejak tahun 1993.
"Kepunahan kehidupan di muka Bumi akan terjadi lebih cepat dari yang diprediksi," jelas ilmuwan penulis jurnal tersebut, yang merepresentasikan Stanford University dan Mexico City University.
Jurnal itu juga menyebut bahwa selama milenium terakhir, sejumlah spesies di Bumi mengalami kepunahan 100 kali lebih cepat, jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Menurut ilmuwan, rata-rata kepunahan hewan vertebrata adalah dua spesies per-tahun selama rentang 100 tahun terakhir.
Itu dianggap mengkhawatirkan, khususnya ketika dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya, yakni kepunahan dua spesies per-100 tahun, selama rentang 2 juta tahun terakhir.
Para penulis jurnal juga menambahkan bahwa sejumlah hewan yang dalam milenium terakhir berstatus konservatif atau aman, kini menjadi endangered atau "rentan punah".
"Sekitar 50 persen dari sejumlah hewan yang dulu berbagi kehidupan dengan manusia di Bumi, kini telah lenyap," jelas jurnal yang ditulis oleh para ilmuwan Stanford University dan Mexico City University.
"Begitu juga dengan miliaran populasi manusia yang kini telah berkurang. Dan kami menekankan bahwa kepunahan massal sudah di depan mata dan akan terjadi dalam waktu singkat, sekitar dua atau tiga dekade ke depan," tambah jurnal itu.
Para ilmuwan juga menjelaskan bahwa sejumlah tanda yang menunjukkan ancaman besar yang memicu kerusakan biodiversitas di Bumi selama dua dekade ke depan telah bermunculan. Tanda-tanda itu melukiskan gambaran suram masa depan kehidupan manusia.
"Hilangnya hewan dari planet ini akan meningkatkan efek katastropik bagi ekosistem. Sedangkan kehancuran biologis itu akan menimbulkan konsekuensi serius di aspek ekologi, ekonomi, dan sosial secara serius. Dan manusia akhirnya akan membayar harga yang sangat mahal atas hal itu," tambah jurnal tersebut.
Sejak 443 juta tahun terakhir, kehidupan di Bumi telah mengalami 5 kali kepunahan masal.
Kepunahan pertama terjadi pada periode akhir Ordovician, 443 juta tahun lalu. Pada periode itu, Bumi dilanda musim es membeku, dengan 60 - 70 persen spesies mengalami kepunahan.
Kepunahan kedua terjadi pada periode awal Devonian, 360 juta tahun yang lalu. Perubahan iklim ekstrem membuat 70 persen spesies punah.
Edisi ketiga terjadi pada pertengahan periode Permian-Triassic, 250 tahun yang lalu, akibat erupsi gunung berapi masif. Peristiwa itu membuat 95 persen spesies punah.
Keempat, terjadi pada masa Triassic-Jurassic, sekitar 200 juta tahun lalu. Akibat erupsi gunung berapi, 3 per 4 spesies lenyap dari muka Bumi.
Terakhir, pada masa Cretaceous-Tertiary, 65 juta tahun lalu. Penyebabnya adalah meteor raksasa yang menghantam Bumi, membuat spesies dinosaurus lenyap seutuhnya dari muka Bumi.
Saksikan juga video berikut ini: