Sukses

4 Kisah Eksekusi 'Penyihir' Paling Sadis Sepanjang Sejarah

Pada Abad ke-16, di Eropa, penyihir menjadi sosok yang paling diburu.Mereka diseret ke pengadilan tanpa bisa membela diri dan dibakar.

Liputan6.com, London - Penyihir telah menjadi momok semenjak ratusan tahun lalu. Mereka ditakuti sehingga dibenci.Keberadaan mereka tercatat dalam sejarah masa lalu di seluruh penjuru dunia.

Pada Abad ke-16, di Eropa, terutama di Inggris, penyihir menjadi sosok yang paling diburu. Adalah Raja James I yang pertama kali menyerukan permusuhan dengan apapun yang berbau dunia sihir dan gaib.

Setelah ia menduduki kursi kerajaan, sang raja merilis sebuah buku laris berjudul "Daemonologie" yang membahas tentang sihir jahat.

Obsesi dan ketidaksukaan sang raja pada dunia sihir membuatnya mampu membujuk Parlemen untuk membuat Witchcraft Statute. Sesuai ketentuan statuta itu, orang yang terlibat dengan segala hal yang berbau sihir dapat dihukum mati.

Tak hanya itu, James I juga membakar api kecemasan publik terhadap segala hal yang berbau sihir dan penyihir. Satu dekade sejak statuta dan kebijakan itu diterapkan, banyak individu yang dituduh, ditangkap, diadili, dan dihukum mati atas tuduhan terlibat dalam praktik sihir.

Selain di Inggris, perburuan terhadap penyihir pun terus berlangsung. Bahkan di masa modern ini, masih ada beberapa negara yang memburu mereka dengan eksekusi yang tak kalah mengerikan.

Berikut adalah 4 eksekusi sadis penyihir yang terkenal sepanjang massa. Liputan6.com mengutip dari Listverse pada Rabu (19/7/2017).

Saksikan video menarik tentang sihir berikut ini:

2 dari 5 halaman

1. Perburuan Massal Penyihir Skotlandia

Perburuan massal terbesar dalam sejarah Skotlandia menyebar layaknya kobaran api di musim panas. Berawal di desa kecil di Edinburgh, di mana 200 orang dituduh sebagai penyihir hanya dalam sembilan bulan.

Sebelum tahun 1662 berakhir, total 660 orang dituduh penyihir. Laporan tentang berapa banyak dari orang-orang ini sebenarnya dieksekusi bervariasi. Ada bukti kuat hanya 65 orang dibawa ke pengadilan dan dieksekusi (dan satu bunuh diri). Namun beberapa perkiraan menyebutkan jumlah "penyihir" yang dibunuh mencapai 450 orang. Kebanyakan mereka dibakar hidup-hidup.

Ahli sejarah menghubungkan perburuan ini sampai akhir kekuasaan Inggris di wilayah tersebut.

Perburuan Massal Penyihir Skotlandia (Wikimedia)

Hakim Inggris tidak bersedia menuntut tersangka penyihir Skotlandia. Jadi begitu Inggris pergi, orang-orang Skotlandia mengeksekusi para penyihir.

Pejabat gereja setempat juga berperan dalam perburuan. Mereka mengambil kesempatan untuk membangun kembali posisi mereka sebagai pemain kuat setelah Inggris pergi.

Kisah di balik berakhirnya Great Witch Hunt's Hunt sangat sederhana. Otoritas sekuler bosan dengan kepanikan dan histeria itu. 

Sejumlah tersangka penyihir dibebaskan dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menemukan penyihir ditangkap, dan tidak ada lagi yang diberi wewenang.

3 dari 5 halaman

2. Pembunuhan Penyihir Terbesar di Eropa

Ini adalah pengadilan penyihir terbesar di Eropa yang terjadi pada taun 1581 hingga 1593. Kejadian berawal di kawasan pedesaan di Trier hingga ke kota-kota besar.

Kisah berawal pada tahun 1581, ketika Johann von Schöneburg ditunjuk sebagai uskup di Tier. Ia menganggap dirinya jesuit garis keras yang menghukum para protestan, yahudi, dan mereka yang dicurigai penyihir.

Penuduh khusus, inkuisitor, notaris, juri, hakim dan petugas polisi menyeret tiga golongan kelompok orang itu ke pengadilan dan menyiksanya. Tak peduli jenis kelamin dan usia.

Beberapa terdakwa lolos dari penjara diberi hukuman dengan dibakar, dan korban termasuk beberapa orang terkemuka di kota Trier (hakim, pastor paroki dan dekan pedesaan di berbagai gereja perguruan tinggi dan lainnya.

Pembunuhan Penyihir Terbesar di Eropa (rheinische-geschichte.lvr.de)

Antara tahun 1587 dan 1593, 368 orang dibakar hidup-hidup karena diduga penyihir di22 desa. Semua perempuan. Hanya dua desa yang menyisakan satu perempuan. Hampir sepertiga berasal dari bangsawan, atau memegang jabatan di pemerintahan.

Dietrich Flade, rektor Universitas dan hakim utama pengadilan pemilihan, menyatakan keberatan terhadap penganiayaan dan terutama penyiksaan, dan karena itu dia sendiri ditangkap, disiksa, dicekik dan kemudian dibakar.

Seorang ilmuwan dan profesor terkemuka lainnya di Universitas, Cornelius Loos, dipenjara dan disiksa di depan umum karena menolak pandangan tentang pengadilan bagi penyihir yang dia ungkapkan dalam sebuah buku yang mengkritik penganiayaan tersebut.

Karyanya, sebagai pejabat Katolik pertama yang secara terbuka menentang pengadilan penyihir kemudian berkecamuk di seluruh Eropa. Bukunya disita dan dilarang beredar oleh pejabat Gereja, dan manuskrip tersebut hilang hampir selama 300 tahun.

4 dari 5 halaman

3. Tiga 'Penyihir' Terakhir Inggris

Pada tahun 1682, tiga orang perempuan dari desa Bideford di Devon menjadi orang terakhir di Inggris yang digantung gara-gara sihir.

Tidak diketahui apa yang dilakukan Temperance Lloyd, Mary Trembles, dan Susannah Edwards. Mereka dituduh membuat wanita setempat Grace Thomas dan Grace Barnes sakit dan berkomplot untuk membunuh mereka.

Temperance Lloyd dipaksa mengakui bahwa dia berurusan dengan 'the black man' atau iblis versi cerita rakyat.

Meski ketiganya mengaku bersalah selama persidangan mereka, tapi tetap saja mereka dieksekusi.

"penyihir Bideford" digantung di Heavitree di luar kota.

Meski penyihir Bideford sudah lama meninggal, kasus aneh mereka masih terus dipersoalkan.

Penyihir modern Inggris telah membawa nasib mereka ke dalam hati. Mereka membuat sebuah plakat ke Bideford Three dan bahkan melakukan demonstrasi di dekat Kastil Exeter setempat, menuntut agar Temperance, Susannah, dan Mary diampuni secara anumerta.

5 dari 5 halaman

4. Eksekusi 100 Orang di Ceko

Moravia Utara, sebuah wilayah saksi sejarah sadisnya perburuan penyihir di Republik Ceko pada pertengahan Abad ke-17.

Selama waktu itu, ratusan wanita dibakar di tiang pancang sebagai penyihir, dan satu percobaan penyihir bisa menghasilkan lebih dari 100 eksekusi.

Tragedi dimulai pada sebuah misa ketika seorang anak laki-laki altar melihat ada seorang wanita tua mengantongi roti komuni dan bukannya memakannya.

Ketika pastor menanyakan maksud wanita, dia menjelaskan bahwa perempuan itu akan memberikan roti itu pada sapi untuk meningkatkan produksi susunya.

Pastor itu menganggap perilakunya sebagai tanda sihir dan memberi tahu hakim yang mengkhususkan diri dalam kasus tersebut.

Sayangnya, sistem peradilan pada saat itu benar-benar menghasilkan pendapatan dari persidangan. Ketika para hakim dan pengadilan menghukum semakin banyak orang untuk pembakaran di muka umum, mereka mendapatkan uang. Akibarnya, banyak cara untuk menemukan lebih banyak "penyihir" untuk diadili dan dieksekusi.

Metode mereka untuk menemukan korban baru melibatkan pengumpulan dukun dari "warga yang peduli"

Akhirnya, jumlah korban meningkat, sehingga penguasa daerah mulai khawatir.

Dengan segenap kekuatan mereka sebagai penguasa, mereka mulai memberikan tekanan politik kepada pemerintah pusat untuk menghentikan persidangan.

Hal ini akhirnya terjadi, dan orang-orang Moravia Utara dibiarkan bertanya-tanya bagaimana di Bumi mereka telah memaafkan pembunuhan massal yang brutal begitu lama.