Sukses

Korut Culik Wanita Pembelot yang Menjelma Jadi Artis di Korsel?

Intelijen Korsel tengah menginvestigasi bagaimana perempuan itu bisa masuk kembali ke Korut. Ada dugaan ia diculik saat berada di China.

Liputan6.com, Seoul - Jeon Hye-sung kabur dari Korea Utara ke Korsel pada Januari 2014. Dengan nama barunya, Lim Ji-hyun, ia tampil beberapa kali dalam reality show Moranbong Club -- di mana sejumlah pembelot Korut makan dan minum bersama pembawa acara, mendiskusikan soal budaya dan politik di bekas negaranya. 

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (19/7/2017), tiba-tiba Jeon Hye-sung muncul di video propaganda Korea Utara. Perempuan 26 tahun itu mengaku tertekan hidup di Korsel -- di mana menurutnya semua hal dinilai dengan uang. 

"Saya dipaksa untuk berbicara buruk tentang Korea Utara selama berada di Korea Selatan," kata Jeon dalam video yang diunggah oleh situs Uriminzokkiri.

"Saya kabur ke Selatan, dengan fantasi saya bisa mendapatkan makan enak dan mendapat banyak uang," tambahnya.

"Sekarang, saya sudah kembali ke Ibu Pertiwi, tinggal bersama dengan orangtua saya di Anju," ujar Jeon.

Perempuan tersebut sebelumnya dilaporkan menghilang pada Juni 2017. Kini, aparat Korea Selatan tengah menginvestigasi apakah Korea Utara campur tangan dalam kepulangan Jeon Hye-sung.

Menurut politisi konservatif Korsel, Cheong Yang-seog, Jeon bisa saja jadi target penculikan oleh Korea Utara.

Politisi itu curiga, Jeon menghilang pada bulan April ketika ia pergi ke China untuk 'belanja dan urusan bisnis' dengan menggunakan paspor Korea Selatan.

"Jika itu 'voluntary abduction' atau menyerahkan diri dengan dalih diculik, tentu ada yang menjaga aset dan propertinya di sini. Tapi, Jeoun meninggalkan semua, tanpa persiapan apa pun," kata Cheong.

Korea Times mengutip pernyataan pembelot Korut lain yang berspekulasi bahwa Jeon mungkin diculik di perbatasan China-Korut, kala ia tengah membantu keluarganya untuk kabur.

Jeon terkenal di Korsel setelah muncul di acara talk show Moranbong Club.

Namanya makin melejit ketika terlibat reality show berjudul South Korean Men and North Korean Women.

Pada April lalu, ia berterima kasih kepada fans yang ikut merayakan ulang tahunnya.

"Ini adalah ulang tahun paling membahagiakan bagi saya selama hidup ini. Membuat saya harus lebih berani lagi," kata Jeon.

Artis Pembelot Korut di Korsel Kembali ke Kampung Halamannya (KCNA)

Robert Kelly, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Nasional Pusan ​​di Korea Selatan, mengatakan bahwa orang-orang yang membelot dari Korea Utara sering menghindar dari sorotan publik.

Mereka takut, aparat Korut akan menghukum keluarga mereka.

"Saya juga mendengar desas-desus bahwa mereka melacak dan mengancam keluarganya," katanya kepada Guardian. "Seperti yang saya ketahui, itu adalah alasan besar mengapa pembelot menghindari publisitas jika mereka berhasil sampai ke Selatan, atau bahkan kembali ke Utara."

Casey Lartigue, direktur Teach North Korean Refugees yang berbasis di Seoul, yang membantu mendidik orang-orang yang melarikan diri dari negara tersebut, memperingatkan agar tidak terburu-buru menarik kesimpulan dalam kasus Jeon.

"Banyak pengungsi yang mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka di Korea Selatan melaporkan bahwa mereka merindukan keluarga mereka di Utara," katanya.

Korea Utara menjadi sasaran kritik karena dianggap tak menghargai hak asasi manusia, bagi warga negaranya sekalipun. 

Laporan terbaru mengungkapkan soal dugaan eksekusi mati di depan umum.

Transitional Justice Working Group, sebuah organisasi nonpemerintah yang berbasis di Seoul yang didukung oleh National Endowmen for Democracy yang bermarkas di AS, mengatakan telah mewawancarai 375 pembelot untuk membuat peta digital kejahatan terhadap kemanusiaan di Korea Utara.

Menurut laporan tersebut, eksekusi publik dilakukan untuk menghukum orang-orang yang dituduh mencuri barang-barang mesin pabrik, mendistribusikan media Korea Selatan, dan pelacuran.