Liputan6.com, Jakarta - Sering kali kita menganggap setiap wilayah dan dataran di muka Bumi adalah sebuah tempat yang permanen, tak tergoyahkan, kokoh, dan tak berubah.
Baca Juga
Advertisement
Ada banyak kasus yang menunjukkan, sebuah dataran di Bumi tiba-tiba menghilang. Penyebabnya mungkin pemanasan global -- yang membuat permukaan air laut naik setiap tahunnya.
Namun, hilangnya sebuah wilayah tak hanya disebabkan oleh faktor alam. Banyak alasan-alasan lainnya yang menyebabkan beberapa wilayah tersebut terhapus dari peta.
Misalnya, pada suatu masa ada sebuah negara bernama Yugoslavia. Namun, mulai tahun 1991, serentetan gejolak dan konflik politik membuatnya pecah.
Yugoslavia tinggal kenangan. Yang tersisa adalah negara-negara pecahannya, yakni Slovenia, Kroasia, Republik Makedonia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, dan Montenegro.
Seperti dikutip dari laman Toptenz, Rabu (19/7/2017), berikut 6 negara yang diprediksi akan hilang dari peta pada 2115:
1. Kiribati
Kiribati adalah lambang dari surga tropis. Pasalnya, pulau yang terdiri dari serangkaian atol dan terumbu karang ini memiliki suhu yang sangat pas bagi pecinta musim panas.
Pohon kelapa berjajar indah di tepi pantai dan birunya air laut menambah keindahan kawasan ini.
Namun, Anda harus berhati-hati ketika ingin berlibur ke pulau ini. Sebab, naiknya permukaan air laut sering terjadi tanpa dugaan.
Seperti Pulau Tebua Tarawa dan Abanuea yang hilang secara mendadak karena naiknya permukaan air laut.
Banyak yang memprediksi, negara pulau ini akan hilang dari peta pada 2115. Pejabat setempat juga tengah berupaya mengantisipasi naiknya air laut dan mengevakuasi warganya. Permohonan itu telah disampaikan kepada Australia, Selandia Baru dan Fiji agar dapat menerima penduduknya sebagai pengungsi.
Kiribati bahkan membeli tanah seluas lebih dari 5.000 hektar di Fiji. Yang kelak akan menjadi lokasi pengungsian mereka jika negara itu tenggelam.
"Ini adalah cara terakhir. Tak ada lagi yang bisa dilakukan," kata Presiden Kiribati, Anote Tong seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph. "Rakyat kami harus pindah ketika pasang mencapai rumah dan desa kami."
Pak Presiden berharap rakyatnya nanti tak akan dianggap sebagai pengungsi, melainkan imigran, yang akan hidup berdampingan dengan rakyat Fiji. Kepindahan juga tak akan dilakukan sekaligus, melainkan bertahap.
Meski sudah memiliki lahan untuk pindah, bukan berarti rakyat Kiribati menyerah tanpa perlawanan. Menggugat akar permasalahan yang mereka alami, mengampanyekan perjanjian emisi karbon yang mengikat semua negara, menuntut kompensasi dari kekuatan industri dunia yang menjadi penyebab bencana terkait iklim.
Advertisement
2. Belanda
Masuk akal rasanya ketika banyak orang membayangkan negara-negara kepulauan akan menghilang begitu saja karena naiknya permukaan laut.
Namun yang dirasa kurang masuk akal adalah hilangnya negara di kawasan Eropa terhadap perubahan iklim. Meski demikian, hal tersebut sangat realistis. Pasalnya, Belanda adalah salah satu negara yang daratannya lebih rendah dari permukaan laut.
Selama ini, Negeri Kincir Angin itu mengandalkan tanggul sebagai pencegahan banjir. Sistem tersebut dibuat secara modern agar dapat menjaga kelangsungan hidup warganya.
Pada tahun 1953, sebuah badai pernah menghantam Belanda dan negara tetangganya, Belgia. Banjir sedalam 5,5 meter mampu menyapu bagian selatan negara tersebut.
Dengan demikian, para peneliti di Eropa telah memprediksi wilayah tersebut dapat terancam oleh bencana alam, yang salah satunya adalah Badai Katrina.
3. Taiwan
Pemerintah China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang 'membangkang'.
Namun sebaliknya, Taiwan kukuh menyebut sebagai negara berdaulat, yang menjalankan pemerintahan sejak kepemimpinan Chang Kai-shek tahun 1949.
Kisruh antar Beijing dan Taipei ini terus berlanjut, secara pasang surut, kadang naik kadang turun tensinya.Â
Pada 25 Oktober 1971, Majelis Umum PBB memilih untuk mengakui Tiongkok dan mengeluarkan Taiwan dari keanggotaan. Keputusan tersebut ditentang keras oleh Amerika Serikat.
Sementara, kebanyakan negara di dunia menerima prinsip 'one-China' yang menyatakan bahwa negara di Kepulauan Formosa itu dan Tiongkok Daratan adalah sebuah kesatuan.
Â
Advertisement
4. Korea Utara
Sama halnya seperti China dan Taiwan, Korea Utara dan Korea Selatan diprediksi akan bersatu dan menjadi satu wilayah yang sama.
Selama ini Korea Utara memilih untuk memisahkan diri. Satu-satunya kekuatan terbesar yang dimiliki oleh negara yang dipimpin oleh diktator Kim Jong-un itu adalah kekuatan militer saja.
Kebanyakan pakar menganggap, semua hanya soal waktu. Akan ada masanya kedua negara yang terpecah akan kembali bersatu pada 2115. Ditambah lagi Korea Selatan siap untuk membawa Korea Utara kembali ke jalur perdamaian.
Sama halnya seperti catatan sejarah antara Jerman Barat dan Timur yang kembali bersatu sejak tahun 1990.
5. Palestina
Meski benderanya pernah dikibarkan di PBB, Palestina belum sah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.Â
Majelis Umum PBB baru memberikan Palestina status sebagai negara pengamat nonanggota -- langkah yang ditentang keras oleh Israel dan AS.
Wilayah Palestina terus berkurang akibat aneksasi atau pencaplokan yang dilakukan Israel.Â
Negeri zionis terus-menerus membangun pemukiman Yahudi baru di atas tanah Palestina. Konflik kedua negara yang terus terjadi terus memakan korban.Â
Jika aneksasi itu tak dihentikan, banyak pengamat yang memprediksi wilayah Palestina akan hilang di tahun 2115.
Advertisement
6. Haiti
Republik Haiti adalah sebuah negara di Karibia yang meliputi bagian barat pulau Hispaniola dan beberapa pulau kecil lainnya di Laut Karibia.
Haiti merupakan negara kedua yang merdeka di Benua Amerika setelah Amerika Serikat -- juga salah satu produsen gula terpenting di dunia.
Haiti juga merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Apalagi setelah dilanda gempa hebat pada tahun 2009 yang menyebabkan ekonomi negara itu berantakan.
Negara ini diprediksi akan hilang karena banyak problem yang terjadi di wilayah ini. Kemiskinan, konflik antar manusia, bencana alam dan perubahan iklim adalah hal yang tak dapat dihindari.