Liputan6.com, Washington, DC - Ketika sebuah kompetisi robot internasional di Washington DC selesai pada 18 Juli 2017, seorang guru pendamping untuk tim siswa dari Burundi harus menghadapi mimpi buruk yang menjadi nyata; ia tidak dapat menemukan murid-muridnya.
Saat mencari ke wisma penginapan peserta di Trinity Washington University, si pendamping itu juga menemukan kamar para siswanya kosong melompong. Barang-barang personal mereka juga tidak ada di ruangan tersebut.
Washington DC Metropolitan Police yang menangani kasus itu menduga bahwa keenam remaja dengan rata-rata usia 16 - 18 tahun tersebut melarikan diri ke Kanada. Demikian seperti yang dilansir dari The Guardian, Jumat (21/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Padahal, mereka direncanakan terbang kembali ke tanah air pada Kamis 20 Juli kemarin. Kepolisian juga menjelaskan bahwa visa mereka hanya berlaku untuk satu tahun.
"Ada indikasi bahwa para remaja itu melarikan diri atas kehendak sendiri. Mengingat mereka meninggalkan kunci kamar di tas pendampingnya, dan baju-baju mereka pun tidak ada di kamar," ucap pengorganisasi kompetisi, First Global.
Sementara itu, ketua komunitas Burundi-Amerika setempat, Oscar Niyiragira, menjelaskan, tidak menutup kemungkinan jika enam remaja itu melarikan diri ke Kanada untuk mencari suaka. Oscar juga menganggap, perlu ada investigasi lebih mendalam terkait alasan di balik pelarian diri para remaja tersebut.
Namun, jika memang mereka mencari suaka, Oscar berpendapat bahwa tindakan remaja itu dilatarbelakangi motif ekonomi, ketimbang politik.
Sejak 2015, Burundi dirundung instabilitas politik, setelah Presiden Perre Nkurunziza tampak berniat memulai kekuasaan otoritarian, dengan menjabat selama tiga periode berturut-turut.
Akan tetapi, perekonomian Burundi yang buruk, dapat pula menyebabkan orang-orang seperti Oscar --dan mungkin keenam remaja tersebut-- mencari suaka di Benua Amerika.
Sebelumnya, pada Rabu 19 Juli 2017, kepolisian Washington merilis selebaran orang hilang yang mencantumkan foto keenam remaja Burundi itu. Pada rilis itu, tercantum keterangan bahwa mereka terlihat terakhir kali pada Selasa, 18 Juli lalu.
Kepolisian juga berusaha menghubungi paman salah satu remaja itu yang tinggal di AS. Namun, sang paman belum memberikan respons.
Kabar terbaru menyebut, dua dari enam remaja itu, Don Ingabire (16), Audrey Mwamikazi (17), dilaporkan terlihat menyeberang ke Kanada. Informasi itu dikabarkan oleh juru bicara Washington DC Metropolitan Police, Aquita Brown.
Empat remaja lain bernama Nice Munuzero (17), Richard Irakoze (18), Aristide Irambona (18), dan Kevin Sabumukiza (17).
Kompetisi yang diikuti oleh peserta dari 150 negara itu, dirancang untuk memotivasi para pemuda untuk menapaki karir di bidang matematika dan sains. Kompetisi itu juga sempat menjadi pusat perhatian, karena diselenggarakan beberapa waktu setelah kebijakan pengetatan imigrasi yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Selain itu, jika keenam remaja itu memang benar melarikan diri untuk mencari suaka, Oscar Niyiragira menganggap bahwa Kanada merupakan lokasi yang lebih baik ketimbang AS. Apalagi, setelah sejumlah sentimen dan kebijakan anti-imigran yang dicanangkan oleh Presiden Trump.
Dinas Keimigrasian AS dan Kanada, hingga saat ini, menolak memberikan komentar terkait kabar enam remaja yang berasal dari sebuah sekolah di Ibu Kota Burundi, Bujumbura.
Saksikan juga video berikut ini