Sukses

Israel-Palestina Memanas, 7 Orang Tewas dalam Dua Hari Terakhir

Kuartet perdamaian Timur Tengah yang terdiri dari Rusia, AS, Uni Eropa, dan PBB mendesak pihak yang bertikai mengendalikan diri.

Liputan6.com, Yerusalem - Israel telah mengirimkan pasukan tambahan ke Tepi Barat dan pihak kepolisian negara itu berusaha menghentikan kerumunan warga Palestina yang melempari mereka dengan batu di Yerusalem. Sementara itu, memanasnya situasi antara dua negara memicu kekhawatiran internasional.

Seperti dikutip dari abc.net.au pada Minggu (23/7/2017) Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan satu orang warganya terbunuh dalam bentrokan terpisah. Korban tewas dalam dua hari terakhir menjadi tujuh orang.

Pada Jumat 21 Juli waktu setempat, tiga warga Israel ditikam hingga tewas saat makan malam di sebuah pemukiman di Tepi Barat. Sementara beberapa jam sebelumnya, tiga warga Palestina dilaporkan meninggal saat bentrok dengan pasukan keamanan Israel di luar kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Warga Palestina saat itu tengah melancarkan aksi protes menentang pemasangan metal detector di masjid tersebut.

Adapun kuartet mediator perdamaian Timur Tengah, yaitu Rusia, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB merilis pernyataan bersama yang menyebutkan mereka "sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan dan bentrokan kekerasan yang terjadi di dalam dan sekitar Kota Tua Yerusalem". Kuartet ini juga menyerukan agar semua pihak mengendalikan diri.

Para diplomat mengatakan, Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada hari Senin untuk membahas situasi tersebut. Pertemuan ini digelar atas desakan Swedia, Mesir, dan Prancis.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah memerintahkan untuk menghentikan seluruh komunikasi resmi dengan Israel sampai negara itu memindahkan detektor logam di kompleks suci di Yerusalem.

Adapun menurut dua pejabat Israel yang berbicara tanpa bersedia menyebut nama, otoritas keamanan negara itu akan bertemu pada hari Minggu waktu setempat untuk membahas langkah-langkah keamanan alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti detektor logam tersebut.

Seorang pejabat senior Israel, Mayor Jenderal Yoav Mordechai meminta agar dunia Islam mengajukan usulan bentuk pengamanan lain selain metal detector.

"Kami berharap Yordania dan sejumlah negara Arab lain dapat memberi solusi keamanan lain atas masalah ini, saran apapun, baik itu menggunakan barang elektronik, siber, atau teknologi modern," ujar Mordechai.

"Kami membutuhkan solusi keamanan, bukan politik atau agama," tegasnya.

 

Simak video berikut:

2 dari 2 halaman

Pasukan Israel menargetkan desa penyerang

Di Yerusalem, polisi Israel mengatakan, menggunakan peralatan anti huru-hara untuk membubarkan belasan warga Palestina yang melempari mereka dengan batu dan botol. Tayangan televisi menunjukkan, polisi Israel melemparkan granat kejut dan menggunakan water cannon untuk memecah kerumunan.

Di Tepi Barat, pasukan Israel dikabarkan menyerbu rumah warga Palestina yang menikam tiga warga mereka.

Menurut seorang juru bicara militer Israel, saudara pelaku penyerangan telah ditangkap dan pasukan keamanan membatasi pergerakan warga Palestina dari desanya.

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman dalam pertemuannya dengan seorang komandan senior di Tepi Barat mengatakan, rumah pelaku penyerangan akan segera dibongkar. Ditegaskannya, ini sesuai dengan kebijakan Israel.

Lieberman pun meminta Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai "pembantaian".

Hubungan kedua negara telah memanas sebelum serangan penikaman pada hari Jumat. Berhari-hari sebelumnya, warga Palestina terlibat bentrok dengan pasukan keamanan Israel menyusul pemasangan metal detector di luar kompleks suci yang di dalamnya terdapat Masjid Al Aqsa.

Israel memutuskan untuk memasang detektor logam di pintu masuk sekitar seminggu lalu setelah dua anggota polisi mereka dibunuh di tempat itu.