Sukses

8 Hal Mengerikan yang Sering Tak Kita Sadari Keberadaannya

Yang jelas, tidak semua fakta mengkhawatirkan itu harus diterima dengan pasrah karena masih bisa dicegah.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia memang tidak selalu mengerikan, tapi ada sejumlah bahaya yang terjadi perlahan atau tidak terlalu kentara.

Bahaya yang dimaksud mungkin bersifat keji, mengerikan atau bahkan enggan didengar oleh bagi sebagian orang. Yang jelas, tidak semuanya harus diterima dengan pasrah karena bisa dicegah.

Diringkas dari toptenz.net pada Senin (24/7/2017), berikut ini adalah 8 fakta mengerikan yang terjadi di sekeliling kita, namun tidak selalu kita sadari keberadaannya:

2 dari 9 halaman

1. Rekor Jumlah Perbudakan

Sriev Kry membawa buah dari bunga teratai di provinsi Koh Thom, Phnom Penh, Kamboja, 25 April 2017. Sekarang Sriev Kry senang berada di rumah dan bersumpah dia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya lagi. (AP Photo/Heng Sinith)

Banyak orang menduga bahwa perbudakan sedang terus menyusut, apalagi karena sudah banyak negara yang melarangnya sehingga lebih sukar dipraktikkan.

Walaupun begitu, beberapa taksiran menyebutkan bahwa sekarang ini sekitar 27 juta orang berada terjebak dalam berbagai bentuk perbudakan. Jumlah itu menjadi yang terbesar sepanjang sejarah dan lebih dari dua kali lipat perdagangan budak trans-Atlantik.

Orang bekerja sebagai budak karena berutang ataupun alasan lain yang lebih samar, tapi tetaplah perbudakan. Di banyak negara, buruh anak adalah hal yang sangat lazim dan para bocah itu bisa dibilang tanpa dibayar sama sekali.

Namun demikian, masih ada harapan. Beberapa analis berpendapat bahwa dengan semakin banyaknya negara yang melarang dan semakin tegasnya penerapan hukum, ada harapan bahwa perbudakan akan lenyap dalam 30 tahun.

3 dari 9 halaman

2. Ular Derik Tanpa Bunyi Derik

Pencarian ke ruang tadah hujan mengungkapkan keberadaan 13 ular yang bergelung di pojokan. (Sumber Big Country Snake Removal)

Ular derik (rattlesnake) ditakuti banyak orang yang harus melintas di kawasan yang menjadi habitatnya. Bunyi derik yang dihasilkan di ekornya menjadi pertanda bahaya bagi lawan yang berada di dekatnya.

Bunyi yang menjadi ciri khas itu bahkan menjadi bagian kisah-kisah televisi atau film. Tapi, sekarang, serangan ular itu mungkin tidak akan didahului dengan bunyi derik tersebut.

Ternyata, ular derik mengalami evolusi sehingga mereka tidak lagi menghasilkan bunyi derik. Terdengar seperti kisah fiksi ilmiah, tapi hal itu sedang berlangsung.

Beberapa pihak menduga bahwa hal tersebut disebabkan mutasi langsung secara genetik sebagai cara meningkatkan penyintasan, bahkan ada juga yang berpendapat bahwa evolusi ini sekedar menjadi bukti nyata teori Darwin.

Ular yang mengalami mutasi mengakibatkan ekor yang tidak berderik sehingga ular demikian lebih berkemungkinan menyintas dan lebih berkesempatan memiliki keturunan. Jika hal itu terus berlangsung, maka ular derik akan kehilangan ekor deriknya secara menetap.

Pada awalnya, cara itu menjadi cara menakuti mangsa, tapi malah membantu pemangsa ular itu menemukan mereka. Dengan demikian, secara evolusi mereka menanggalkan ekor derik itu.

4 dari 9 halaman

3. Kadar Merkuri dalam Ikan Tuna

Karyawan toko memeriksa kualitas dari tuna segar yang berada di pasar ikan Tsukiji sebelum lelang Tahun Baru di Tokyo, Jepang, Selasa (5/1).  Pada 2013, Kimura mendapatkan tuna sirip biru seberat 222 kg dengan harga Rp 17,3 miliar. (REUTERS/Toru Hanai)

Banyak orang yang secara teratur menyantap tuna, bahkan melakukannya setiap hari. Tapi sebaiknya ikan tuna dihindari terutama ketika hamil, terkait dengan laporan tingginya kadar merkuri dalam ikan tuna.

Segelintir orang menduga hal itu hanya terjadi pada tuna bermutu rendah ada juga yang menduga laporan itu hanya melebih-lebihkan. Kenyataannya, tuna jauh lebih berbahaya daripada yang diduga.

Tuna adalah salah satu ikan yang cukup besar dan menyantap cukup banyak ikan yang lebih kecil sehingga kadar merkuri dalam tubuhnya sendiri menjadi tinggi sekali. Padahal, jenis merkuri itu termasuk yang paling lama terbuang dari tubuh manusia.

Sejumlah orang yang mengaku menyantap tuna ketika hamil melaporkan kelahiran anak cacat atau masalah lain, misalnya keterbelakangan mental.

Sayangnya, masih banyak orang yang tidak menyadari betapa bahayanya tuna bagi wanita hamil atau bahkan bagi orang biasa. Jadi, tidak disarankan menyantapnya terlalu sering.

Memang masih rumit membuktikan bahwa merkuri dalam tuna menjadi penyebab cacat kelahiran sesungguhnya, tapi memang ada kemungkinan. Kenyataannya, ada banyak orang yang menduga merkuri dari vaksin sebagai penyebab autisme, padahal mungkin saja merkuri itu berasal dari ikan yang mereka santap.

Merkuri dalam vaksin hanya dalam jumlah kecil dan dalam jenis yang cepat dibuang secara aman dari dalam tubuh. Jenis merkuri yang ada dalam tuna ada dalam jumlah besar dan menetap lebih lama dalam tubuh.

5 dari 9 halaman

4. Pergerakan Jam Kiamat

Dalam pengumumannya, sekelompok ilmuwan dari 'Bulletin of the Atomic Scientists menyatakan waktu dunia menuju kiamat hanya '3 menit'.

Selama beberapa tahun belakangan, para ilmuwan atom cermat mengamati apa yang mereka sebut dengan “jam kiamat,” yaitu ukuran yang dipakai untuk menduga seberapa dekatnya dunia ini dengan kemungkinan perang nuklir dan kebinasaan.

Sekarang, jam itu hanya berjarak 2,5 menit dari tengah malam, suatu istilah yang pada hakikatnya menjadi penyebutan akhir dunia. Yang parah, kita sebenarnya sedang semakin mendekati tengah malam itu.

Jam itu sejenak sempat menjauh dari tengah malam di awal 90-an dan mendekat ke 1 menit pada 2010, tapi terus mendekat sejak dua dekade belakangan.

Jam itu mengukur banyak faktor berbeda, termasuk masalah terkait perubahan iklim, persenjataan nuklir, krisis energi, dan kelebihan populasi secara global.

Para peneliti mengkhawatirkan pada pemimpin dunia yang kurang cukup gigih secara bersama untuk menghadapi semua isu global tersebut. Menurut para peneliti, kita sedang dalam keadaan mengerikan karena jam itu sedang 0,5 menit jauhnya dari jam tengah malam.

6 dari 9 halaman

5. Pabrik Hewan Peliharaan

Pernahkah terbayangkan bagaimana jadinya jika aroma bulu anak kucing disulap menjadi sebuah wewangian tubuh? (Foto: @demeterceo/instagram)Masalah yang satu ini menjadi semakin besar dan menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Ya, populasi hewan peliharaan sudah di luar kendali.

Kelebihan populasi itu antara lain disebabkan oleh 'pupp mills' yaitu sekelompok orang yang terus menjadikan hewan peliharaan sebagai pabrik anak hewan demi memenuhi permintaan konsumen yang ingin membeli anak anjing dan anak kucing. Padahal, karena berbagai alasan, para pembeli itu kemudian membuang hewan-hewan peliharaan mereka.

Tempat-tempat pengayoman satwa jelas tidak bisa menampung begitu banyaknya kucing dan anjing yang dibuang pemiliknya. Sementara itu, ‘pabrik’ anakan hewan itu terus menjual anak-anak hewan peliharaan demi keuntungan finansial.

Para pengayom hewan mengusulkan melakukan kebiri demi mencegah membengkaknya populasi hewan peliharaan karena banyak hewan peliharaan yang terbuang kemudian terpaksa dibunuh.

Kenyataan demikian bahkan terjadi di tempat-tempat pengayoman "no kill", yang bermaksud memelihara hewan-hewan di penampungannya. Tapi hal itu tidak selalu memungkinkan dan tempat pengayoman satwa dengan kebijakan itu pun sebenarnya masih boleh membunuh 10 persen hewan di tempat mereka dan tetap meraih status "no kill."

7 dari 9 halaman

6. Potensi Tabrakan Satelit

Ilustrasi satelit Facebook yang menyalurkan internet (sumber : facebook.com/Mark Zuckerberg)

Sindrom Kessler pertama kalinya diajukan oleh seorang ilmuwan NASA bernama Donald Kessler beberapa dekade lalu. Sekarang ini kita mulai menyaksikan dampaknya walaupun belum pada tahapan berbahaya.

Sindrom Kessler adalah teori yang digagas oleh Kessler ketika ia sedang mengamati meteorit-meteorit, lalu memutuskan untuk menguji algoritma temuannya pada satelit-satelit. Hasilnya mengundang kekhawatiran.

Pada dasarnya, ia mengungkapkan bahwa, jika kita terus menyelimuti angkasa sekitar Bumi dengan satelit-satelit, maka nantinya akan terjadi tabrakan-tabrakan yang menghancurkan satelit-satelit sehingga kita, misalnya, kehilangan layanan GPS dan sejenisnya.

Tapi jangan terlalu khawatir, karena menurut Kessler tabrakan-tabrakan itu baru akan mulai menjadi lebih sering pada 20 tahun kemudian. Jadi, kalau kita meluangkan waktu membersihkan satelit-satelit sampah dari angkasa, kita masih bisa mencegah masalah sebelum lepas kendali.

Waktu 20 tahun sepertinya terasa masih lama, tapi persiapan matang harus dimulai dari sekarang.

8 dari 9 halaman

7. Pencacahan Anak Ayam Jantan

Praktik standar selama ini adalah dengan membuang anak ayam jantan yang dibuang hidup-hidup ke dalam mesin pelumat. (Sumber Anglican Society for the Welfare of Animals)

Bagi kebanyakan di antara kita yang menyantap daging, kita mengerti adanya kekejian pada tingkat tertentu dalam sistem pasar massal untuk penyembelihan, sterilisasi, proses, dan pengepakkan daging untuk keperluan jutaan orang.

Namun demikian, ada beberapa orang yang berpendapat bahwa produksi pangan dapat dibuat lebih etis dan tetap efisien. Secara khusus, masih ada di antara kita yang kaget mendengar penjelasan proses yang terlibat dalam produksi telur.

Ada 2 jenis ayam yang dipakai dalam peternakan komersial, yaitu pedaging dan petelur. Untuk alasan efisiensi, dua jenis itu tidak dipertukarkan.

Untuk bertelur, hanya ayam betina yang memang bisa bertelur sehingga ayam jantan tidak banyak gunanya. Praktik standar selama ini adalah dengan membuang anak ayam jantan yang dibuang hidup-hidup ke dalam mesin pelumat. Mesin itu pada dasarnya mirip dengan mesin pelumat kayu.

Bahkan orang yang menyantap daging pun memandang praktik itu barbar. Pihak industri mengaku sedang mengembangkan teknologi yang dapat mengetahui jenis kelamin anak ayam dalam telur yang sedang diperam, tapi teknologi itu baru akan ada sesudah 2020.

9 dari 9 halaman

8. Perjalanan Angkasa

Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS). (Google Street View)

Bagi kebanyakan orang, gagasan perjalanan angkasa terdengar sangat romantis, keren, dan terasa seperti kisah dalam film fiksi ilmiah. Kenyatannya, perjalan angkasa adalah hal yang cukup menyeramkan.

Lebih dari sekedar penggunaan tabung hampa dan perangkat lain untuk tugas sehari-hari, kita masih harus menerima kenyataan bahwa perjalanan angkasa dengan cepat menggerus kesehatan jasmani dan mental kita.

Jadi, jangan heran kalau NASA selalu menuntut orang yang sebugar mungkin dan sehat seluruhnya, karena orang-orang lain hampir tidak mungkin bertahan menghadapi kerasnya perjalanan angkasa.

Kebanyakan astronot mengalami dampak unik pada tubuh mereka kembali ke Bumi dengan pengurangan penglihatan yang menetap. Gangguan tidur juga lazim terjadi, demikian juga dengan stres fisik dan mental yang sukar diatasi.

Setelah beberapa lama di angkasa, otot-otot manusia mulai menyusut dan tulang-tulang menjadi keropos. Itulah salah satu alasan mengapa NASA tidak menginginkan astronot berada terlalu lama di angkasa tanpa jeda.

Lebih parah lagi, para astronot sering melaporkan melihat pendar atau cahaya terang benderang langsung di otak mereka. Hal itu diakibatkan oleh radiasi yang menimbulkan kerusakan tak dimengerti.

Bahkan bahaya itu pun ada di orbit rendah. Lebih jauh dari angkasa, dampaknya lebih besar lagi. Para ilmuwan juga menduga bahwa sistem kekebalan manusia tidak akan bermanfaat di angkasa, walaupun hal itu mungkin juga disebabkan oleh radiasi yang melemahkan sistem itu.