Liputan6.com, Hainan - Sebuah video pernikahan dini di sebuah desa di China yang belakangan beredar luas di media sosial membuat geger warganet dan menuai kontroversi.
Pasalnya, pasangan pengantin dalam rekaman itu diketahui baru berusia 13 tahun. Tak hanya itu, ternyata mempelai perempuan sedang hamil lima bulan!
Baca Juga
Dilansir dari Daily Mail, Selasa (25/7/2017), sejumlah media China melaporkan, pasangan pengantin muda itu diketahui tinggal di Ding'an County, Provinsi Hainan.
Advertisement
Para warganet yang menonton video viral itu mayoritas mengungkapkan keprihatinan atas pernikahan dini tersebut. Mereka mengatakan bahwa pasangan itu terlalu muda untuk menjaga diri sendiri, apalagi saling menjaga satu sama lain--dan anak mereka kelak.Â
"Pernikahan tersebut diadakan bulan (Juni) lalu," kata seorang pejabat dari Ding'an County kepada Beijing News.
Pejabat tersebut juga mengatakan, karena pasangan tersebut di bawah umur, mereka tak dapat mendaftarkan pernikahan itu secara resmi. Pihak keluarga hanya bisa menggelar sebuah upacara untuk menyatukan keduanya.
Dalam video yang beredar tersebut, kedua remaja terlihat mengenakan kostum pernikahan berwarna merah--sesuai dengan adat pernikahan China.
Anggota keluarga mereka tampak senang melihat upacara tersebut, sementara warganet tak sependapat dan berkomentar bahwa mempelai wanitanya terlalu muda untuk menikah dan berbadan dua.
"Mereka masih anak-anak. Bagaimana mereka bisa memikul tanggung jawab di masa depan?" komentar seorang warganet dengan nama akun Cherry_hanbao di Weibo.
Sementara, pemilik akun Jingbao baby mengatakan bahwa pasangan muda itu mungkin akan menyesal saat mereka memahami makna kehidupan nantinya.
Para warganet juga khawatir bahwa penduduk di desa di China masih hidup dalam masa feodalisme, di mana prioritas utama orangtua adalah menikahkan anak-anak mereka--bukan untuk mendidik. Hal itu dimaksudkan agar garis keturunan mereka terus berlanjut.
Usia legal pernikahan di China adalah 20 untuk wanita dan 22 untuk pria, tapi pernikahan anak digambarkan sebagai praktik lumrah di pedesaan China.
Menurut sebuah artikel dari Xinhua, banyak dari pasangan yang terlibat pernikahan dini tersebut adalah anak-anak yang tinggal jauh dari orangtua--mereka bekerja di kota-kota besar yang berjarak ribuan mil dari rumah.
Mereka biasanya diasuh oleh kakek dan nenek sehingga tak mendapat pendidikan seks yang semestinya.
Kisah Pernikahan Dini yang Mengguncang China
Tahun 2016 lalu, kisah pasangan remaja di Yunnan yang menikah muda mengguncang China.
Pengantin wanita yang berusia 13 tahun, Jie, menikahi suaminya yang berusia 18 tahun, Wen, hanya tiga hari setelah mereka bertemu. Gadis itu lalu hamil dan putus sekolah.
Pada saat itu, seorang profesor sosiologi dari Universitas Peking, Liu Neng, berkomentar bahwa menikah pada usia ini adalah norma budaya bagi anak muda di daerah pedesaan China. Mereka dianggap tak harus melakukan banyak kegiatan setelah mencapai pubertas.
Beberapa lainnya menyarankan bahwa kebijakan satu anak China juga menjadi alasan atas praktik pernikahan anak.
Kebijakan yang diberlakukan pada orangtua selama lebih dari tiga dekade itu telah menyebabkan ketidakseimbangan gender yang besar, karena keluarga lebih memilih anak laki-laki daripada anak perempuan. Ini berarti China memiliki lebih banyak kaum pria ketimbang wanita.
People's Daily memperkirakan 15 juta pria berusia antara 35 dan 59 tahun tidak akan dapat menemukan istri pada tahun 2020. Lalu, pada tahun 2050, jumlahnya bakal mencapai hampir 30 juta.
Hal itu mengakibatkan keluarga remaja laki-laki ingin segera menikahi mempelai wanita, karena takut kehilangan saat bersaing dengan kaum adam lainnya.
Saksikan video pernikahannya berikut ini: