Sukses

Heboh Video Viral Klub Adu Jotos Anak di China

Sebuah video 2 anak berusia 14 tahun dari Butuo, Liangshan yang berkelahi dengan teknik seperti seni bela diri campuran beredar online.

Liputan6.com, Sichuan - Video berisi tayangan anak laki-laki berusia 14 tahun di atas ring tinju beredar secara online. Rekaman yang viral di China tersebut memicu tanda tanya besar.

Seperti dikutip dari Asia One, Kamis (27/7/2017), pejabat dari daerah terpencil di Provinsi Sichuan kemudian melancarkan penyelidikan setelah melihat video viral dua anak laki-laki di sebuah klub pertarungan untuk anak-anak yatim piatu dan anak-anak "tertinggal" di Sichuan itu.

Video anak-anak yang diduga berasal dari Butuo, Liangshan tengah berkelahi dengan teknik seperti seni bela diri campuran itu beredar secara online pada Kamis pekan lalu.

Pejabat kesejahteraan dan pendidikan anak dari prefektur otonomi Liangshan Yi kemudian dikirim ke Enbo Fight Club, yang mengklaim telah mengadopsi dan melatih sekitar 400 anak sejak tahun 2001.

Dalam sebuah wawancara singkat, seorang anak laki-laki mengatakan bahwa mereka diadopsi oleh klub itu, dan terkadang tampil sebagai bagian dari acara komersial.

Mereka bilang latihannya sulit, tapi tak perlu khawatir dengan makanan, pakaian atau tempat berteduh di klub tersebut. Bahkan bisa makan daging sapi dan telur.

"Di desa asal, kami hanya bisa makan kentang saja," kata mereka.

Menurut Song Ming, seorang petugas informasi pemerintah prefektur tersebut, Butuo adalah salah satu daerah yang paling tidak berkembang di Liangshan, yang memiliki sejumlah desa terpencil.

Memicu Kontroversi

Beredarnya video tersebut memicu reaksi pro dan kontra dari beragam kalangan.

Beberapa berpendapat bahwa bela diri membuat anak-anak itu memiliki keterampilan menjaga diri untuk hidup di masa depan. Sementara yang lain menuduh klub tersebut mengeksploitasi anak.

Lainnya mengatakan bahwa anak-anak tersebut kehilangan akses terhadap pendidikan.

Menurut Lin Shucheng, kepala partai prefektur tersebut, pemerintah Liangshan akan bekerja sama dengan polisi Chengdu untuk melihat kesejahteraan anak laki-laki tersebut.

"Jika klub tersebut terbukti melanggar hukum wajib belajar, itu akan ditangani," kata Shucheng.

Song menambahkan, biro pendidikan Butuo juga akan membawa kedua anak itu kembali melanjutkan sekolah, jika ditemukan ada pelanggaran.

En Bo, pendiri klub tersebut, adalah mantan tentara SWAT dari Aba Tibet Sichuan dan prefektur otonomi Qiang. Dia berasal dari keluarga miskin dan kehilangan ayahnya pada usia 8 tahun.

Latar belakang itulah konon yang membuat dia ingin membantu anak-anak miskin agar bisa bertahan hidup.

Namun, Xu Bin, seorang pengacara ternama dengan Kantor Hukum Junyi di Chengdu, meragukan klaim bahwa klub tersebut secara hukum mengadopsi anak-anak tersebut.

"Tidak mungkin pemiliknya mengadopsi begitu banyak anak," tegas Xu bin.

Saksikan videonya berikut ini: