Sukses

Seperti Ini Pengalaman Horor Menjadi Istri Militan ISIS

Seorang perempuan mengungkap kengerian menjalani kehidupan sebagai istri militan ISIS.

Liputan6.com, Raqqa - Seorang perempuan mengungkap kengerian menjalani kehidupan sebagai istri militan ISIS. Kisah itu berawal ketika dirinya dipaksa ke Suriah oleh suaminya.

Perempuan tersebut Islam Mitat (23), merupakan ibu dua anak dan telah menikahi suaminya, Ahmed, selama tiga tahun. Hidupnya seketika berubah ketika Ahmed bergabung menjadi militan ISIS dan mendesaknya untuk tinggal di Raqqa, Suriah.

Di sana, perempuan yang sedang menuntut ilmu di bidang fisika dan mantan fashion blogger itu menemukan 'Inggris Kecil'.

Kepada The Sunday Times yang disampaikannya dari rumah perlindungan di Suriah, perempuan keturunan Maroko itu mengatakan bagaimana dirinya membangun rumah itu dengan dua remaja kembar asal Inggris, Zahra dan Salma Halane. Mereka kabur dari Manchester pada 2014.

Selain itu, ada perempuan usia sekolah lain dari Bethnal Green, London timur, yang juga tinggal di daerah tersebut, yakni Kadiza Sultana Amira Baase dan Shamima Begum. Selain itu, terdapat juga istri para militan dari Bristol dan Glasgow.

Dikutip dari The Independent, Senin (31/7/2017), di sana Mitat bertemu dengan Sally Jones, 'Janda Putih' dari Kent. Mantan penyanyi punk itu saat ini menjadi teroris perempuan paling dicari di dunia.

Mitat mengatakan, para militan senang membaca pemberitaan mereka sendiri di situs berita online Inggris.

Tak lama setelah tiba di Suriah, suami Mitat tewas dalam pertempuran di Kobane. Beberapa bulan kemudian, anaknya lahir.

Kepada surat kabar tersebut, Mitat mengatakan bahwa dirinya bertemu Ahmed di situs kencan muslim.

Ia mengatakan, suaminya berkata bahwa mereka harus ikut serta ke Turki atas alasan pekerjaan. Namun di sana ia dipaksa untuk menyeberang ke Suriah secara ilegal.

Setelah kematian Ahmed, Mitat menikah dengan militan Jerman-Afghanistan yang melarangnya meninggalkan rumah dan bertemu teman-temannya. Hal tersebut mengubur mimpinya untuk melarikan diri.

Ia kemudian memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi dengan militan Australia yang dikenal dengan Abu Abdallah al-Afghani.

Terlepas dari situasinya tersebut, pertemuannya dengan budak seks Yazidi membuatnya menyadari bahwa situasinya bisa menjadi lebih buruk. Ia melihat mereka kerap dipukuli dan militan ISIS menganggapnya sebagai sebuah 'kesenangan'.

Usaha Mitat untuk membeli salah satu budak itu gagal, karena ia tak memiliki cukup uang.

Saat ISIS berada di bawah tekanan militer yang meningkat, ia menyaksikan kengerian perang. Mitat melihat jasad-jasad yang dimutilasi dan setelah serangan udara terjadi, jalanan dipenuhi dengan jasad manusia.

"Sulit melihat seseorang di sebelah Anda tewas," ujar Mitat. "Darah dan ini semua. Itu sungguh mengerikan."

 

Simak video berikut ini: