Liputan6.com, Seoul - Pada Sabtu 29 Juli 2017, pemerintah Korea Selatan mengumumkan tengah berdiskusi dengan Amerika Serikat, guna membahas potensi dan kemungkinan bagi Negeri Ginseng untuk memproduksi misil berdaya ledak besar milik sendiri. Gagasan itu ditujukan untuk menghadapi ancaman rudal Korea Utara yang dianggap semakin nyata bagi AS - Korsel.
Gagasan produksi misil yang diinginkan oleh Korea Selatan, juga dianggap oleh AS mampu menjadi salah satu alternatif guna menekan China agar lebih 'proaktif' untuk berkontribusi terkait isu Korea Utara. Demikian seperti yang dilansir dari New York Times, Senin (31/7/2017).
"Kita harus aktif mempertimbangkan segala kemungkinan untuk memanfaatkan kekuatan militer kita untuk menghadapi ancaman Korea Utara," kata Presiden Moon Jae-in dalam sebuah rapat darurat dewan keamanan nasional yang membahas isu rudal Korut, Sabtu 29 Juli 2017.
Advertisement
Baca Juga
Pasalnya, jika Korsel berhasil memproduksi misil itu, bukan hanya Korut, namun China juga mampu masuk dalam jangkauan rudal tersebut.
Penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Chung Eui-yong dikabarkan menelepon Penasihat keamanan Gedung Putih H.R McMaster pada Sabtu pagi waktu Seoul. Sambungan telpon itu ditujukan sebagai langkah negosiasi Korsel agar AS dan sekutunya mengizinkan Negeri Ginseng memproduksi misilnya sendiri.
Berdasarkan perjanjian bilateral, Korea Selatan harus meminta izin terhadap AS guna memproduksi misil berdaya ledak besar. Menurut perjanjian bilateral, Korsel diizinkan memiliki misil berjarak tempuh 800 km.
Akan tetapi, untuk menambah daya ledak, Seoul harus terlebih dahulu meminta izin kepada Washington, DC. Rencananya, rudal berdaya ledak besar yang ingin diproduksi oleh Korsel, akan memuat lebih dari 500 kilogram hingga batas maksimal 1 ton bahan peledak.
Menurut laporan, McMaster menyetujui proposal yang diajukan oleh Chung Eui-yong. Dan diprediksi, Negeri Paman Sam akan mendistribusikan pasokan bahan baku untuk memproduksi misil ke Negeri Ginseng dalam waktu dekat.
Akan tetapi, menurut sejumlah analis, proposal itu mungkin saja dapat ditolak oleh Gedung Putih. Pasalnya, rencana untuk mempersenjatai Korsel dengan misil canggih mungkin bukan menjadi prioritas bagi AS, mengingat rudal Korut dikabarkan mampu menjangkau wilayah tepi pantai barat Negeri Paman Sam.
Dan sejumlah pakar memprediksi, mungkin saja, pemerintahan Presiden Donald Trump akan lebih memilih untuk berfokus menguatkan sistem pertahanan dan persenjataan milik AS, ketimbang membantu negara lain.
Rencana Korsel yang berkeinginan untuk membuat rudal berdaya ledak besar yang mampu menjangkau Korut datang setelah Pyongyang kembali melakukan uji Intercontinental ballistic missile atau rudal balistik antarbenua (ICBM).
"Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan tes tersebut membuktikan bahwa seluruh AS berada dalam jangkauan rudal," demikian diberitakan media pemerintah Pyongyang, seperti dikutip dari BBC, Sabtu 29 Juli 2017.
Mengonfirmasi peluncuran tersebut, pihak Korut mengatakan bahwa ICBM terbang selama lebih dari 47 menit, mencapai ketinggian 3.724 km (2.300 mil), dan jatuh di utara Laut Jepang. Pemberitaan tersebut juga menyatakan bahwa roket yang digunakan adalah Hwasong-14, model sama yang diuji Korea Utara pada 3 Juli lalu.
Saksikan juga video berikut ini