Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia memberikan beasiswa berbentuk fellow program kepada 22 pemuda berprestasi Tanah Air. Fellow program itu disalurkan oleh Kedubes AS melalui Young South East Asian Leadership Initiative.
Para pemuda tersebut, yang merupakan mahasiswa dan sarjana muda, mendapatkan kesempatan untuk menerima program pendidikan tinggi dan pengembangan kapabilitas kepemimpinan di sejumlah universitas dan lembaga gerakan sipil di Negeri Paman Sam selama 5 minggu. Seluruh mendulang prestasi di berbagai sektor, mulai dari wirausahawan, pegiat HAM dan masyarakat sipil, aktivis pendidikan, hingga pemerhati lingkungan.
"Manfaatkan waktu sebaik-baiknya, jangan takut untuk bertanya. Jadikan program ini kesempatan kalian untuk belajar dan berkontribusi lebih lanjut untuk negara. Jadikan kesempatan ini untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan Amerika Serikat selama di sana. Aku mengimbau kalian untuk selalu berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain," jelas Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan berpesan kepada 22 peserta saat upacara simbolisasi pelepasan di Jakarta, Senin (1/8/2017).
Advertisement
Baca Juga
"Ada puluhan ribu pemuda seperti kalian di Asia Tenggara. Ribuan di Indonesia. Dan kalian adalah calon pemimpin masa depan untuk Asia Tenggara dan Indonesia. Selamat kepada kalian semua. Saya berharap, kalian bisa melakukan semua hal yang terbaik untuk diri kalian dan negara kalian," tambah sang Dubes.
Para pemuda itu akan diberangkatkan secara terpisah sekitar akhir Agustus hingga Oktober. Mereka akan melaksanakan program selama lima minggu di sejumlah universitas, seperti University of Connecticut dan University of Montana, dan beberapa lembaga nonprofit, seperti East West Center dan Chicago Beyond.
Salah satu alumni YSEALI menceritakan pengalamannya saat mengikuti program di Amerika Serikat. Menurutnya, program tersebut memberikan kesempatan untuk mengetahui sejumlah seluk-beluk mengenai aspek pendidikan, sosial, budaya, dan politik masyarakat Negeri Paman Sam.
"Kemarin saya ikut program YSEALI dan ditempatkan di University of State Arizona, dan mengunjungi sejumlah kota, seperti Los Angeles, San Fransisco, dan Washington, DC. Saya di sana belajar berbagai hal mengenai civic engagement. Belajar budaya dan sosial masyarakat AS," jelas Reno Andifa Hasan.
"Selama di Arizona, saya ketemu berbagai lapisan masyarakat. Ada masyarakat asli Amerika (Indian) dan keturunan Meksiko-AS. Saya mempelajari bagaimana mereka mampu menyampaikan aspirasi politiknya secara bebas. Kesadaran politik kelompok itu juga cukup tinggi. Menarik bahwa kelompok masyarakat itu cukup banyak mengkritik kebijakan Trump, seperti tembok AS-Meksiko dan isu tentang imigran Meksiko," papar Reno.
Sementara itu, Aldi Surya, salah satu alumni lain, menjelaskan pengalamannya mengikuti program YSEALI dengan menjadi pemagang di salah satu lembaga masyarakat sipil nonprofit di Chicago Beyond, yang bermarkas di Chicago.
"Selama di sana saya banyak belajar mengenai etos kerja dan belajar bagaimana mengorganisir sebuah kegiatan berbasis gerakan masyarakat sipil. Saya juga berkesempatan untuk mengamati dan memahami sejumlah aspek sosial di Chicago," ujar Aldi.
YSEALI merupakan program yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar AS untuk negara di kawasan Asia Tenggara. Program itu dianggap sebagai aspek vital bagi kemitraan strategis Negeri Paman Sam di kawasan, khususnya dalam konteks hubungan antar manusia.
"Program itu merupakan bagian penting dalam kemitraan strategis AS dengan Indonesia terkait pertukaran manusia dan hubungan people-to-people. Program YSEALI menjadi kesempatan bagi pemuda Indonesia untuk belajar, berbagi, dan bertukar pengalaman dengan berbagai institusi di Amerika Serikat," jelas Dubes Donovan.
Saksikan juga video berikut ini