Liputan6.com, Jakarta - Rumah bordil dan prostitusi sudah ada sejak awal peradaban dan terus berkembang terutama selama Abad ke-19 dan awal Abad ke-20 di Amerika Serikat (AS).
Ada beragam konsekuensi tidak langsung maupun fakta janggal terkait dengan ketenaran rumah-rumah bordil pada masa lalu. Misalnya Hotel Dumas di Butte, Montana, yang memiliki 3 lantai untuk tiga jenis pelanggan berdasarkan tingkat kemampuan ekonomi.
Lantai paling bawah diperuntukkan bagi pelanggan yang paling miskin dan disuguhi pekerja seksual komersial (PSK) yang kurang menarik. Tapi, para klien yang paling kaya dan berpengaruh menggunakan lantai paling atas dan mendapat fasilitas tambahan, termasuk alur masuk rahasia.
Advertisement
Baca Juga
Istilah "distrik lampu merah" diduga berasal dari para buruh-buruh rel kereta api yang meninggalkan lampu merah mereka di luar rumah bordil ketika sedang melampiaskan hasrat seksual. Pada Abad ke-19, lampu merah itu menjadi bagian dari tugas mereka sebagai buruh rel kereta.
Tapi, para PSK itu juga menjadi tulang punggung pembangunan di Wild West AS. Wanita-wanita itu mengerjakan berbagai urusan rumah tangga yang biasanya dilakukan oleh para istri ketika para pelanggan mereka sedang bekerja membangun AS.
Disarikan dari Listverse.com pada Rabu (2/8/2017), berikut ini adalah 6 fakta unik terkait rumah-rumah bordil AS pada masa keemasan mereka:
1. Pilihan Lebih Baik Bagi Wanita?
Di masa lalu, kaum wanita AS tidak memiliki hak atas properti dan hanya punya sedikit pilihan pekerjaan kasar di pabrik-pabrik atau menjadi pelayan bagi keluarga kaya. Dua-duanya bergaji rendah.
Jadi, pekerjaan sebagai PSK – apalagi dalam sebuah rumah bordil – terkadang menjadi pilihan yang lebih disukai dan dengan penghasilan yang lebih baik.
Setidaknya para wanita itu mendapat jaminan tempat tinggal, ditambah lagi dengan penghasilan harian yang lebih besar daripada penghasilan mingguan buruh pabrik.
Selain itu, para PSK memiliki kemandirian yang tidak dimiliki wanita lain pada masa itu, walaupun kemandirian itu tidak diakui secara legal. Pada masa itu, tidak heran melihat wanita PSK menabung cukup uang sehingga bisa membeli tanah berukuran cukup luas.
Cukup banyak PSKÂ di kawasan barat AS bahkan mendanai pendirian industri dan proyek-proyek irigasi. Singkatnya, kaum wanita yang menjadi PSK pada Abad ke-19 tergolong memiliki penghasilan tertinggi bersama dengan sejumlah orang paling berpengaruh di negeri itu.
Advertisement
2. Mendobrak Batasan Rasial
Ketika rumah bordil semakin banyak – terutama di selatan – mereka secara tidak sengaja sedikit membantu mendobrak batasan-batasan rasial.
Misalnya di New Orelans yang ketat menerapkan pemisahan (segregasi) rasial di hampir semua bagian kota. Tapi tidak ada batasan seperti itu di kawasan Storyville, tempat di mana pelacuran dan bordil tidak dipandang melanggar hukum.
PSK di sana bukan hanya berkulit hitam, tapi mencakup perlintasan budaya secara umum. Hal itu berlaku pada PSK, pegawai umum, dan penghibur di kelab, lalu kemudian berimbas kepada publik pengguna jasa yang ditawarkan.
Namun demikian, agar disadari bahwa hal itu tidak terjadi 2 arah. Kaum pria kulit putih bebas menyewa jasa PSK berkulit putih atau hitam, tapi kaum pria berkulit hitam hanya boleh memanfaatkan jasa dari PSK berkulit hitam.
3. Industri Bawah Tanah Bernilai Jutaan Dolar
Tempat-tempat bordil ditemukan di manapun di setiap kota besar. Ketika warga AS mulai menikmati waktu luang dengan kunjungan ke teater atau salon, rumah bordil secara tidak resmi menjadi bisnis pendukung yang menempel pada tempat-tempat bersantai yang "diterima."
Masing-masing industri saling menguntungkan melalui anggukan-anggukan dan kedipan-kedipan. Besarnya organisasi tiap rumah bordil dan cara mereka berjejaring dan saling mengunci dengan area lain dalam bisnis menjamin keuntungan sebesar-besarnya.
Bahkan ada upaya yang lumayan untuk membuat industri itu lebih dekat dengan pelanggan-pelanggan potensial. Misalnya, buku "The Gentleman’s Handbook" yang menjadi panduan tentang rumah-rumah bordil, jumlah PSK, dan bahkan tempat membeli kondom (yang dibuat dari usus domba dan terasa sangat tidak nyaman).
Buku itu diduga menjadi cara mendekatkan industri dengan para pelanggan.
Advertisement
4. Suap Dua Arah
Pelacuran dan rumah bordil merupakan hal melawan aturan dalam sebagian besar Abad ke-19 dan 20. Tapi, polisi seringkali tutup mata melihat pendirian-pendirian rumah bordil karena adanya imbalan finansial.
Dalam beberapa kasus, kaum wanita yang beroperasi secara mandiri (di luar rumah bordil) tidak lepas dari kewajiban membayar "biaya" untuk bisa menjalankan urusannya.
Setelah seorang wanita ketahuan bekerja sebagai PSK, maka pemilik rumah tempat tinggal sewaan akan memeras sebisanya dari si penyewa tempat tinggal.
Tapi hal itu berlaku dua arah. Jika ada polisi yang mulai bertingkah, maka pemilik rumah bordil atau si PSK terkadang mengancam akan menguak keberadaan para tamu penting itu kepada publik.
5. Alat Bayar Alternatif
Perampokan marak terjadi di dalam atau sekitar rumah bordil, terutama yang menjajakan jasa kepada "klien kelas bawah." Akibatnya, banyak PSK yang menerima pembayaran menggunakan alat bayar alternatif, misalnya token untuk ditukar dengan makanan dan minuman, atau untuk menebus produk kosmetik di toko obat.
Akibat pengaruh budaya dan lingkungan, PSK harus membuat dirinya terlihat lebih menonjol dibandingkan sesamanya dan tampak lebih menarik. Ada beberapa cara yang ditempuh, tapi semua mengancam kesehatan.
PSK terkadang meneteskan wiski di mata mereka – padahal membuat perih dan membahayakan mata – agar mata terlihat berkilau seperti mata malaikat.
Para wanita itu juga menyantap cemilan penampilan yang mengandung arsenik. Hal itu dilakukan karena arsenik merusak sel-sel darah marah yang menyebabkan kulit tampak pucat. Pada masa itu, tampilan demikian lebih disukai kaum pria dan dianggap feminin.
Advertisement
6. Dokter Khusus
Banyak rumah bordil – terutama di lingkungan "kelas atas" memiliki dokter sendiri dan tersedia setiap saat, siang dan malam.
Selain untuk memilah PSK untuk memastikan mereka bebas dari penyakit, keberadaan dokter juga melakukan hal yang sama untuk klien.
Dalam buku "The Gentleman's Handbook"Â disebutkan rumah bordil yang memiliki dokter dan yang tidak.
Bagi para dokter, pekerjaan itu menjadi cara gampang meraup untung untuk layanan mereka. Beberapa dokter yang tega bahkan menggunakan pengetahuan akan tamunya untuk memeras para klien yang mendapat perawatan penyakit menular seksual akibat penggunaan jasa PSK.