Liputan6.com, Gothenburg - Suatu kelompok di Rusia memberikan pelatihan penggunaan senapan mesin melalui pelatihan paramiliter kepada kaum neo-Nazi di seluruh Eropa.
Kamp pelatihan yang dibentuk di St. Petersburg, Rusia, oleh kelompok ultranasionalis itu pun dihadiri oleh banyak warga asing yang kemudian dilatih menghadapi "kekacauan global."
Dikutip dari Daily Mail pada Kamis (3/8/2017), dilaporkan cukup banyak orang yang secara daring (online) mencoba mencari tahu caranya menemukan kamp pelatihan berjulukan "Partisan" tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Di antara orang yang ikut pelatihan adalah dua pria Swedia bernama Viktor Melin dan Anton Thulin yang sama-sama memiliki kaitan dengan gerakan neo-Nazi.
Keduanya dijatuhi hukuman pada awal tahun ini karena mencoba meledakkan sebuah rumah penampungan para pengungsi di Gothenburg.
Menurut Daily Beast, mereka bergabung dengan Partisan yang dibentuk oleh Gerakan Kekaisaran Rusia untuk mendapat pelatihan penggunaan senjata Kalashnikov, pistol Makarov, dan amunisi hidup.
Mats Ljungqvist, pengacara perkara tersebut, mengatakan kepada Daily Beast bahwa kesertaan dalam pelatihan di kamp itu merupakan "langkah penting dalam radikalisasi Melin dan Thulin."
"Kami juga berpendapat bahwa kamp itu mungkin menjadi tempat mereka belajar menciptakan bom-bom yang kemudian mereka pergunakan di Gothenburg."
Laman Daily Beast berbicara dengan Denis Gariev, seorang mantan tentara yang menjalankan Partisan. Gariev mengaku ada "banyak" orang dari luar negeri ikut serta dalam pelatihan setelah mengetahuinya secara daring.
Mantan mahasiswa jurusan sejarah itu dilaporkan menyebutkan, "Kami terbuka bagi semua orang."
Bulan lalu, Melin dan Thulin termasuk di antara 3 orang yang terlibat dalam gerakan neo-Nazi di Swedia yang dihukum hingga 8,5 tahun penjara terkait serangan-serangan bom di barat negara itu sepanjang tahun lalu.
Melin (23) menerima hukuman terpanjang karena melaksanakan serangan-serangan bom di sebuah toko buku berhaluan kiri dan suatu pusat pengungsi, serta mencoba meledakkan satu pusat pengungsi lagi.
Serangan-serangan itu terjadi pada November dan Januari. Tidak ada korban jiwa, tapi seorang pria mengalami cedera serius dalam serangan di pusat penampungan pengungsi.
Jimmy Jonasson (50) dihukum 5 tahun penjara karena membantu dua pelaku dalam serangan-serangan, sedangkan Anton Thulin (20) diganjar 1 tahun 6 bulan karena membantu upaya peledakan.
Menurut dakwaan, dua pria muda itu mendapatkan pelatihan paramiliter di Rusia sebelum melakukan serangan-serangan.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â