Liputan6.com, Washington, DC - Bagi para warga kawasan perumahan di Montclair, New Jersey, Amerika Serikat, pasangan suami istri Richard dan Cynthia Murphy yang tinggal di Jalan Marquette 31, nampak seperti tipikal keluarga AS pada umumnya. Keluarga itu tinggal dalam sebuah rumah bertingkat dua dengan cat berwarna krim, bersama sepasang putrinya, Kate dan Lisa.
Namun, pada 27 Juni 2010, terjadi sebuah peristiwa dramatis yang mengejutkan para tetangga. Tak disangka, kediaman keluarga Murphy mendadak diserbu oleh aparat bersenjata dari Biro Investigasi Federal AS (FBI).
Dari penggerebekan itu diketahui bahwa, Richard dan Cynthia Murphy ternyata bernama asli Vladimir dan Lydia Guryev, anggota Dinas Intelijen Asing Rusia (SVR) yang sedang aktif berdinas dan menyamar di AS. Demikian seperti yang dilansir History.com, Kamis (3/8/2017).
Advertisement
Penggerebekan itu merupakan rangkaian operasi bernama 'Operation Ghost Stories' yang dilakukan FBI guna mengungkap jaringan intel sel tidur (sleeper cell) SVR di Negeri Paman Sam. Selain Vladimir dan Lydia, FBI berhasil menangkap 8 terduga mata-mata SVR lain di negara bagian New York, Massachusetts, dan Virginia.
Vladimir, Lydia, beserta 8 terduga SVR itu kemudian dikembalikan ke Negeri Beruang Merah sebagai bagian proses pertukaran tahanan (prisoner exchange) antar lembaga intelijen Moskow dengan Washington, DC.
Dan selepas tertangkapnya 'Richard' dan 'Cynthia', rumah keluarga 'Murphy' di Jalan Marquette 31 itu dibiarkan kosong. Kemudian dijual ke firma properti seharga US$ 340.000. Kini rumah itu telah dihuni kembali oleh keluarga lain.
Kehadiran agen seperti Vladimir dan Lydia bukan terjadi dalam rentang waktu yang baru. Dikabarkan, mereka telah menetap di AS sejak medio 2000-an. Lebih dari satu dekade pasca-keruntuhan Uni Soviet, Badan Intelijen Pusat AS (CIA) memahami bahwa sejumlah jaringan agen mata-mata SVR telah menetap menjadi deep undercover sleeper cell di beberapa wilayah Negeri Paman Sam.
Agen-agen tersebut berstatus tanpa perlindungan diplomatik (non-official diplomatic cover), membuat identitas palsu, dan berpura-pura bekerja di berbagai sektor vital di AS.
Mereka ditugaskan untuk menjalin relasi dengan otoritas pemerintah, pebisnis, akademisi, dan komunitas pejabat penting lainnya guna mendulang beragam informasi, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga pertahanan dan keamanan. Informasi itu kemudian dilaporkan kepada kantor pusat SVR di Rusia.
Menurut hasil penyelidikan, pasangan Murphy alias Guryev telah menetap di AS sejak 1990-an. Lydia alias Cynthia bekerja sebagai akuntan di Kota New York, sementara Vladimir alias Richard bekerja di sektor arsitek dan banyak bekerja dari rumah.
Menurut pengamatan para tetangga, mereka kerap beraktivitas seperti rumah tangga normal lainnya. Cynthia sesekali mengajak anjingnya berjalan-jalan di kompleks perumahan di Jalan Marquette. Kedua putri mereka, Kate dan Lisa, juga sempat menjadi penjaja es limun di depan rumahnya.
Dalam Operation Ghost Storeis, FBI telah mengawasi keluarga Guryev dan agen sleeper cell lainnya selama bertahun-tahun. Sampai pada Juni 2010, biro itu memutuskan untuk menangkap mereka.
Lydia Guryev terbukti menjalin relasi pertukaran informasi dengan Alan Patricof, pebisnis yang merangkap sebagai pendulang dana kampanye untuk Hillary Clinton, yang kala itu baru diangkat menjadi Menteri Luar Negeri kabinet Presiden Barack Obama.
Setelah 10 tersangka mata-mata tersebut mengaku bersalah atas satu tuduhan persekongkolan untuk bertindak sebagai agen mata-mata asing, mereka dikirim kembali ke Rusia.
Sebagai imbalan, Rusia mengirim kembali empat tahanan yang sebelumnya telah ditangkap oleh otoritas mereka ke AS. Pertukaran itu dilakukan secara tersembunyi jauh dari hiruk-pikuk media dan publik di tempat yang terisolasi di bandara Wina.
Saat tiba di Rusia, Perdana Menteri Dmitry Medvedev menganugerahkan kepada para Lydia, Vladimir, dan 8 agen sleeper cell SVR lain sebuah penghargaan tertinggi negara pada upacara di Kremlin, Moskow.
Dari 10 mata-mata, delapan berperan sebagai pasutri. Dan sejumlah pasutri itu --selama berdinas di AS-- memiliki anak kandung. Anak-anak yang telah terbiasa beraktivitas di Negeri Paman Sam itu kini harus menjalani hidup di Rusia, ke tanah tumpah darah yang sebelumnya tak pernah mereka kenal.
Pada Juni 2017, menurut laporan NJ.com, rumah itu ditempatkan ke badan lelang oleh pemerintah AS. Kemudian, dalam pelelangan, sebuah perusahaan bernama North NJ House Buyers LLC membeli rumah keluarga 'Murphy' seharga US$ 340.000.
"Saya bahkan tidak tahu itu dulu rumah mata-mata Rusia. Pengacara yang saat ini bekerja dengan saya menunjukkan semua artikel berita tentang sejarahnya," kata pemilik North NJ House Buyers LLC Jeremy MacDonald tentang akuisisi rumah tersebut.
Rumah dengan kamar tidur berganda, ruang bawah tanah, dan pekarangan berpohon lebat --yang dulu mungkin digunakan sebagai tempat pertemuan dan pertukaran intelijen agen mata-mata Rusia di AS-- itu kini dijual oleh firma MacDonald dengan kisaran harga US$ 700.000.
Saksikan juga video berikut ini