Sukses

Militer Filipina Kuak Ancaman Tersembunyi di Marawi: Ranjau Darat

Juru Bicara Militer Filipina mengungkap tantangan besar dalam konflik berkepanjangan di Marawi.

Liputan6.com, Manila - Pertempuran di Marawi telah memasuki hari ke-73. Menurut Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), jumlah korban sipil yang tewas di tangan teroris sebanyak 45 jiwa--per 3 Agustus 2017.

Di tengah pertempuran yang masih berlanjut, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah membentuk Satuan Tugas 'Bangon Marawi' pada 28 Juni 2017. Di bawah Administrative Order No.3, satgas tersebut dibentuk untuk memulihkan, membangun kembali, serta merehabilitasi Marawi dan daerah terdampak lain.

Meski pembangunan kembali Marawi telah direncanakan, AFP masih menghadapi sejumlah tantangan besar di kota yang mayoritas penduduknya adalah muslim itu.

Juru bicara AFP, Restituto Padilla, mengatakan bahwa tantangan terbesar di lapangan adalah masih jatuhnya korban sipil akibat serangan para militan dan ada sekitar ribuan warga yang terjebak di sana.

Selain itu, Marawi juga menghadapi tantangan yang dirasakan oleh negara-negara yang berada di kawasan Indo-China seperti Laos dan Kamboja setelah peperangan.

"Banyak ranjau dan material lain yang digunakan dalam perang belum meledak," ujar Padilla dalam forum 'Bangon Marawi' di Manila, Jumat (4/8/2017).

"Seperti yang dialami oleh negara-negara yang berada di kawasan Indo-China, ada lahan yang digunakan oleh petani untuk bercocok tanam tiba-tiba meledak, mereka kehilangan lengan dan kakinya," imbuh dia.

Menurut Padiila, ada banyak usaha yang dilakukan oleh kepolisian dan militer Filipina di Marawi untuk membersihkan setiap sudut jalan dan rumah guna memastikan keberadaan material berbahaya itu.

"Kami berharap warga khususnya dari Marawi bisa bersabar dan berdoa agar tim kami bisa menyelesaikan misi ini dengan baik," ujar Padilla.

Simak video berikut: