Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Solomon Islands memperkuat hubungan antar-masyarakat kedua negara melalui program pelatihan untuk pengembangan kapasitas. Kali ini pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri, memberikan sejumlah pelatihan kemampuan pengelolaan rumput laut bagi masyarakat Kepulauan Pasifik itu.
Niniek Kun Naryati, Plt Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri mengatakan pelatihan itu dilakukan di Letvuan, Maluku Tenggara. Kegiatan pelatihan tersebut diikuti oleh empat peserta asal Solomon Islands yang merupakan para nelayan rumput laut.
Kegiatan "Pilot Project on Seaweed Product Development For Solomon Islands" itu diselenggarakan pada 12 Juni hingga 5 Agustus 2017.
Advertisement
"Melalui pelatihan ini kita menjalin persaudaraan, dan melalui persaudaraan diharapkan tidak akan ada hambatan. Saya yakin apa yang dipelajari di sini akan bermanfaat tidak hanya bagi anda di Solomon, tetapi juga bagi masyarakat Letvuan karena sekarang mereka tahu mereka punya saudara di Solomon," ujar Niniek dalam keterangan persnya, Sabtu (5/8/2017).
Dalam pelatihan tersebut, warga Solomon tinggal bersama masyarakat Letvuan untuk mempelajari cara-cara penanaman, perawatan, pemanenan, penanganan pascapanen, dan pengolahan produk hasil panen rumput laut.
Selain itu, para peserta mempraktikan proses budi daya rumput laut hingga satu siklus tanam dan mempelajari cara mengelola rumput laut menjadi beberapa jenis produk pangan, seperti sirup, puding, jeli, stick rumput laut, dan kerupuk.
Baca Juga
Pelatihan yang tercipta atas inisiasi Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri RI juga melibatkan Keuskupan Amboina wilayah Kei Kecil dan Dewan Gereja di Desa Letvuan.
"Gagasan utama dari program pelatihan ini adalah 'people-to-people contact'. Kami berharap keempat peserta dari Solomon yang sudah dianggap menjadi bagian dari masyarakat Letvuan ini dapat menghadirkan rasa persaudaraan dari Maluku Tenggara dan Republik Indonesia di Solomon," kata Sekretaris Keuskupan Amboina, Pastor Agus Ulahayanan.
Para peserta dari Solomon juga mendapatkan bimbingan teknis dari tenaga ahli Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan LIPI- Tual serta melakukan "in-house training" di Desa Letvuan.
Frederick Toitoro, seorang warga Solomon peserta pelatihan, berharap cara-cara pengolahan rumput laut menjadi berbagai produk pangan, yang dia pelajari di Indonesia, dapat memberikan nilai tambah bagi hasil rumput laut yang dikembangkan di Solomon Islands.
"Kami berharap mendapatkan insentif lebih melalui pengelolaan rumput laut menjadi produk yang lebih beragam," kata dia.
Dia mengaku bahwa cukup sulit bagi nelayan rumput laut di Solomon untuk memasarkan dan menjual hasil panen rumput laut.
"Pelatihan ini telah membuka mata kami dan memberi pengetahuan tentang cara-cara baru untuk mengelola rumput laut menjadi berbagai produk makanan dan minuman yang lebih menarik," ungkap dia.
Rasa terimakasih dan penghargaan juga disampaikan oleh Duta Besar Kepulauan Solomon untuk Indonesia, Salana Kalu, atas penyelenggaraan program pelatihan pengembangan kapasitas tersebut.
Salana menyebut Indonesia dan Solomon memiliki lebih banyak kesamaan daripada perbedaan, salah satunya adalah fakta bahwa keduanya merupakan negara kepulauan.
"Sebagai sesama negara kepulauan, Indonesia dan Solomon mengalami tantangan-tantangan yang kurang lebih sama, khususnya masalah konektivitas antarpulau dan transportasi," ucap dia.
Untuk itu, menurut Salana, pemerintah kedua negara perlu mengutamakan kesamaan antara Solomon dan Indonesia sebagai platform untuk upaya memperkuat kerja sama bilateral.
"Jika ada platform untuk meningkatkan kerja sama itu adalah platform kesamaan antara kedua negara. Indonesia dan Solomon mempunyai kesamaan dunia maritim dan sumber daya alam. Hal ini lah yang perlu menjadi fokus bagi pengembangan hubungan kerja sama kedua negara," ujar dia.