Liputan6.com, Manila - ASEAN akan berusia 50 tahun pada 8 Agustus 2017 mendatang. Berusia setengah abad, telah banyak yang dilalui perhimpunan negara-negara di Asia Tenggara tersebut.
Selain itu, dengan kondisi yang ada saat ini, para menteri luar negeri sepuluh negara anggota ASEAN juga mengungkap tantangan yang harus dihadapi. Hal tersebut dibahas dalam ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) Plenary pada 5 Agustus 2017 di Manila, Filipina.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, ada tantangan lebih besar dari apa yang dihadapi saat ini. Kepada awak media dalam press briefing di Sofitel, Manila, ia menyebut ada empat tantangan.
Pertama adalah bagaimana ASEAN dapat mengatasi lawan geopolitik di kawasan. Kedua, bagaimana perhimpunan negara-negara Asia Tenggara itu dapat mengatasi masalah transnational organized crime atau kejahatan transnational terorganisasi, di mana di dalamnya terdapat isu terkait narkoba dan counterrorism.
Advertisement
Ketiga, bagaimana ASEAN dapat menjamin kesejahteraan seluruh rakyat. Keempat adalah isu soal persatuan dan kesatuan ASEAN.
Untuk tantangan soal jaminan kesejahteraan, para menteri luar negeri menggarisbawahi tentang kesenjangan pembangunan atau development gap. Menurut Retno, mempersempit kesenjangan di dalam negara maupun antar negara anggota pun menjadi pekerjaan rumah penting bagi ASEAN.
"Jika kita mampu mempersempit kesenjangan tersebut, maka rakyat ASEAN akan dapat merasakan dari kehadiran ASEAN," ujar Retno pada Sabtu (5/8/2017).
"Pada satu titik, masyarakat akan bertanya apa manfaatnya untuk mempertahankan ASEAN," imbuh mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu.
Selain membahas tantangan yang dihadapi ASEAN, para menteri luar negeri juga melihat apa saja yang telah dilalui perhimpunan kawasan itu selama 50 tahun berdiri. Menlu Retno menyebut, ASEAN telah sukses dalam menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan bagi kawasan Asia Tenggara.
Simak video berikut ini: