Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang sejarahnya menghuni Bumi, mulai dari periode prasejarah, agrikultur tradisional, hingga industrialisasi moderen, manusia cenderung mengubah, memodifikasi, atau mengintervensi lingkungan sekitar tempat tinggalnya untuk membuat dirinya merasa 'nyaman'.
Demi mencapai taraf 'kenyamanan' itu, manusia melakukan berbagai macam cara, mulai yang beretika hingga bertendesi menimbulkan bencana. Akibatnya, sebagian lingkungan tetap terpelihara, namun tak jarang pula separuh yang lain, mengalami kerusakan parah sehingga tak lagi aman untuk dihuni manusia.
Advertisement
Baca Juga
Alhasil, akibat ulah manusia, tingal di beberapa tempat di Planet Biru ini justru dapat mengancam keselamatan hingga bahkan, menyebabkan kematian.
Dari berbagai contoh, berikut 5 lokasi yang menjadi tempat paling berbahaya di Bumi pasca-diintervensi, dimodifikasi, atau dirusak oleh manusia, seperti yang dirangkum oleh Liputan6.com dari Listverse.com, Senin (7/8/2017).
Â
1. Fukushima, Jepang
Berkat gempa Tohoku pada 11 Maret 2011, sebuah tsunami menerjang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, yang mengakibatkan tiga krisis nuklir.
Meskipun nampak seperti 'intervensi Tuhan', tim investigasi independen melaporkan bahwa penyebab kecelakaan tersebut disebabkan operator pabrik yang gagal memenuhi persyaratan keselamatan dasar.
Kini, bencana nuklir Fukushima dikenal sebagai insiden nuklir yang paling signifikan sejak manusia mengenal cabang sains itu.
Air tanah yang terkontaminasi radioaktif terus merembes melalui penghalang yang dipasang untuk melindungi kawasan dari dampak bencana itu. Dan dampak lingkungan atas fenomena itu dianggap sangat signifikan.
Meski tidak menyebabkan korban jiwa diperkiraan bahwa ribuan orang mungkin mengidap efek samping, seperti kanker dan penyakit jangka panjang lain, atas dampak bencana itu.
Â
Advertisement
2. Chernobyl, Ukraina
Salah satu bencana nuklir terburuk sepanjang masa terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl, Ukraina, Uni Soviet pada 1986. Peristiwa itu disebabkan oleh sejumlah faktor --yang sesungguhnya dapat dicegah--, seperti uji keselamatan yang tidak layak, sistem keamanan reaktor yang berhenti berfungsi, dan ledakan di salah satu reaktor.
Alhasil, bencana di kompleks reaktor itu menjadi fenomena katastropik nuklir terbesar di Eropa kala itu.
Tiga puluh satu orang tewas akibat dampak radiasi dari kecelakaan tersebut, 28 di antaranya adalah petugas pemadam kebakaran dan karyawan yang bekerja untuk memadamkan api dan menghentikan kebocoran radiasi.
Pasca-insiden itu, kawasan dan area sekitarnya seluas 30 km ke berbagai penjuru mata angin resmi menjadi zona ekskusi pengecualian yang tidak boleh dihuni atau dilintasi manusia.
Diperkirakan bahwa kawasan itu tidak akan sepenuhnya aman untuk tempat tinggal manusia selama 20.000 tahun ke depan. Namun, meski jelas berbahaya, beberapa orang Ukraina menolak untuk pergi dan tetap berada dalam zona eksklusi, meski mati jadi potensi.
Â
3. Centralia, Pennsylvania, AS
Setiap turis asing maupun domestik yang hendak melancong ke Pennsylvania, kemungkinan besar mereka pasti diimbau untuk menjauhi sebuah kota pertambangan kecil bernama Centralia.
Alasannya adalah karena tempat itu telah terbakar selama 55 tahun dan --menurut kalkulasi-- akan terus berpotensi diselimuti api hingga 250 tahun ke depan. Dan kini, Centralia menjadi salah satu kota mati yang ada di AS.
Centralia pernah menjadi rumah untuk populasi 1.000 orang. Namun sekarang, kota itu ditinggalkan oleh penduduknya akibat bencana tambang batu bara bawah tanah.
Tambang batu bara bawah tanah itu terbakar akibat kelalaian aktivitas manusia. Meski penduduk kota berhasil memadamkan api di lokasi tambang, namun banyak titik area yang masih membara dan tertimbun batu bara, serta sewaktu-waktu mampu menyulut kebakaran pada permukaan di atasnya.
Selain itu, sebagai dampak sampingan, kawasan itu turut memuntahkan gas belerang yang mematikan bagi siapa saja.
Meski begitu, masih ada sejumlah orang yang menolak pergi dari kawasan itu. Namun, mereka hanya 1 persen dari total populasi asli. Dan bagi 99 persen penduduk lain yang telah pergi dari kawasan itu, kembali ke Centralia adalah hukuman mati bagi mereka.
Â
Advertisement
4. Wittenoom, Australia
Meski terlambat beberapa tahun, namun setelah sejumlah riset dan penelitian, akhirnya manusia mengetahui bahwa asbes merupakan zat yang berbahaya bagi mereka.
Zat itu, yang biasa diproduksi menjadi bahan baku alternatif untuk membuat langit-langit rumah, mampu menyebabkan mesothelioma yang dapat menyebabkan kematian.
Pada 1960, Wittenoom, Australia, adalah penghasil asbes biru terbesar di benua Kanguru itu. Namun pada 2013, kota itu ditutup karena kandungan tinggi kadar racun asbes biru di seluruh wilayah tersebut.
Kota itu menjadi terkontaminasi dan berbahaya bagi siapa saja yang bernafas.
Pada 2015, pemerintah Australia memindahkan kota beserta populasinya dari kawasan itu.
Namun, ada beberapa orang yang mengulur-ulur waktu untuk keluar dari tempat tinggal mereka di Wittenoom. Padahal, pemerintah telah menyangsikan keberadaan kota itu dan melarang warga untuk membangun hunian di sana.
Padahal, sudah jelas-jelas disebut bahwa tinggal di Wittenoom mampu mengancam kesehatan dan berpotensi merenggut nyawa.
Â
5. Bikini Atoll, Samudera Pasifik
Dahulu kala, Bikini Atoll dikenal sebagai pulau surga di Samudra Pasifik. Hingga pada 1946, penduduknya diusir, tanah yang indah lagi subur itu diubah jadi tempat pengujian bom atom milik Amerika Serikat.
Total ada 23 senjata nuklir yang dijatuhkan di sana, termasuk pada 1954, yang kekuatannya 1.100 kali lebih besar dari bom atom 'Little Boy' yang diledakkan di Hiroshima -- yang efeknya membuat Jepang bertekuk lutut di penghujung Perang Dunia II.
Tak hanya kehancuran yang diakibatkan uji coba nuklir beruntun itu. Pada 1978 para ilmuwan memutuskan Bikini Atoll tak aman dihuni karena efek radiasi, di mana kandungan caesium-137 dalam tubuh manusia 11 kali lipat dari level aman.
Â
Saksikan juga video berikut ini
Advertisement