Liputan6.com, Nairobi - Kondisi salah satu negara besar di Afrika, Kenya, mulai terguncang. Hal ini terjadi jelang pemilihan umum.
Pemungutan suara yang akan dilakukan pada Selasa, 8 Agustus 2017 waktu setempat mempertemukan calon petahana Presiden Uhuru Kenyatta melawan rival abadinya, Raila Odinga.
Dalam sepekan terakhir telah beberapa kali terjadi tindak kekerasan yang menelan korban jiwa, termasuk terbunuhnya seorang pejabat tinggi KPU Kenya.
Advertisement
Keadaan diperkeruh dengan saling tuding di antara pendukung capres mengenai adanya kecurangan yang semakin intens terjadi.
Melihat kondisi potensi rusuh sangat besar terjadi, Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama akhirnya mengeluarkan komentar.
Kenya merupakan negara asal dari ayah Obama, Barack Obama Sr.
Obama mengatakan, Kenya tak boleh jatuh ke dalam ketidakstabilan politik dan keamanan, apalagi sampai terjadi kekerasan.
"Saya mendesak pemimpin Kenya menolak semua kekerasan dan hasutan, serta menghormati semua keinginan masyarakat dan mendesak seluruh aparat keamanan berlaku profesional dan netral," ucap Obama dalam pernyataan resmi.Â
"Saya mendesak seluruh warga Kenya bekerja untuk pemilu ini dan situasi sesudahnya, yang saya harap dan berlangsung damai dan kredibel, segala perselisihan di pemilu harus diselesaikan secara damai," tegas Obama.
Demi meredam potensi rusuh, Presiden Kenyatta yang merupakan putra pendiri Kenya mendorong agar 19 juta pemilik suara memberikan suara secara damai.
"Setelah memilih di TPS, langsung saja pulang ke rumah," sebut Kenyatta, seperti dikutip dari BBC, Selasa (8/8/2017).
Baca Juga
"Kembali ke lingkungan Anda, terlepas dari mana suku, warna kulit atau agama kalian, salami semuanya dan makanlah bersama, katakan pada semua orang mari menunggu hasil untuk Kenya," tambah dia.
Meski Kenyatta telah mendorong pemilu damai, pemimpin Odinga malah mengkhawatirkan pelaksanaan pemilu. Pasalnya, ada indikasi lawan politiknya mengirim 150 ribu aparat keamanan untuk mempengaruhi pemilih.
"Semoga kandidat terkuat menang," sebut Odinga.