Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN, hari ini memperingati ulang tahun ke-50. Di usianya yang sudah menginjak setengah abad, masih ada kendala yang belum terpecahkan yakni soal Laut China Selatan.
Perbedaan setiap negara dalam menghadapi masalah Laut China Selatan masih menghantui ASEAN.
Baca Juga
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang akrab disapa JK mengiyakan bahwa banyak perbedaan dalam menyikapi masalah Laut China Selatan. Dalam persoalan lain seperti teroris dan ekonomi pun masih terbilang sama.
Advertisement
"Katakanlah kita hadapi teroris, masih sama. Masalah ekonomi, itu sama, cuma kasus yang kemarin agak berbeda paham. Laut China Selatan saja, itu saja sebenarnya yang berbeda paham," kata JK di kantornya, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Dia menuturkan, hal ini dikarenakan ada pengaruh dari negara-negara di luar Asia Tenggara. Selain itu, banyak negara yang terlibat.
"Tentu mungkin ada pengaruh-pengaruh dari negara luar. Sehingga terjadi perbedaan pandang. Tapi itu tidak besar perbedaannya. Karena banyak negara-negara juga yang terlibat. Kayak Filipina, Vietnam. Itu terlibat juga dalam masalah-masalah itu," jelas JK.
Karena itu, Indonesia berusaha untuk mempengaruhi untuk objektif bagaimana memandangnya. Walaupun tak boleh terdapat keraguan untuk menyelesaikannya.
"Kita berusaha untuk mempengaruhi supaya kita objektif melihat itu bagaimana. Tapi juga masalah Laut Cina Selatan jangan kita terlalu ragu juga," ungkap JK.
Dia merasa yakin bahwa Tiongkok tidak akan membawa konflik. Karena perdagangannya mayoritas menggunakan jalur Laut China Selatan.
Meski demikian, tak salah jika Indonesia berusaha memperkuat perbatasan. Karena ada Natuna yang menghasilkan sumber daya alam bagi RI.
"Ya kita ada di perbatasannya. Natuna itu dan di situ kaya akan sumber daya alam. Jadi kita juga memperkuat kita punya pertahanan di situ," tutur JK.
Dorong Peran Indonesia
Sementara itu, di kesempatan berbeda, Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan Indonesia punya peluang memainkan peran yang lebih strategis dalam forum negara-negara Asia Tenggara.
"Saya kira Indonesia tetap yang paling berpengaruh di ASEAN, peran yang lebih aktif tentu akan mendorong kawasan Asia Tenggara memiliki stabilitas ekonomi, politik dan keamanan yang kuat dan ini penting untuk Indonesia," jelas Sukamta.
Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PKS itu menuturkan, upaya Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dan substansial perlu didukung rancangan besar politik luar negeri. Selain itu peran lebih besar akan tumbuh jika Indonesia terus meningkat kekuatan ekonomi, pertahanan, dan budayanya.
Salah satunya, mengatasi perselisihan teritorial di Laut China Selatan yang menciptakan ketegangan di kawasan. Karenanya dia mengingatkan perlu solusi panjang. Pasalnya, masih banyak masalah yang dihadapi seperti konflik Rohingya, instabilitas keamanan di Filipina Selatan, dan ancaman teroris.
"Saya kira sangat bagus jika ASEAN Peacekeeping Force bisa segera diwujudkan, ini akan bisa diperbantukan atasi persoalan keamanan dan konflik yang terjadi," tandas Ketua Bidang Pembinaaan dan Pengembangan Luar Negeri (BPPLN) DPP PKS itu.
Saksikan juga video berikut ini: