Sukses

Pasukan Kurdi Siapkan Ratusan Tentara Wanita untuk Lawan ISIS

Kurdi memberikan latihan kepada 210 perempuan yang dipersiapkan untuk melawan kekejaman kelompok ISIS.

Liputan6.com, Raqqa - Ratusan perempuan menari diiringi lagu berbahasa Kurdi. Tarian tersebut merupakan pertanda wanita-wanita tersebut telah mengakhiri latihan militer.

Ratusan perempuan itu merupakan bagian Tentara Demokratik Suriah (SDF), kelompok pemberontak yang mendapat sokongan Amerika Serikat dan sekutunya.

Pelatihan bagi 210 perempuan dilakukan selama 15 hari. Pasukan wanita ini dipersiapkan untuk melawan ISIS. Dalam latihan itu mereka diajarkan bagaimana cara menggunakan senjata, taktik, dan pertolongan pertama.

"Tujuannya adalah melawan Deash (ISIS), untuk berdiri dan memberi tahu mereka bahwa perempuan itu kuat," ujar salah seorang peserta pelatihan, Layla Husein, seperti dikutip dari New York Times, Kamis (10/8/2017).

Juru bicara SDF Jihan Sheik Ahmed mengatakan, medan pertempuran yang akan disambangi ratusan perempuan ini adalah di Raqqa. Pasukan tersebut siap ditempatkan di garis depan.

"Akan ada pelatihan lanjutan dalam dua bulan ke depan. Akan ada lebih banyak lagi (perempuan yang ikut). Ini sesuai permintaan," ucap Jihan.

"Pelatihan ini termasuk dengan sesi pembelajaran ideologi," ujar dia.

Sarya Mahmoud, seorang pelatih dalam pelatihan militer tersebut menyebut, diturunkannya perempuan ke medan perang karena ISIS telah merampas hak wanita.

"Sejak dimulainya revolusi sampai sekarang, korban perang itu paling banyak perempuan," ucap Mahmoud.

"Pejuang perempuan dapat memberikan harapan bagi wanita ada di kota yang telah dibebaskan bahwa kita ada untuk membebaskan mereka. Pejuang perempuan juga memberi mereka kemauan yang sudah hilang beberapa tahun belakang, karena direbut ISIS dan direbut mental laki-laki serta mental pemerintahan," ujar dia.

Mayoritas Tentara SDF merupakan milisi Kurdi. Para milisi tersebut adalah pengikut ideologi kiri yang dibawa Abdullah Ocalan pemimpin Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang memberontak selama tiga dekade di Turki.

Simak video berikut