Liputan6.com, London - Kurang lebih 350 juta orang di Eropa dan Asia menjadi saksi gerhana matahari total terakhir pada Abad ke-20.
Fenomena alam tersebut dimulai di atas Samudera Atlantik. Tak jauh dari wilayah timur Kota Boston Amerika Serikat (AS).
Setelah terjadi di Samudera Pasifik, daratan pertama yang melihat gerhana adalah kepulauan Scilly. Demikian dilansir dari BBC History, Jumat (11/8/2017).
Advertisement
Setelah itu gerhana bisa dilihat di atas langit Eropa serta Asia.
Beberapa masyarakat yang melihat gerhana dari Prancis utara dan Munich Jerman sangat beruntung. Karena langit sedang cerah.
Mereka bisa melihat momen dramatis ketika langit tiba-tiba hitam, matahari menghilang, dan kegelapan total menyelubungi Bumi -- meski hanya sekejap.
Baca Juga
Keberuntungan lebih didapat masyarakat Rumania. Di wilayah Ramnicu Valcea, gerhana berlangsung lebih lama dibanding tempat lain.
Karena itulah, jalanan di kota tersebut dijejali ribuan orang.
Sementara itu, menyambut gerhana matahari total, Pemerintah Yordania dan Suriah memutuskan untuk menjadikan tanggal tersebut hari libur nasional.
Sayangnya pengalaman kurang enak dialami warga Inggris. Jutaan masyarakat Negeri Ratu Elizabeth memutuskan untuk pergi ke Cornwall untuk menyaksikan peristiwa alam langka itu.
Daerah Barat Daya Inggris tersebut menjadi satu-satunya wilayah di negara itu yang dilewati gerhana matahari.
Namun, mereka tidak bisa menyaksikan efeknya secara sempurna. Langit di kota tersebut sebelum gerhana berlangsung mendadak mendung.
Tak hanya itu yang terjadi pada tanggal 11 Agustus. Pada 2012, Iran digoyang dua gempa, masing-masing berkekuatan 6,4 dan 6,5 skala Richter. Selisih keduanya hanya 11 menit.
Bencana yang melanda kawasan di dekat Tabriz, Iran, itu menyebabkan 306 orang tewas sementara 3.000 lainnya terluka.
Sekitar 16.000 orang lainnya kemudian terpaksa melewatkan malam yang dingin di tenda-tenda di bulan Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi.
Warga yang selamat mendeskripsikan saat gempa tiba-tiba terjadi. Meski tanpa imbauan, alam sejatinya memberi peringatan, melalui burung gagak yang riuh berkoak, hanya beberapa detik sebelum lindu mengguncang.
"Saat terjadi gempa bumi, serasa ada ular menggigit dari dalam tanah. Itu adalah pengalaman terburuk dalam hidup saya," kata salah satu warga, Morteza Javid, seperti dimuat NZ Herald.
Pria 47 tahun itu mengaku panik melihat dinding-dinding rumahnya bergetar hebat. "Butuh satu menit sebelum aku bisa berlari ke luar rumah," kata dia. "Detik-detik sebelum gempa bumi, burung gagak bersuara keras, tapi saya tidak mengerti mengapa. Baru setelah gempa, saya pelajari, burung-burung gagak itu sedang memperingatkan kami," kata Javid. .Â