Liputan6.com, Hagatna - Guam, pulau kecil yang dikenal dengan pantai pasir putihnya tengah menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya, Korea Utara mengancam akan menembakkan rudal ke wilayah Amerika Serikat tersebut.
Para pemimpin militer Korut dikabarkan tengah menyelesaikan sebuah rencana untuk menembakkan empat rudal jarak menengah Hwasong-12 ke Guam pada pertengahan Agustus. Hal itu akan terjadi jika Kim Jong-un memberikan "lampu hijau".
Bagi Pyongyang, Guam boleh jadi dipandang sebagai target utama karena disanalah pangkalan militer AS yang terdekat dengan mereka berada. Mungkin pula, karena aset militer AS di Guam terkadang ditempatkan di dekat Semenanjung Korea.
Advertisement
"Saya tidak mengatakan bahwa kami tidak perlu khawatir karena kami tidak pernah tahu kapan mereka akan memutuskan untuk melakukannya," ujar Tayana Pangelinan, seorang warga Dededo, desa yang berpenduduk terpadat di Guam seperti dikutip dari CNN pada Kamis (10/8/2017).
"Tapi, mengingat bahwa Guam memiliki sejumlah besar persenjataan, yang bisa saya lakukan hanya berdoa dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja," imbuhnya.
Kehidupan di Guam hingga hari Rabu waktu setempat masih berjalan normal. Pelancong Asia, terutama asal Jepang dan Korea Selatan masih mendarat di bandara pulau itu bahkan saking ramainya, mereka sangat sulit menemukan kamar untuk menginap.
Baca Juga
Selain diminati turis, pulau itu juga menjadi rumah bagi 5.000 tentara AS yang menghuni dua pangkalan militer di sana. Guam dijuluki "ujung tombak", kehadiran kunci militer AS di Pasifik.
Nilai strategis Guam dinilai menurun sejak Perang Dunia II mengingat di lain sisi, AS membangun pangkalan militer di Jepang dan Korsel. Kendati demikian, para analis berpendapat bahwa pulau kecil itu masih memainkan peran utama di Pasifik.
Mayoritas penduduk setempat yakin akan perlindungan yang diberikan militer AS. Sebagai bagian dari pertahanannya di Guam, AS memasang sistem peluru kendali antibalistik (THAAD) pada tahun 2013. Selain itu, AS secara rutin juga menggunakan kapal perang yang dilengkapi dengan sistem tempur Aegis untuk berpatroli di sekitar rantai Pulau Marianas.
"Korut akan mendapat peperangan yang luar biasa jika mereka mencoba mengacaukan Guam," ujar seorang warga lokal bernama Andrea Salas.
Di antara yang santai menanggapi ancaman Korut, ada sebagian yang tidak mampu menutupi kekhawatiran mereka. Jeremiah Tenoria misalnya, ia mengatakan bahkan keberadaan THAAD belum mampu menenangkannya.
"Menurut saya, tidak ada perlindungan nyata atas sebuah serangan rudal," tutur Tenoria.
Gubernur Guam Eddie Baza Calvo meyakinkan warga pulau tersebut bahwa tidak ada perubahan dalam tingkat ancaman yang dilontarkan Korut. Dia mengatakan bahwa meski ada ketakutan, warga terbiasa hidup dengan gaya Korut.
Namun, Calvo menjelaskan bahwa pernyataan sejumlah politisi AS justru yang memicu kekhawatiran masyarakat di Guam. Pekan lalu Senator asal Partai Republik Lindsey Graham mengatakan, "Jika ada perang untuk menghentikan mereka, itu akan terjadi di sana. Jika ribuan orang tewas, mereka akan meninggal di sana bukan di sini dan (Presiden Donald Trump) mengatakan itu langsung kepada saya".
Ditegaskan Calvo bahwa ini adalah sebuah pernyataan yang berbahaya.
"Jika ada konflik di wilayah ini, pahamilah bahwa ini adalah sebuah kepulauan, sepanjang 600 mil yang disebut Marianas dan mencakup dua wilayah AS, yakni Guam dan Persemakmuran Marianas Utara," kata Calvo.
"Ini juga menyangkut nasib lebih dari 200 ribu warga AS, warga sipil, yang akan terperangkap di garis depan medan perang," imbuhnya.
Â
Saksikan video berikut: