Liputan6.com, Virginia - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), Divisi Hak-Hak Sipil Kementerian Kehakiman, dan Kejaksaan Agung AS memimpin penyelidikan atas kasus penabrakan maut dalam demonstrasi di Charlottesville, Virginia yang terjadi 12 Agustus lalu.
Ketiga lembaga penegak hukum tingkat federal AS itu menetapkan peristiwa penabrakan berdarah itu sebagai kasus pelanggaran hak-hak sipil. Demikian seperti dilansir CBC News, Minggu (13/8/2017).
Sementara itu, pelaku penabrakan, James Alex Fields, Jr, usia 20 tahun dari Ohio, didakwa atas sejumlah pasal, antara lain, pembunuhan dan penganiayaan.
Advertisement
"Pelaku telah didakwa dengan pasal pembunuhan dan penganiayaan," jelas Martin Kumer, otoritas penegak hukum di Charlottesville.
Sedangkan keputusan FBI untuk menginvestigasi aksi itu dalam koridor kasus hak sipil, mengisyaratkan bahwa pelaku terancam pasal pelanggaran HAM sesuai hukum yang berlaku di AS.
Baca Juga
Fields ditangkap, ditahan, dan didakwa setelah menabrakkan sedan Dodge Challenger abu-abu yang dikendarainnya dengan kecepatan tinggi ke kerumunan demonstran. Alhasil, aksi maut itu menewaskan Heather Heyer, 32 tahun, dan melukai 19 demonstran.
Tensi tinggi sarat kekerasan tengah meningkat di Kota Charlottesville, Virginia, Amerika Serikat sejak Sabtu 12 Agustus 2017. Hal itu dipicu oleh bentrokan antara dua kubu demonstran, yakni kelompok supremasi kulit putih dan kelompok oposisi.
Menurut saksi mata, mobil Dodge Challenger yang dikemudikan pelaku melaju kencang ke kerumunan demonstran kubu oposisi. Melihat sebuah sedan berkecepatan tinggi mengarah ke mereka, kerumunan mendadak panik melarikan diri.
Mereka yang tidak berhasil menepi, tertabrak oleh sedan tersebut. Sejumlah foto menunjukkan beberapa orang terhempas dan terlempar ke udara akibat kencangnya laju mobil.
Mobil kemudian berhenti setelah menabrak kendaraan roda empat lain yang terparkir di tepi jalan tak jauh dari lokasi kejadian. Pelaku hendak melarikan diri, namun berhasil diamankan oleh aparat.
Diduga, Fields merupakan anggota atau terinspirasi dari kelompok supremasi kulit putih.
Aksi protes di Charlottesville juga berujung baku hantam antara kedua kelompok. Aparat penegak hukum yang menangani aksi turut terlibat perkelahian dengan beberapa peserta.
Sekitar 15 orang mengalami luka cukup serius akibat bentrok antar demonstran.
Kelompok supremasi kulit putih mengadakan demonstrasi demi menentang keputusan kota untuk menurunkan patung Robert E. Lee di Charlottesville. Lee merupakan komandan militer Konfederasi Amerika (CSA) pada masa Perang Sipil AS (1861 - 1865).
Aksi demo yang menentang penurunan patung Robert E. Lee itu bertajuk 'Unite the Right'. Demonstrasi itu menarik kelompok supremasi kulit putih, Ku Klux Klan, neo-Nazi, alt-Right dan individu berhaluan politik ekstrem kanan untuk ikut bergabung.
Sementara itu, kelompok demonstran oposisi berusaha menentang aksi protes yang dilakukan oleh kubu supremasi kulit putih. Kubu oposisi menganggap bahwa aksi yang dilakukan kelompok supremasi seakan membangkitkan kembali memori Perang Sipil dan isu rasialisme.
Kubu demonstran oposisi terdiri dari komunitas Afrika-Amerika, anti-fasis, kelompok agama, dan sejumlah individu berhaluan politik liberal.
Saksikan juga video berikut ini