Sukses

Sejumlah Korban Teror Barcelona Berasal dari 24 Negara

Rangkaian aksi teror di Barcelona menimbulkan korban trauma, luka, dan tewas yang berasal dari sekitar 24 negara yang berbeda.

Liputan6.com, Barcelona - Rangkaian aksi teror di Las Ramblas dan Cambrils, Catalonia, Spanyol, beberapa waktu lalu menimbulkan korban trauma, luka, dan tewas yang berasal dari sekitar 24 negara yang berbeda.

Peristiwa teror pertama kali melanda kawasan wisata Las Ramblas, Barcelona (ibu kota Catalonia) pada 17 Agustus sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Sebuah van yang melaju kencang dengan sengaja menabrak kerumunan warga sipil, menewaskan 13 orang, dan melukai 100 lainnya. 

Korban tewas bertambah ketika salah satu korban luka berat akhirnya meninggal di rumah sakit. 

Kurang dari 12 jam, aksi teror kedua terjadi di Cambrils, 120 km selatan Barcelona pada Jumat 18 Agustus 2017, sekitar pukul 01.00 waktu setempat.

Menurut kepolisian, lima terduga teroris melancarkan serangan penabrakan kedua, dengan mengendarai mobil sedan Audi A3 dan memacu kendaraannya ke trotoar. Aksi pelaku melukai enam warga sipil dan satu polisi.

Otoritas yang merespons kejadian menembak mati empat terduga pelaku dan melumpuhkan satu lainnya. Menurut laporan Associated Press, sejumlah pelaku mengenakan --apa yang tampaknya mirip seperti-- sabuk atau rompi berbahan peledak.

Belakangan, polisi mengonfirmasi bahwa sabuk yang diduga membawa bahan peledak ternyata palsu. 

Dari dua kejadian itu, jumlah korban --baik luka dan tewas-- mencapai sekitar 130 orang, baik warga sipil maupun aparat. Dan, menurut hasil pemeriksaan, sejumlah korban berasal dari sekitar 24 negara yang berbeda. Demikian seperti dilansir The Guardian, Jumat (18/8/2017).

Berdasarkan laporan sementara, beberapa dari ke-24 negara itu antara lain, Spanyol, Inggris, Jerman, Prancis, Belgia, Belanda, Yunani, China, Amerika Serikat, Australia, Filipina, dan Irlandia.

Kementerian Luar Negeri Inggris menyebut bahwa pihaknya belum menerima laporan pasti terkait warga Britania yang menjadi korban.

Akan tetapi, menurut The Guardian, seorang WN Inggris, Chris Pawley (30 tahun), berada di lokasi kejadian saat teror di Las Ramblas terjadi. Pawley merupakan penyintas teror bom Manchester yang terjadi pada Mei 2017 lalu.

Mengalami dua peristiwa teror dalam empat bulan terakhir, Pawley tak percaya atas apa yang telah menimpa dirinya.

"Polisi dan ambulans di mana-mana. Sejumlah toko menutup dan menghentikan aktivitasnya. Saat itu, aku baru kembali dari hotel, tak lama kemudian kami terjebak dalam situasi itu," ujar Pawley menceritakan pengalamannya di Las Ramblas.

Sementara itu, pemerintah Prancis mengonfirmasi bahwa 26 warganya menjadi korban luka. Sebelas di antaranya dalam kondisi yang cukup serius.

Media Spanyol La Vanguardia menyebut bahwa tiga warga negara Jerman menjadi korban penabrakan maut pada 17 Agustus kemarin.

Menteri Luar Negeri Belgia, Didier Reynerds, mengonfirmasi bahwa salah satu warganya tewas dalam peristiwa nahas tersebut. Sang menlu juga menyebut bahwa Kedutaan Besar Belgia di Spanyol sedang menggali informasi apakah ada korban lain yang berasal dari negaranya.

Belanda menyebut bahwa tiga warganya menjadi korban luka. Sedangkan, seorang diplomat Yunani melaporkan bahwa tiga warga negaranya terluka, yakni seorang ibu dan dua orang anaknya.

Pemerintah China mengonfirmasi seorang korban luka yang berasal dari Hong Kong.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyebut bahwa empat warga negara Negeri Kanguru mengalami luka cukup serius. Bishop juga menerangkan bahwa satu orang WN Australia tak diketahui keberadaannya pasca-teror Las Ramblas.

Pemerintah Irlandia dan Filipina mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menangani satu keluarga yang terdampak peristiwa teror di Las Ramblas. Menurut laporan, sang kepala keluarga, berkebangsaan Filipina dan berdomisili di Irlandia, tengah berlibur bersama istri dan kedua anaknya.

Menurut laporan otoritas lokal, para korban yang mengalami luka serius tengah mendapat perawatan intensif di rumah sakit setempat. Sementara itu, kedutaan besar dari berbagai negara masih terus melakukan penelusuran terkait status warga negaranya yang belum diketahui.

 

Saksikan juga video berikut ini