Liputan6.com, Pyongyang - James Dresnok, tentara Amerika Serikat yang diketahui membelot dan tinggal di Korea Utara dikabarkan meninggal dunia akibat stroke pada usia 74 tahun. Berita kematian Dresnok tersebut disampaikan oleh dua putra kandungnya, Ted dan James.
Dikutip dari laman BBC, Selasa (22/8/2017), Dresnok menyeberang ke Korea Utara pada tahun 1962 dan menjalani kehidupan sebagai warga Pyongyang
Desas-desus kematian Dresnok sudah muncul sejak awal tahun 2017. Dalam sebuah wawancara bersama kantor berita lokal Uriminzokkiri, Ted dan James yang tampil menggunakan seragam militer dan fasih berbahasa Korut mengonfirmasi berita kematian ayahnya.
Advertisement
"Keluarga kami sangat terkejut karena ayah meninggal secara mendadak. Tetapi kami yakin ayah mengakhiri hari-harinya tanpa penyesalan," ujar James.
Ted yang merupakan anak tertua mengatakan, "Ayah telah mendapatkan cinta dan perhatian hingga akhir hayatnya."
Baca Juga
"Satu hal yang diminta ayah, agar kami menjadi warga yang setia dan memberikan pelayanan setia kepada Kim Jong-un," ujar Ted.
"Ayah juga berpesan agar kami membesarkan anak-anak kami sehingga dapat berbagi dengan negara," tambahnya.
Dalam wawancara tersebut, James dan Ted mengatakan jika ayahnya telah meninggal tahun lalu. Kematian ayahnya bertepatan pada latihan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan tahun 2016.
Wawancara ini dipublikasikan secara online oleh Uriminzokkiri Jumat 18 Agustus 2017. Penampilan James dan Ted di layar kaca merupakan tampilan kali kedua setelah sebelumnya sempat diwawancara pada Mei 2016.
Siapa James Dresnok?
James Dresnok adalah satu dari empat tentara AS yang membelot ke Korea Utara pada tahun 1962 dan telah menghabiskan waktu lebih dari 50 tahun di Pyongyang.
Dalam film dokumenter tahun 2006 berjudul Crossing The Line, Dresnok mengatakan bahwa ia telah mengalami banyak kesesatan. Ia muak dengan masa kecilnya, pernikahannya, dan kehidupan militernya.
Dresnok melarikan diri ke persawahan di salah satu daerah di Pyongyang pada 15 Agustus 1962.
Awalnya ia tak yakin akan selamat ketika harus melewati zona demiliterasi -- perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan -- yang sangat berbahaya.
Tinggal di Korut, ia kemudian menikahi seorang gadis berdarah Rumania, Donia Bumbea, seorang pematung yang bekerja di kedutaan negaranya di Pyongyang.
Namun, menurut laporan seorang pembelot bernama Charles Jenkins, yang kembali ke AS pada 2004, mengklaim bahwa Bumbea diculik dan dipaksa menikah.
Orangtua gadis Rumania itu juga percaya, anak mereka dirayu dengan iming-iming akan dibawa ke Jepang.
Dresnok dikaruniai dua orang anak yaitu James dan Ted dari buah pernikahannya dengan Bumbea. Setelah sang istri meninggal karena kanker, ia menikah dengan seorang wanita Korea Utara dan dikaruniai satu orang anak pada tahun 2001.
Selama tinggal di Korut, Dresnok memainkan peran pentingnya dalam propaganda Korut sejak tahun 1970 dan terus menerus menggempur Amerika Serikat.
Selain itu, hari-hari pria tersebut dihabiskan dengan mengajar di sebuah perguruan tinggi dan menerjemahkan tulisan-tulisan para pemimpin Korea Utara ke dalam bahasa Inggris.
"Saya tak pernah menyesal datang ke Korea Utara," ujar Dresnok dalam film dokumenter tersebut.
"Saya merasa seperti berada di rumah sendiri dan tak akan mau beranjak dari sini," tambahnya.
Â
Â
Saksikan video menarik berikut ini: