Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara, secara retorik, kembali menabuh genderang perang dengan Amerika Serikat. Kali ini, cara yang dilakukan oleh Pyongyang adalah dengan merilis video propaganda baru terkait rencananya menyerang teritorial AS di Guam sebagai target uji coba rudal.
Video itu dipublikasikan oleh Uriminzokkiri, laman elektronik milik Korea Central News Agency (KCNA) --media corong pemerintah Korut-- yang khusus merilis konten video. Demikian seperti dilansir media Australia News.com.au, Selasa (22/8/2017).
Dalam video itu, Korea Utara mengimbau pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk "membuka mata dan telinga mulai kini hingga nanti".
Advertisement
Baca Juga
Pada sebuah montase, video itu menunjukkan Presiden Trump yang berdiri di atas sebuah kuburan, nisan bertanda salib, dan sejumlah politisi penting Washington, DC yang terbakar, seperti Wapres Mike Pence, Menteri Pertahanan James Mattis, dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson. Kemudian, muncul keterangan dalam huruf Korea yang jika diterjemahkan berarti;
"Nasib Amerika Serikat dan berbagai kejahatan yang mereka perbuat, akan berakhir di sini."
Cuplikan selanjutnya juga menunjukkan kejemawaan Korea Utara yang mengklaim bahwa negara mereka tak pernah takluk pada invasi negara asing selama 150 tahun terakhir. Video itu justru menilai, semestinya AS patut khawatir bahwa pemimpin tertinggi Negeri di Utara Semenanjung itu sewaktu-waktu dapat memerintahkan untuk menyerang Negeri Paman Sam.
"Hanya butuh satu perintah dari komandan tertinggi Negeri di Utara," ujar sebuah tulisan keterangan dalam video tersebut.
Video itu juga menyebut bahwa serangan yang datang dari Korut ke teritorial AS --termasuk Guam-- akan terjadi secara "senyap dan tersembunyi". Bahkan, Negeri Paman Sam akan tak menyadari untuk beberapa waktu bahwa wilayah mereka telah diserang.
Dan serangan dari Utara akan membuat malu Negeri Paman Sam di mata dunia, klaim video itu.
"Jika sebutir proyektil mendarat di Guam, segala gertakan Amerika Serikat akan terungkap sebagai hal yang palsu di mata dunia."
"Apa yang Korea Utara tinggal lakukan adalah menempatkan jari ke tombol peluncur nuklir dan menekannya jika saatnya telah tiba," tambah video itu.
"Amerika Serikat akan hidup dalam ketakutan dan kecemasan sepanjang waktu. Mereka akan sangat berkeringat pada musim panas ini."
Saksikan video propaganda Korea Utara berikut:
Video itu muncul pada saat Amerika Serikat dan Korea Selatan tengah menggelar latihan militer bersama, yang telah dimulai sejak Senin, 21 Agustus lalu dan akan berlangsung selama sekitar 11 hari. Latihan militer yang bernama Ulchi Freedom Guardian itu rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh kedua negara sejak 1997.
Dan, tipikal Korut, mereka kerap merespons perhelatan semacam itu --terutama yang melibatkan AS di dalamnya-- dengan ancaman uji coba rudal yang ditembakkan ke sekitar kawasan latihan militer.
Apalagi, pemimpin Negeri di Utara Semenanjung, Kim Jong-un, telah berulang kali menebar ancaman akan menjadikan Guam sebagai salah satu sasaran tes rudal jarak jauh teranyar mereka.
Rencana Pyongyang untuk menembakkan misil ke Guam serta latihan Ulchi Freedom Guardian semakin memicu tensi tinggi antara Korut dan AS.
Kementerian Luar Negeri China mengimbau setiap pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan aksi yang mampu meningkatkan tensi tinggi di kawasan.
"Situasi terkini di Semenanjung sangatlah sensitif dan rentan. Hal itu memerlukan perhatian khusus dari Korea Selatan dan AS agar bersama-sama menurunkan tensi," kata jubir Kemlu China Hua Chunying.
Sang jubir juga menilai bahwa latihan Ulchi Freedom Guardian dilaksanakan dalam kurun waktu yang tidak tepat, ketika hubungan bilateral AS - Korut masih sangat tegang.
"Kami berpikir bahwa latihan militer itu tidak akan menurunkan tensi di kawasan. Kami sangat mengimbau agar seluruh pihak yang terlibat untuk sangat serius menahan diri," tambah Hua.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump pekan lalu menyatakan telah "mempersiapkan" segala aset militernya untuk aksi balasan jika sewaktu-waktu Korut benar-benar menyerang Guam.
Di lain sisi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat dengan gagasan AS untuk menghentikan rencana Korut. Komitmen itu disampaikan Abe melalui sambungan telepon dengan Trump beberapa pekan lalu.
"Melalui kemitraan antara Jepang dan AS, serta kerja sama dengan China, Rusia, dan komunitas internasional, kami sepakat bahwa prioritas utama adalah untuk menghentikan uji coba rudal," jelas Abe kepada wartawan setelah melakukan sambungan telepon dengan Trump.
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menegaskan pihaknya tidak akan membiarkan konflik bersenjata terjadi begitu saja di kawasan.
"Opsi militer di Semenanjung Korea hanya dapat dilakukan jika Korsel memutuskan hal tersebut. Tanpa persetujuan Korsel, maka tidak akan ada yang boleh mengambil opsi militer," jelas Presiden Moon dalam pidato sambutannya pada perayaan Hari Pembebasan Korsel dari rezim militer Jepang periode 1945.
"Pemerintah akan membatasi dan membendung kemungkinan perang dengan cara apa pun," tambahnya.