Sukses

6 Mitos Sejarah yang Diwariskan dari Masa ke Masa

Sejumlah mitos dalam sejarah terlanjur dipercaya karena diceritakan berulang-ulang.

Liputan6.com, Jakarta - Kita mungkin pernah mendengar bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Maksudnya, apa yang dicatat sejarah disesuaikan dengan kemauan para pihak yang menang dalam konflik-konflik di masa lalu.

Jika memang benar demikian, tentu saja mitos dan kebohongan bebas berseliweran dan bahkan diajarkan turun-temurun.

Dikutip dari listverse.com pada Kamis (24/8/2017), berikut ini adalah sejumlah mitos yang terlanjur dipercaya secara meluas padahal bukan kejadian yang sebenarnya:

 

2 dari 7 halaman

1. Telepon Merah Pemimpin Amerika Serikat dan Rusia

Pengintaian di atas Kuba saat krisis rudal 1962. (Sumber Department of Defense)

Krisis Rudal Kuba mungkin merupakan pengalaman manusia yang paling nyaris menuju pada perang nuklir skala penuh. Pada Oktober 1962, Uni Soviet mengirim rudal-rudal nuklir ke Kuba untuk menanggapi pengiriman rudal-rudal Amerika Serikat (AS) ke Italia dan Turki.

Pengiriman ke Kuba memicu ketegangan luar biasa sehingga dua negara adidaya nuklir hampir saya menyatakan perang terhadap satu sama lain.

Sesudah krisis berlalu, orang menduga bahwa komunikasi yang buruk antara AS dan Uni Soviet menjadi salah satu faktor yang sangat memperburuk situasi.

Pesan yang dikirim dari satu pihak diterima dan dimengerti hampir 6 jam kemudian oleh pihak yang lain. Dua belah pihak kemudian merasa memerlukan saluran komunikasi yang lebih baik.

Menurut mitos, satu telepon untuk keperluan itu dipasang di Gedung Putih dan menghubungkan presiden AS langsung ke Kremlin. Keberadaan telepon itu menjadi populer lewat film-film "Dr. Strangelove" dan "Fail Safe."

Selanjutnya, kisah keberadaan telepon merah dipakai berulang-ulang oleh Walter Mondale dalam kampanye presidensial AS pada 1984 melawan Gary Hart dan Ronald Reagan.

Saluran hotline sesungguhnya dipasang pada 1963, tapi tidak melibatkan sebuah telepon berwarna merah karena teknologi saat itu tidak memungkinkannya.

Sistem sesungguhnya menggunakan perangkat teletype dan telegraf. Lintasan komunikasi bermula dari Washington ke London, Kopenhagen, Stockhol, dan Helsinki, lalu tiba di Moskow.

Pesan pertama yang dikirim melalui saluran hotline itu adalah, "The quick brown fox jumped over the lazy dog’s back 1234567890."

3 dari 7 halaman

2. Batasan Kelincahan Pemakai Baju Zirah

Ilustrasi baju zirah ksatria Abad Pertengahan. (Sumber Pixabay)

Dalam sejarah, ada beberapa gambar terkenal yang menggambarkan ksatria Abad Pertengahan dalam baju zirah mengkilat dan sedang mengayunkan pedang.

Benar, banyak orang sepakat bahwa baju zirah itu tampak mengesankan tapi mengganggu kecepatan dan pergerakan pemakai.

Banyak yang percaya bahwa baju zirah membuat pemakainya menjadi sasaran empuk seperti seekor kura-kura yang terbalik badannya.

Sementara itu, para ahli sejarah sudah cukup lama menyadari bahwa para ksatria berbaju zirah sebenarnya lebih lincah daripada yang dikira orang banyak.

Beberapa tahun belakangan ini muncul pemikiran untuk menguji baju zirah. Suatu tim dari University of Geneva di bawah pimpinan Daniel Jaquet mengenakan replika baju zirah pada beberapa subyek penelitian.

Mereka kemudian diminta melakukan gerakan seperti yang dilihat dalam lukisan-lukisan dan permadani-permadani. Misalnya gerakan memanjat tanggah, berguling, melompat, dan melakukan beberapa ayunan pedang.

Tidak ada satu pun gerakan yang terlalu sulit dilakukan bahkan oleh seseorang yang bukan ksatria.

Tim itu kemudian melangkah lebih jauh dan meniru pelatihan ksatria Prancis dari Abad ke-15, Jean Le Maingre.

Ksatria yang juga dipanggil dengan nama Boucicaut itu dikenal bukan hanya karena kekuatan dan stamina, tapi juga karena menuliskan kegiatan yang dilakukannya ketika memakai baju zirah secara lengkap.

Kegiatan yang dimaksud mencakup meloncat naik kuda, lari untuk waktu lama, memanjat dinding, dan memanjat bagian bawah tangga.

Para peserta percobaan Jacquet berhasil meniru semuat tugas itu tanpa kesulitan dan bahkan menambahkan jungkir balik serta gelindingan seperti roda pedati guna meraih poin untuk gaya tambahan.

4 dari 7 halaman

3. Napoleon Menghancurkan Hidung Sphinx

Hidung patung Sphinx di Mesir dicopot dengan pahat, bukan ditembak meriam Napoleon. (Sumber Pexels)

Sphinx Agung di Giza adalah salah satu bangunan penting dunia purba. Apalagi karena suatu ciri yang sebenarnya kurang elok, yaitu hilangnya hidung.

Suatu kali, orang mulai menyalahkan Napoleon sebagai tertuduh perusak wajah patung tersebut. Menurut hikayat yang beredar, penguasan Prancis itu memerintahkan anak buahnya menembak hidung patung menggunakan meriam.

Tidak jelas kapan atau bagaimana cerita ini bermula, tapi mudah dibuktikan kepalsuannya.

Brooklyn Museum memiliki sketsa Sphinx yang diterbitkan pada 1757. Sketsa itu adalah tadinya milik penjelajah Frederic Louis Norden yang berasal dari Denmark.

Norden membuat sketsa itu berdasarkan perjalanannya ke Mesir pada 1738 dan jelas terlihat bahwa Sphinx masih memiliki hidung. Napoleon pun baru lahir 3 dekade kemudian.

Mitos itu juga dipatahkan oleh ahli arkeologi Mark Lehner yang mengatakan bahwa wajah Sphinx membuktikan adanya tanda-tanda pemakaian pahat yang dipalu agar masuk ke hidung guna mencongkelnya.

Mengenai pelaku sebenarnya, ada satu-satunya bukti tertulis oleh ahli sejarah Mesir pada Abad ke-15 bernama al-Maqrizi.

Ia menuliskan tentang seorang Muslim Sufi bernama Muhammad Sa'im al-Dahr yang menghancurkan hidung itu karena geram melihat rakyat jelata Mesir berdoa kepada Sphinx untuk memohon panen yang baik.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

5 dari 7 halaman

4. Para Pelompat Wall Street (1929)

Membersihkan salah satu ruang bank setelah Wall Street Crash 1929. (Sumber Flickr)

Pada 1929, peristiwa ambruknya pasar modal – Wall Street Crash – mengguncang perekonomian Barat. Karena kehilangan segalanya, banyak bankir dan pialang saham yang memutuskan mengakhiri hidup dengan cara melompat dari jendela atau atap gedung-gedung tinggi.

Bahkan beredar kisah pemeriksaan para tamu hotel di New York. Ketika ada tamu yang datang ingin menginap, respsionis hotel menanyakan apakah kamar yang disewa dimaksudkan untuk tidur atau lompat.

Kisah bunuh diri Wall Street diceritakan berulang-ulang dan banyak orang mempercayainya hingga akhirnya dibantah melalui suatu penelitan pada 1980-an.

Angka bunuh diri secara keseluruhan mencapai puncaknya pada 1932, pada angka 17,4 orang untuk setiap 100 ribu warga Amerika Serikat (AS). Namun demikian, angka bunuh diri sebenarnya sudah mulai merangkak naik beberapa tahun sebelum 1920-an.

Dalam peristiwa Black Tuesday pada Selasa 24 Oktober 1929 dan pada akhir tahun, laporan New York Times menyebutkan ada 100 bunuh diri atau upaya bunuh diri di kota itu. Tapi hanya 8 orang yang melakukannya dengan melompat dari gedung-gedung ataupun jembatan-jembatan.

Jumlah orang yang melompat ke Wall Street karena kehilangan segalanya dalam krisis pasar modal hanya 2 orang. Faktanya, angka bunuh diri dalam minggu-minggu sesudah krisis pasar modal sebenarnya lebih rendah selama musim panas.

Memang benar, cukup banyak orang yang melakukan bunuh diri karena krisis finansial saat itu, tapi hanya sedikit yang melakukannya dengan melompat. Lebih sedikit lagi yang melakukannya di Wall Street.

6 dari 7 halaman

5. Pasukan Berkuda Polandia Melawan Tank Jerman

Pasukan kavaleri Polandia di Sochaczew, 1939. (Sumber Wikimedia Commons)

Salah satu kisah yang paling lama bertahan dari Perang Dunia II adalah ketidak siapan dan ketidak mampuan pasukan Polandia menghadapi keperkasaan Wehrmacht Jerman. Apalagi dengan beredarnya gambar pasukan berkuda Polandia bersenjata tombak yang sia-sia melawan serbuan tank-tank Panzer.

Benar, sebagaimana negara-negara lain dalam Perang Dunia II, Polandia pun memiliki beberapa resimen kavaleri. Benar, terjadi Penyergapan Krojanty antara pasukan Uhla Pomerania – bagian dari kavaleri Polandia – melawan kendaraan-kendaraan lapis baja Jerman.

Tapi sisanya adalah propaganda yang pertama kali disebarkan oleh Nazi dan kemudian oleh pihak Uni Soviet.

Kavaleri Polandia tidak maju ke pertempuran dalam Perang Dunia II hanya bermodalkan tombak. Mereka memiliki senapan. Lagipula, secara teknis, tidak ada tank yang terlibat karena kesatuan Jerman dalam penyergapan itu adalah kendaraan lapis baja untuk keperluan pengintaian.

Terlebih penting lagi, pasukan Polandia yang bertempur tidak menyangka ada pasukan musuh yang dilengkapi dengan kendaraan.

Pihak infantri Jerman baru saja menembus garis pertahanan Polandia, sehingga kavaleri Polandia menyerang untuk memperlambat serbuan agar keseluruhan pasukan Polandia bisa mundur.

Kavaleri Polandia tidak menyadari ada kendaraan lapis baja Jerman di kawasan, yang kemudian ikut terjun dalam pertempuran sehingga Jerman berada di atas angin.

Walaupun pasukan Uhla Polandia terpaksa mundur di bawah hujan tembakan, mereka memenuhi tugasnya sehingga memaksa pasukan Jerman kocar-kacir dan menunda pergerakan.

7 dari 7 halaman

6. Pertarungan Warga Kristen Melawan Singa di Koloseum

Lukisan persekusi warga Kristen karya Foxe. (Sumber Wikimedia Commons)

Banyak pertunjukkan gila dilangsungkan di Koloseum sebagai suguhan bagi warga Roma. Salah satu yang paling diingat sekarang adalah pertandingan para gladiator dan warga Kristen yang dijadikan umpan singa-singa.

Namun demikian, tidak ada bukti terandalkan yang menyebutkan pelaksanaan eksekusi warga Kristen dalam Koloseum, baik oleh singa ataupun dengan cara lain.

Gagasan cerita itu paling getol disebarkan oleh para seniman dan penulis zaman Renaissance walaupun memang benar ada warga-warga Kristen mengalami damnatio ad bestias – dihadapkan pada hewan-hewan buas. Di Koloseum juga ada orang-orang yang dibunuh oleh hewan-hewan.

Hanya saja, tidak ada bukti terandalkan bahwa dua fakta itu saling terkait.

Alasannya sederhana.

Koloseum belum ada ketika Nero menjadi Kaisar. Ia berkuasa hingga 68 M sedangkan pembangunan Koloseum baru dimulai 4 tahun kemudian pada masa Kaisar Vespasianus.

Kaisar Nero sering dikait-kaitkan dengan tindakan brutal yang dimaksud karena, menurut sejumlah ahli sejarah kontemporer, ia disebut sebagai kaisar pertama Romawi yang melakukan persekusi kepada warga Kristen.

Tacitus menyebutkan bahwa Nero menyalahkan warga-warga Kristen terkait Kebakaran Besar di Roma pada 64. Tapi, Tacitus menyebutkan bahwa Nero membunuhi warga-warga Kristen dengan cara dibakar hidup-hidup, penyaliban, atau dikeroyok kerumunan anjing.

Tidak ada penyebutan tentang singa-singa.