Liputan6.com, Kairo - Universitas Al Azhar berupaya menggambarkan citra Islam lebih modern dan humanis.
Langkah tersebut dilakukan untuk melawan ajaran garis keras, yang dianut oleh ISIS, Al Qaeda atau kelompok-kelompok militan lainnya.
Baca Juga
Otoritas berwenang di Al Azhar kemudian berupaya melakukan pengendalikan fatwa yang dikeluarkan. Langkah itu merupakan bagian dari strategi yang digunakan kelompok moderat, untuk melawan ulama pendukung aksi kekerasan.
Advertisement
Seperti dikutip dari VOA News, Jumat (24/8/2017), militan di Mesir telah meninggalkan jejak kehancuran melalui aksi brutalnya.
Hilangnya nyawa warga tidak berdosa dalam pengeboman gereja dan serangan-serangan lain telah mendorong pemerintah berwenang mengutuk pemuka garis keras yang mendukung aksi kekerasan dan pertumpahan darah.
Ulama-ulama garis keras, seperti Sheikh Youssef Al Qaradawi, dituduh telah mengeluarkan putusan atau fatwa yang membenarkan pembunuhan polisi, perwira militer, dan warga Kristiani. Namun Qaradawi mengaku tidak bersalah.
Ekstremis telah meningkatkan aksi kekerasan sejak penggulingan Presiden Mohammad Morsi pada Juli 2013 lalu. Banyak pendukungnya yang dipenjara, sementara sejumlah pendukung lainnya berupaya melakukan balas dendam.
Islam adalah Damai
Pejabat terkemuka di Universitas Al Azhar Mesir, Sheikh Ahmed Tayeb, menilai ulama-ulama yang menyampaikan khotbah yang mendorong aksi kekerasan sebenarnya tidak menggambarkan Islam secara keseluruhan.
"Islam tidak boleh dianggap sebagai agama teroris hanya karena beberapa pengikutnya telah membajak sejumlah ayat, dan salah menafsirkannya untuk membunuh dan menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah," ujar Tayeb.
Presiden Mesir Abdel Fattah el Sissi juga menyerukan untuk mereformasi atau memperbarui wajah Islam, sehingga memproyeksikan citra yang lebih ramah.
Salah satu cara baru yang dilakukan para ulama yang memiliki kaitan dengan Al Azhar, untuk mencegah ekstremisme, adalah dengan memberikan nasihat keagamaan kepada penumpang-penumpang yang sedang transit di sebuah kios "fatwa" di stasiun Metro Kairo.
Sheikh Mohamed Zaki, kepala pengkotbah di Al Azhar, mengatakan pada VOA bahwa meskipun keyakinan utama Islam tidak bisa diubah, citra dan penerapannya harus disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.
"Setiap generasi harus mendapat manfaat dari ajaran Islam, yang intinya tidak berubah sebagaimana yang disampaikan Allah, tetapi tetap relevan seperti layaknya ranting baru pada dahan sebuah pohon," kata Zaki.
Saksikan juga video berikut ini:
Advertisement