Sukses

Misteri Matematika 3.700 Tahun Lalu Berhasil Dipecahkan

Temuan itu sekaligus membuktikan bahwa bangsa Babilonia adalah yang pertama kali mempelajari trigonometri, bukan bangsa Yunani Kuno

Liputan6.com, Sydney Lega, seorang ilmuwan Australia berhasil memecahkan misteri yang membuat penasaran para ahli matematika selama beberapa dekade terakhir ini.

Sebuah tablet tanah liat berusia 3700 tahun dan berisi kode 'segitiga' ditemukan pada 1900-an di selatan Irak. Sejak ditemukan, tidak ada yang mengerti penggunaan kode segitiga pada lempeng yang dinamai Plimpton 322 tersebut.

Dikutip dari news.com.au pada Senin (28/8/2017), seorang ilmuwan University of New South Wales (UNSW) berhasil memecahkan kode yang tertera.

Melalui suatu pernyataan, Dr. Daniel Mansfield dari School of Mathematics and Statistics di UNSW Faculty of Science mengatakan, "Plimpton 322 telah memusingkan para ahli matematika selama 70 tahun terakhir, karena disadari adanya pola angka-angka khusus yang dikenal sebagai angka rangkap tiga (triplet) Pythagoras."

"Tablet ini bukan hanya berisi table trigonometri tertua sedunia, tapi juga yang terlengkap, karena pendekatan berbeda terhadap aritmatika dan geometri oleh bangsa Babilonia."

Rasio angka-angka trigonometri itu kemungkinan dipakai oleh para ahli matematika purba untuk menghitung cara membangun istana-istana, kuil-kuil, dan kanal-kanal.

2 dari 2 halaman

Pengembangan Teori Selama 2 Tahun

Plimpton 322 adalah sebuah tablet (lempeng) Babilonia Kuno berusia 3700 tahun yang sekarang dipajang Rare Book and Manuscript Library, Columbia University di New York. (Sumber Columbia University)

Dr. Mansfield sedang menyusun bahan kuliah untuk kelas matematika yang diajarnya dan menemukan penelitian sebelumnya terhadap tablet itu "secara kebetulan", katanya kepada news.com.au.

Sebagaimana para ahli matematika lain, ia sadar bahwa angka-angka pada tablet kemungkinan besar berkaitan dengan trigonometri, tapi tidak bisa menjelaskannya. Trigonometri adalah suatu bidang studi tentang segitiga.

Ia mendapatkan pertolongan dari seorang sejawatnya, Profesor Norman Wildberger, sehingga lebih paham tentang penggunaan tabel itu dibandingkan dengan para peneliti lain yang pernah mencoba meneliti.

Profesor Wildberger sebelumnya melakukan banyak mengulas trigonometri berdasarkan rasio angka-angka, bukan sekedar sudut dan lingkaran seperti yang lazim kita mengerti sekarang ini. Ternyata perbedaan pendekatan itulah yang membantu memecahkan misteri.

Menggunakan pendekatan rasio angka-angka, mereka kemudian menyisir penelitian selama 70 tahun terakhir untuk menggugurkan beberapa teori sebelumnya sambil memperbaiki teori mereka sendiri.

Penggunaan trigonometri berdasarkan rasio angka-angka menghasilkan tabel trigonometri paling tepat sedunia, demikian menurut Dr. Mansfield.

Temuan itu memberikan pengertian yang lebih baik tentang budaya dan sejarah matematika bangsa Babilonia, katanya, "Orang cenderung tidak menganggap matematika memiliki aspek budaya, tapi ternyata memang benar ada."

Temuan itu sekaligus membuktikan bahwa bangsa Babilonia adalah yang pertama kali mempelajari trigonometri, bukan bangsa Yunani Kuno seperti diduga selama ini.

Lempeng tersebut juga membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi penelitian dan pendidikan matematika modern seperti dijelaskan Profesor Wildberger kepada AAP, "Melalui Plimpton 322, kita menyaksikan trigonometri yang lebih sederhana, lebih teliti, dan jelas lebih unggul dibandingkan yang kita miliki sekarang."

Perlu waktu dua tahun bagi Dr. Mansfield dan profesor Norman Wildberger untuk tiba pada teori itu. Mereka sekarang mengundang para ilmuwan lain untuk mengujinya.

"Saya ingin orang membaca, menguji, dan memberi kritik sehingga menjadikan teori itu lebih baik melalui analisis dan debat," ujar Dr. Mansfield pekan lalu.

Tablet yang bertarikh antara 1822 hingga 1762 SM itu sekarang disimpan di Rare Book and Manuscript Library Columbia University di New York.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini: